|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() �Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.� (QS: al-Fajr 27-28) Hatii.. satu kata yang menggambarkan diri kita secara keseluruhan. Setiap manusia mempunyai hati, namun tidak sama. Ada hati yang senantiasa diisi dengan dentingan ayat-ayat suci Al-Qur�an, irama ketulusan dan bait-bait perjuangan menegakkan kebaikan seperti teladan kita Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Namun, ada pula hati yang selalu dimasuki celaan, kesombongan hingga noda-noda hitam menjadi penutupnya. Maka, berbahagialah yang bisa menjadikan hatinya layaknya seorang bayi yang baru lahir, tenang dan menyejukkan. Hati sesungguhnya bukanlah apa yang nyata-nyata kita perbuat, namun apa yang seharusnya kita lakukan.Bila diibaratkan dalam hukum, maka kecenderungan hati adalah das sollen, bukan das sein. Mengapa demikian? karena hati diciptakan selalu cenderung pada kebaikan bukan kejahatan. Hati pada dasarnya bisa menjadi penunjuk jalan yang baik. Mengarahkan akan ketidaktahuan seorang manusia, dan menjawab segala kebingungan yang menjengahkan. Layaknya seorang musafir yang tak tau arah,hati menjadi kompas yang tepat untuk membimbing ke jalan yang seharusnya. Maka, sangatlah salah bila seorang insan mengkambinghitamkan hatinya tatkala berbuat dosa karena sesungguhnya hati yang sebenarnya bukan hati yang mempengaruhi mereka sehingga berbuat maksiat, namun perbuatan itulah yang akhirnya menutupi hati. Hati adalah kunci. Kunci keimanan, kunci keberhasilan dan kunci kemenangan dalam hidup, dunia dan akhirat. Maka, jika kunci itu sudah didapatkan, pegang ia erat-erat dan jangan lepaskan hanya karena bisikan kesenangan semu semata. Banyak orang berhasil namun tetap tidak menemukan juga apa yang dicarinya. Keberhasilannya hanya label semata bahwa dia bahagia. Namun, bila jujur, mungkin hatinya berontak karena kebahagiaan itu tidak hadir. Kerja-keras selama ini hanya berbuah keletihan belaka, tak ada ketenangan. Tahukah dirimu kenapa? Karena keberhasilannya hanya karena dunia saja. Kebahagiaan itu sebenarnya lahir ketika hati bahagia, bukan fisik semata. Hati yang selalu dekat dengan Rabb akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak dapat dinilai dengan materi yang berlimpah sekalipun karena ia memang tidak diperjualbelikan, ia diberikan khusus untuk manusia-manusia mulia yang bersungguh-sungguh mengejar keridhoanNya.Dan ketika hati-hati menyatu.. Jiwa-jiwa berpadu.. Alam syahdu bahagia.. saksikan zikir yang membahana.. Surga menanti pemilik hati.. Yang tunduk pada Ilahi.. Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|