View Single Post
  #2  
Old 21st December 2011
vals's Avatar
valsVIP vals is offline
Super Moderator
 
Join Date: Apr 2011
Posts: 3,914
Rep Power: 48
vals has disabled reputation
Default

Sakramen Pengakuan Dosa telah membahas apa itu dosa, perbedaan dosa, konsekuensi dosa, dan juga tahapan dosa, sehingga kita dapat melihat bahwa Tuhan benar-benar merencanakan Gereja-Nya untuk diberiNya kuasa mengampuni dosa. Namun sayangnya tidak semua orang percaya akan hal ini. Lebih sayang lagi kalau umat Katolik yang diberi berkat yang indah ini tidak menyadari manfaatnya dan menggunakannya.

Mari sekarang kita melihat beberapa keberatan yang diajukan tentang Sakramen Pengakuan Dosa, terutama dari umat Kristen, non-katolik. Mereka mungkin akan mengajukan keberatan-keberatan yang bersumber dari Alkitab, seperti berikut ini:
Quote:
Keberatan 1: Mengaku dosa hanya kepada Tuhan saja, bukan kepada manusia.

Keberatan pertama ini mengatakan bahwa hanya kepada Tuhan sajalah kita mengakukan dosa kita (Mzm 32:5; Neh 1:4-11; Dan 9:3-19; Ez 9:5-10; Ez 10:11), karena hanya Tuhan saja yang dapat mengampuni dosa (Yes 43:25). Dengan dasar inilah, orang Kristen mengatakan bahwa seharusnya mengakukan dosa secara langsung kepada Tuhan dan tidak perlu untuk mengaku dosa di depan pastor. Mari kita melihat bahwa sebenarnya, ada suatu kesinambungan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu bahwa Tuhan menggunakan perantara untuk mengampuni dosa seseorang.
Pada masa Perjanjian Lama, kalau seseorang melakukan kesalahan, maka dia harus membawa korban tebusan dan seorang imam harus mengadakan perdamaian bagi orang itu dengan Tuhan, sehingga pendosa tersebut dapat memperoleh pengampunan (Im 19:20-22). Musa menjadi perantara antara bangsa Israel yang telah berbuat dosa dengan Tuhan (Kel 32:20). Pertanyaannya, kenapa mereka tidak minta ampun saja kepada Tuhan, namun harus melalui imam dan juga nabi Musa? Bukankah mereka juga bisa minta ampun kepada Tuhan secara langsung? Hal ini disebabkan karena Tuhan seringkali memakai perantara, baik nabi maupun imam untuk menjembatani manusia dengan Tuhan. Yang penting adalah para perantara tersebut benar-benar membawa umat kepada Tuhan.
Namun mungkin ada yang mengatakan bahwa konsep perantara hanya terjadi di Perjanjian Lama, sedang di Perjanjian Baru tidak ada perantara lagi, karena Yesus adalah perantara satu-satunya antara manusia dengan Tuhan (Lih 1 Tim 2:5; Ibr 3:1; Ibr 7:22-27; Ibr 9:15; Ibr 12:24). Mari sekarang kita melihat bukti bahwa Tuhan juga memakai perantara di dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah melarang perantara sejauh perantara tersebut berpartisipasi dalam karya keselamatan Yesus. Pada saat Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta, Yesus menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri mereka kepada para imam (Luk 17:12-14) agar para imam dapat menyatakan mereka tahir. Rasul Petrus juga mengajarkan tentang partisipasi dalam karya keselamatan Tuhan, yaitu setiap dari kita menjadi batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi imamat kudus (1 Pet 2:5). Lebih lanjut Rasul Petrus menegaskan bahwa semua umat Allah adalah bangsa terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, kepunyaan Allah sendiri (1 Pet 2:9). Pemilihan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan untuk mendatangkan keselamatan pada bangsa-bangsa lain membuktikan bahwa Tuhan menggunakan ‘perantara’ untuk melaksanakan rencana-Nya.
Dalam konteks 1 Pet 2:9, kita melihat bahwa rasul Petrus merujuk kepada Kel 19:5-6, yang menyatakan bahwa Tuhan memerintahkan Musa untuk memberitahukan kepada seluruh umat Israel, bahwa kalau mereka berpegang pada perintah Tuhan, mereka akan menjadi umat kesayangan, kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Disamping mengangkat Israel sebagai kerajaan imam, Perjanjian Lama juga mengatakan bahwa suku Lewi dipersiapkan secara khusus sebagai imam (Bil 3:5-13). Apakah kedua ayat di atas bertentangan? Tidak, sebab secara umum memang bangsa Israel dipersiapkan Tuhan menjadi imam dan bangsa yang kudus, namun secara khusus, Tuhan juga menunjuk suku Lewi untuk menjadi imam dan menjalankan tugas yang berhubungan dengan korban dan persembahan. Suku Lewi yang ditunjuk secara khusus oleh Tuhan untuk menjadi imam (imamat jabatan) melayani umat yang lain atau imam secara umum (imamat bersama). Hal yang sama dapat diterapkan di dalam ajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik mengenal adanya dua imamat: (1) Imamat jabatan dan (2) imamat bersama. Dimana imamat jabatan melayani imamat bersama.[1]
Kita juga melihat bahwa rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa dia adalah utusan Kristus, dan dengan mendengarkan Rasul Paulus, maka sama saja mereka mendengarkan Kristus, karena Allah menasihati mereka dengan perantaraan para rasul (2 Kor 5:17-21). Rasul Yakobus mengatakan bahwa kita harus saling mendoakan dan mengakukan dosa (Yak 5:16). Dengan ini, maka dapat disimpulkan bahwa mengaku dosa bukan hanya kepada Allah, namun juga melalui perantara yang ditunjuk oleh Allah, seperti Rasul Paulus, Rasul Yakobus, dll.
Quote:
Keberatan 2: Hanya Yesus yang dapat mendamaikan kita dengan Tuhan, bukan manusia.

Hanya Yesus sendiri yang dapat mendamaikan kita dengan Tuhan atas segala dosa-dosa yang dibuat oleh umat manusia (1 Yoh 2:2; 1 Tim 2:5). Karena hanya ada satu Imam yang benar, yaitu Yesus Kristus (Ibr 3:1; Ibr 7:22-27). Imam atau pastor di Gereja Katolik tidak dapat menggantikan Yesus, satu-satunya Imam besar dan benar.
Namun, sebenarnya, Yesus sendiri yang memberikan kuasa kepada Gereja yang dilaksakan oleh para imam. Mari sekarang kita melihat apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri sebelum Dia naik ke Surga di dalam Yohanes 20:21-23 yang menjadi dasar untuk Sakramen Pengampunan Dosa.[2]
21) Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” 22)Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. 23)Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Dari ayat ini, kita dapat menyimpulkan beberapa hal:
  1. Yesus memberikan pengutusan kepada para murid untuk meneruskan karya keselamatan Allah (ayat 21). Untuk apakah Yesus datang ke dunia ini? Dia datang untuk menjadi perantara antara Allah dan manusia dengan cara: mewartakan kabar gembira (lih. Luk 4:16-21), menjadi Pengantara untuk menyelamatkan semua orang (Ibr 7:25), dengan kuasa-Nya sebagai Raja dari segala raja (Why 19:16). Dan secara khusus tugas perantaraan tersebut dipenuhi dengan cara membebaskan manusia dari belenggu dosa dengan pengampunan dosa (1 Pet 2:21-25; Mrk 2:5-10).[3]
  2. Namun karya keselamatan ini tidak dapat dijalankan oleh manusia tanpa karya Roh Kudus. Oleh karena itu, Yesus menghembuskan Roh-Nya kepada para murid, sehingga mereka diberi kemampuan untuk menjalankan misi yang dipercayakan oleh Yesus (ayat 22). Dan ini juga merupakan antisipasi untuk hari Pentakosta.
  3. Dan lebih lanjut, Yesus memberikan penugasan dan otoritas yang begitu penting kepada para murid, yaitu otoritas untuk mengampuni dosa. Memang hanya Tuhan yang mempunyai hak untuk mengampuni dosa manusia. Namun Yesus sendiri yang memberikan kekuasaan ini kepada para murid. Kalau ditanya, apakah para murid mempunyai kemampuan untuk mengampuni dosa? Tidak. Namun ini adalah perintah dari Yesus sendiri. Yesus memberikan Roh KudusNya kepada para murid dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengampuni dosa untuk menguduskan umatNya sampai akhir jaman. Jadi di ayat ini, Yesus, Sang Imam Agung memberikan mandat kepada para murid untuk meneruskan misi keselamatan di dunia ini dengan otoritas untuk mengampuni dosa dalam nama Kristus. Ayat ini juga mengingatkan kita tentang pengakuan Rasul Petrus akan ke-Allahan Yesus Kristus di Kaisarea Filipi, sehingga Yesus memberikan kunci kerajaan surga kepada Rasul Petrus (Mat 16:16-19).
Mungkin ada yang berkeberatan dengan penafsiran ini. Ada yang mengatakan bahwa di ayat 23, Yesus hanya memberikan doktrin keselamatan dan penghukuman.[4] Ada yang mengatakan bahwa Yesus tidak pernah memberikan mandat kepada manusia untuk mengampuni dosa, karena hanya Tuhan saja yang berhak untuk mengampuni dosa.[5] Ada juga yang mengatakan bahwa perintah ini hanya untuk para rasul dan berhenti setelah para rasul wafat. Di sinilah kita melihat, bahwa ini adalah salah satu dari ayat-ayat di dalam Alkitab yang tidak ditafsirkan secara harafiah oleh orang-orang Kristen non-Katolik yang biasanya menafsirkan ayat-ayat Alkitab secara harafiah.
Kalau kita baca secara lebih teliti, kita tidak dapat menghindari konsekuensi logis dari ayat 21, yang menyatakan relasi antara Allah Bapa dan Allah Putera dan pengutusan para murid, kemudian dilanjutkan dengan Allah Roh Kudus yang terus berkarya di dunia ini membantu para murid untuk menjalankan misi pengampunan dosa (ayat 22). Kemudian diperjelas dengan perintah yang sangat spesifik, yaitu mengampuni atau tidak mengampuni dosa. Dan karena tugas para murid kemudian diteruskan oleh para uskup dan termasuk pembantu uskup, yaitu para pastor, maka kuasa mengampuni dosa yang diberikan oleh Yesus tidak hanya ‘berhenti’ pada para rasul, melainkan diteruskan juga kepada para uskup dan para imam (ayat 23).
Hal ini berkaitan erat dengan amanat yang diberikan Yesus kepada para murid sebelum Ia naik ke surga, yaitu agar para murid pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus … (Mat 28:18-20). Kita tidak dapat mengatakan bahwa ini hanya berlaku untuk para rasul dan murid-murid perdana, namun kita menyimpulkan bahwa amanat agung ini tetap berlaku sampai sekarang. Demikian juga dengan perintah untuk mengampuni dosa. Perintah ini tetap berlaku sampai sekarang, yaitu bahwa para imam Gereja Katolik diberikan kuasa oleh Yesus sendiri untuk mengampuni dosa.
Pertanyaannya, bagaimana para uskup dan imam dapat mengampuni dosa kalau mereka tidak mendengarnya terlebih dahulu? Tentu umat harus terlebih dahulu mengakukan dosanya, dan kemudian para imam dengan hak yang diberikan Yesus melalui Gereja-Nya membuat pertimbangan untuk memberikan pengampunan atau tidak. Hal inilah yang terjadi di dalam Sakramen Pengampunan Dosa.
bersambung ke post 5
__________________
ï·² ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ â˜* ✌


Last edited by vals; 30th January 2012 at 12:20 PM.
Reply With Quote