batheroes |
5th November 2011 05:43 PM |
Lanjutan
Quote:
Quote:
Skuadron 17
Selain Garuda dan Pelita, Institusi TNI-AU juga bertanggung jawab sebagai penyedia pesawat Kepresidenan. Pada tahun 1950-an, TNI-AU menggunakan pesawat angkut dari Skuadron 2 dan 4 sebagai pesawat kepresidenan. Karena kura efektif, maka dibentuklah Skuadron 17 berdasarkan Surat Keputusan KASAU No.31 tanggal 31 Agustus 1963 yang fokus bertugas sebagai skuadron angkut udara VVIP/VIP. Awalnya, armada Skuadron 17 yang bermarkas di Halim Perdana Kusuma ini mengambil pesawat eks Skuadron 2 dan 4, yaitu DHC-3 Otter, PBY-5 Catalina, Grumman UF-2 Albatros, Grumman Geese, dan DC-3 Dakota. Berikutnya, dua unit II-14 Avia masuk ke Skuadron 17. Kedua pesawat itu memang sangat spesial karena merupakan pesawat kepresidenan hadiah dari Presiden Uni Soviet. Vorosilov, yang datang pada awal 1956. Pesawat II-14 beregistrasi T-401 itu diberi nama “ Dolok Martimbang” dan disiapkan untuk P residen /Wakil Presiden, sementara T-405 “Merbabu” untuk Menteri dan Pejabat Negara.
Kekuatan armada skuadron 17 kembali bertambah oleh kehadiran 3 unit bizjet C-140 Jetstar, hadiah dari presiden Kennedy. Tiga pesawat buatan Lockheed itu beregiatrasi T-9446 dengan rama “Saptamarga” T-1645 “ Pancasila”, dan T-17845 “Irian”. Diantara ketiga pesawat tadi, “Irian” menjadi pesawat Kepresidenan favorit Soekarno untuk kunjungan – kunjungan negara regional.
Skuadron 17 mengalami kemunduran ketika beralihnya Orde Lama ke Orde baru. Sebab, waktu itu banyak pesawat yang tidak aktif akibat kekurangan suku cadang. Pada 1980-an, skuadron 17 bangkit kembali dengan menerima satu unit Fokker F27 Eks Skuadron 2 (Beregistrasi A-2071) untuk penerbangan jarak pendek. Untuk penerbangan jarak jauh sedang, tersedia satu Fokker F28 (A-2801) hibahan dari Pelita dan dua unit C-130H Hercules versi VIP (A-1314 dan A01341).
Untuk penerbangan jarak jauh dan ke luar negeri, Skuadron 17 diperkuat oleh unit Boeing 707 beregistrasi A7002 dengan dengan perjanjian pinjam-pakai dari Pelita. Baru pada 1990, pesawat yang aslinya beregistrasi sipil PK-PJQ itu resmi dihibahkan kepada TNI-AU. Pada Juni 2001, ketika ditumpangi Presiden Abdurachman Wahid untuk kunjungan ke Sydney, pesawat tersebut mengalami kerusakan pada salah satu mesinnya dan mendarat darurat di Darwin. Kejadian tersebut menjadi pemberitahuan di media massa.
Saat ini, kekuatan pesawat fixed wing dari Skuadron 17 sama dengan kekuatan pada era 1980-an dengan tambahan dua unit Fokker F28 (A2802 dan A2803) yang merupakan hibahan dari Garuda pada tahun 1994. A-7002 dipensiunkan pada tahun 2003 dan dijual kepada Omega Air tiga tahun kemudian. Sebagai penggantinya, pada tahun 2005 TNI-AU membeli satu unit Boeing 737-200 beregistrasi A-7304 yang merupakan pesawat eks Bayu Air. Sangat disayangkan, saat ini Skuadron 17 tidak lagi memiliki satupun pesawat Kepresidenan untuk penerbangan jarak jauh.
|
|
Quote:
Quote:
Helikopter Kepresidenan
Presiden Soekarno bisa disebut juga sebagai Presiden pertama di dunia yang memiliki helikopter kepresidenan, yaitu tipe Hiller 360A. Penerbangan perdananya dilakukan pada 15 Januari 1951 dengan membawa presiden Soekarno dan Ibu Fatmawati keliling Jakarta secara bergantian.
Karena kapasitasnya hanya cukup untuk satu penumpang, Hiller segera digantikan dengan Bell 47G (berkapasitas dua penumpang) dan Bell 47J-2E Ranger (tiga penumpang). Pada 1960 , armada helikopter kepresidenan bertambah dengan kehadiran satu unit Sikorsky S-58 berkapasitas 12 penumpang, hadiah dari presiden Kennedy. Tiga unit helikopter itu menjadi bagian dari unit Istana Kepresidenan yang dikelola oleh personel AURI sebelum nantinya diserahkan kepada Skuadron 17.
Pada periode 1970-1990-an, Indonesia tidak memiliki helikopter kepresidenan, dan hanya menyewa helikopter AS330 Puma dari Pelita jika diperlukan. Helikopter AS330 Puma milik Skuadron 8 TNI-AU juga pernah disewa. Tapi, lantaran Puma tidak nyaman untuk penerbangan VVIP, maka NAS 332 Super Puma buatan IPTN dipilih sebagai penggantinya pada 1990-an.
Di tahun 1993, Skuadron 17 menerima dua unit helikopter kepresidenan NAS 332 Super Puma (H-3321 dan H-3322) dari IPTN. Tujuh tahun kemudian, pada masa pemerintahan Abdurachman Wahid, Skuadron 17 kembali menerima tida unit Super Puma (H-3301, H3202, dan H-3203) dari Aerospatie, Perancis.
Saat ini, jumlah helikopter kepresidenan di Skuadron 17 hanya tida unit karena dua Super Puma lainnya mengalami kecelakaan. H-3222 jatuh akibat rotor belakang lepas dari kedudukannya dan terpaksa mendarat darurat di persawahan di samping Pasar Ciamis, Jawab Barat, pada 24 April 1999. Sedangkan H-3301 jatuh di Dieng dalam perjalan ke Jakarta setelah melakukan latihan navigasi rutin pada 23 Desember 2005.
Diantara semua Presiden yang pernah memimpin negara ini, Soekarno terkenal sebagai presiden yang “tergila-gila” pada helikopter. Dengan segala kepraktisannya, tanpa perlu memikirkan pengamanan seperti saat melakukan perjalanan darat, ia dapat terbang dari Istana Merdeka menuju Kemayoran atau Halim Perdanakusuma saat ingin berkunjung ke luar negeri. Atau ketika liburan akhir pekan, dengan hanya berpakaian santai dan mengenakan sandal jepit, Soekarno sering menumpang helikopter untuk berkeliling di wilayah Bogor, atau terbang di wilayah Bogor dari Istana Bogor, atau terbang diwilayah Tampaksiring-Singaraja sat berlibur di Bali. Dan sebagai seorang arsitek, Soekarno jga sering terbang dengan helikopter di seputar Jakarta untuk mencari wilayah yang cocok bagi megaproyek, misalnya untuk Pebangunan Gelora Bung Karno.
Jika MD-11 PK-GIM menjadi saksi bisu lengsernya Soeharto dari kursi Kepresidenan, maka helikopter Kepresidenan Sikorsky S-58 menjadi saksi bisu lengsernya Soekarno. Pada 11 Maret 1966, Soekarno menupang helikopter kepresidenan untuk meninggalkan Istana Merdeka yang saat dikepung oleh “tentara liar” (diketahui sebagai tentara RPKAD) menuju ke Istana Bogor. Sore harinya, Soekarno didatangi oleh Tiga Jenderal yang memintanya membuat surat yang kemudian disbut sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) itu menjadi tonggak runtuhnya kekuasaan Orde Lama dan di mulainya Orde Baru.
|
|
Quote:
Quote:
UPDATE
Pesawat Kepresidenan 2013
Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia akan secara resmi memiliki pesawat kepresidenan sendiri pada 2013 mendatang. Pesawat tidak hanya diperuntukan buat pemerintahan saat ini tetapi juga selanjutnya.
"Ya di akhir 2013, " ujar Mensesneg Sudi Silalahi usai mengantar keberangkatan kunjungan kerja Presiden ke Swiss dan Jepang di Bandara Halim Perdanakusuma, Senin (13/6).
Menurut Sudi rencana pembelian pesawat tipe Boeing Bisnis Jet (BBJ) 2 asal Amerika Serikat seharga 58 juta dolar AS itu telah mendapatkan persetujuan DPR pada 27 Desember tahun lalu. Oleh karena itu, Menteri Keuangan dapat menindak lanjuti kesepakatan pembelian itu.
"Kemuadian kita juga bisa negosiasi sehingga harga bisa turun lagi, sebanyak 4 juta dolar AS,"katanya.
Sudi kembali menegaskan pengadaan pesawat ini sudah sangat mendesak dimana pembahasan pengadaan pesawat kepresidenan ini sudah berlangsung sejak era pemerintahan SBY -Jusuf Kalla. Apalagi pesawat kepresiden ini tidak hanya untuk pemerintahan saat ini tapi juga yang akan datang.
Seperti diketahui, BBJ adalah pesawat yang dibuat khusus untuk pelanggan korporasi berdasarkan seri Boeing 737-800, yang bentuk dan spesifikasinya mirip 737 yang milik Garuda.
|
|
|
Sumber
Sumber
Semoga bermanfaat.. :loveindonesia
Kalo berkenan silahkan tinggalkan komeng dan jangan lupa di :rate5 atau :melonndan: ndan..
terima kasih atas kunjungannya... :cheers:
|