TEMPO Interaktif, Jakarta - Peneliti Sejarah Daruul Islam dan Negara Islam Indonesia Sholahuddin mengatakan, jaringan Negara Islam Indonesia yang dikembangkan oleh Komandemen Wilayah IX kini sedang melakukan rekrutmen besar-besaran. Kondisi ini terpaksa dilakukan karena sedang terdesak krisis keuangan. " Jaringan ini sedang menggalang dana besar-besaran karena terlilit hutang cukup besar yakni Rp 50 miliar" kata Sholahuddin pada diskusi "Polemik: NII dan Radikalisme" di Jakarta, Sabtu 3 April 2011.
Menurut dia, kerugian NII KW- IX sebesar Rp 50 miliar pada saat proyek pengadaan sapi impor yang semula akan dibiayai seorang pejabat negara, tapi proyek itu gagal. Karena terlilit hutang tersebut, kata dia, maka pimpinan NII KW- IX memerintahkan pengikutnya untuk melakukan rekrutmen besar-besaran yang sasarannya bisa menarik uang dari anggota yang direkrut.
"Proses rekrutmen yang dilakukan oleh pengikut pimpinan NII KW-IX tidak sampai memakan waktu berbulan-bulan, tapi bisa dilakukan dalam waktu beberapa hari saja, sasarannya terutama orang kaya," katanya.
Menurut dia, pada saat merekrut anggota baru, pengikut NII KW-IX menawarkan konsep "binayatul maliyaj" yakni ada 12 pos pengadaan dana negara. Proses rekrutmen tersebut, kata dia, antara lain melalui proses bai'at atau cuci otak dan kemudian membayar infak untuk NII KW-IX. "Infaq dari anggota NII KW-IX sekitar Rp 5 miliar per bulan," katanya.
Sementara itu, pengamat intelijen menambahkan, NII KW-IX terus melakukan rekrutmen besar-besaran pada 2009 hingga 2014.
NII KW9, kata dia, menargetkan bisa merekrut anggota baru sekitar tujuh orang per minggu, terutama orang kaya. Sholahuddin menambahkan, saat ini NII KW9 sedang melakukan rekrutmen anggota baru secara besar-besaran.
Menurut dia, munculnya isu NII di media massa yang menjadi marak saat ini bermula dari gagalnya rekrutmen terhadap seorang pegawai Kementerian Luar Negeri Laila Febriani atau Lian yang ditemukan di sebuah masjid di Cisarua, Bogor, pada 11 April 2011 dalam kondisi sudah terbai'at.
AMANDRA | WDA | ANT