TEMPO Interaktif, GENEVA � Saat ini Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sedang mengodok upaya bagaimana agar pemasaran "makanan sampah" alias junk food tidak terlalu meraja lela. Lembaga tersebut mengkhawatirkan tingginya pengaruh iklan "makanan sampah" ini pada anak-anak yang berefek pada kesehatan anak-anak secara keseluruhan. Pertemuan resminya sendiri akan digelar PBB di New York tanggal 19-20 September mendatang.

PBB mengatakan para pemimpin negara yang akan mendiskusikan masalah ini akan menggunakan pertemuan U.N. General Assembly untuk membahas bagaimana membatasi jumlah dan tipe iklan "makanan sampah" yang sering menjadikan anak-anak sebagai sasarannya.

PBB menyebut, 43 juta anak usia pra sekolah di dunia saat ini mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Para ahli kesehatan menyebut kondisi ini sebagai "tsunami lemak" yang telah menyebabkan jutaan bayi meninggal prematir tiap bulannya.

Bjorn-Inge Larsen dari Norwegian Directorate of Health mengatakan, sebenarnya dia berharap ada upaya suka rela untuk membatasi iklan "makanan sampah" yang jadi sebagian besar kemunculan generasi anak-anak gendut ini dari perusahaan "makanan sampah" seiring dengan rencana pembatasan iklan ini. Pola yang sama sudah bisa dijalankan di industri tembakau dan rokok.
I AP / UTAMI