Log in

View Full Version : Genre Film Dokumenter


ps3black
27th May 2012, 05:49 PM
http://ceri.ws/smilies/congratulation.gifselamat datanghttp://ceri.ws/smilies/congratulation.gif



[/quote]





harapan ane :

:2good:|:rate5|:melonndan:













maafin ane bila: :repost: | jangan sampai : :cabendan:













Abis baca jangan lupa Komen y gan :) mudah2an bs

:rate5:rate5 dan dapet :melonndan::melonndan: amin







[/spoiler] for cekidot:







[quote]





Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam kenyataannya bahwa setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada faktor-faktor budaya.

Demikian pula dalam film dokumenter, mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre menjadi dua belas jenis. Akan tetapi menurut penulis beberapa jenis film dokumenter yang ada di dalam buku tersebut sebenarnya bisa dikelompokkan lagi.






1. LAPORAN PERJALANAN



Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film.



Film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty oleh banyak pengamat dianggap sebagai film perjalanan yang awal. Dibuat selama satu tahun penuh oleh Flaherty dibuat walaupun sebenarnya film ini hanya menceritakan aktivitas Nanook dan keluarganya (perdagangan, berburu, memancing dan migrasi dari suatu kelompok hampir tidak tersentuh oleh industri teknologi).


for film:




http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/33/Nanook_of_the_north.jpg/220px-Nanook_of_the_north.jpg





Sekarang ini banyak televisi yang membuat program dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah (Trans TV), Jejak Petualang (TV7/Trans7), Bag Packer (TVOne) dan sebagainya, bahkan di beberapa televisi berbayar membuat saluran televisi khusus laporan perjalanan seperti Travel and Living. Dikarenakan penayangannya di televisi, maka kedalaman permasalahannya sangat disesuaikan dengan kebutuhan televisi.



2. SEJARAH



Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Tidak diketahui sejak kapan dokumenter sejarah ini digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter. Khususnya film-film yang disutradarai oleh Leni Refensthal seperti Triumph of the Will (1934), Olympia I : Festival of Nations (1937) & Olympia II : Festival of Beauty (1938). Pada awal film Olympia I divisualisasikan tentang bangsa Aria di masa lalu sedang melakukan oleh raga seperti lari, lempar lembing, lempar cakram dan sebagainya. Sedangkan tahun 1955, Alain Resnais membuat film Night and Fog yang mencengangkan dunia pada masa itu sebab ia menggambarkan bagaimana terjadinya genosida kaum Yahudi oleh tentara Nazi dalam sebuah kamp konsentrasi.


for film:




http://1.bp.blogspot.com/-FIJMbQgq8e4/TxGx8UVujKI/AAAAAAAAAZI/5W7PWyi57sM/s640/night_and_fog.jpg





Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh televisi untuk memproduksi film-film sejarah. Sekarang ini di Metro TV sering ditayangkan Metro Files, program dokumenter yang mengupas sejarah yang tidak terungkap di Indonesia. Dalam beberapa tayangannya sempat membahas tentang budaya Tionghoa di Jakarta (Batavia) dalam judul Merah Hitam di Batavia, pengupasan kepahlawanan Dr. Johannes Leimena, seorang negarawan yang gigih dan memberi kontribusi terhadap berdirinya puskesmas dalam judul Mutiara dari Timur, serta tentang tokoh pergerakan bangsa yang berjuang melalui pendidikan dalam Lentera Bangsa.



3. POTRET / BIOGRAFI



Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas � di dunia atau masyarakat tertentu � atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya.



Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa�peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh. Misalnya saja film Fog of War (2003) karya Errol Morris yang menggambarkan pemikiran strategi hidup dari Robert S. McNamara, mantan Menteri Pertahanan di masa pemerintahan Presiden John. F Kennedy dan Presiden Lyndon Johnson. Selain itu ada beberapa film yang berwujud potret seperti Salvador Dali: A Soft Self-Portrait (1970) karya Jean-Christophe Averty, Maria Callas: La Divina � A Portrait (1987) karya Tony Palmer, Zidane : A 21st Century Portrait (2006) yang disutradarai Douglas Gordon serta Phillipe Parreno dan lain sebagainya.
for film:




http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/thumb/7/71/Fog_of_war.jpg/220px-Fog_of_war.jpg







Kedua, biografi yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya. Film The Day After Trinity (1981) karya Jon Else adalah salah satunya. Film ini berkisah tentang seputar bom atom yang diciptakan oleh Robert Oppenheimer dan penyesalannya terhadap penyalahgunaan teknologi itu untuk membombardir Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Metro TV dalam Metro Files-nya pernah mengulas tentang perjuangan Laksamana Muda John Lie yang memperjuangkan Indonesia dari laut di mana pada saat itu banyak orang masih bergunjing tentang pribumi dan keturunan.


for film:




http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/thumb/8/8d/Day-After-Trinity.jpg/220px-Day-After-Trinity.jpg







Ketiga, profil. Sub-genre ini walaupun banyak persamaannya namun memiliki perbedaan dengan dua di atas terutama karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak membahas aspek�aspek �positif � tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan. Film�film seperti ini dibuat oleh banyak orang di Indonesia terutama saat kampanye pemilu legeslatif ataupun pemilukada (pemilihan umum kepala daerah).



Akan tetapi sub-genre profil ini tidak berhenti pada orang / manusia namun bisa juga sebuah badan (institusi) seperti perusahaan, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, organisasi politik dan sebagainya yang lebih dikenal dengan sitilah profil niaga atau company profile. Film profil tentang perusahaan awal sekali dibuat tahun 1906 oleh perusahaan film Cricks and Martin Films dengan filmnya A Visit to Peek Frean and Company�s Biscuit Factory, film ini memaparkan proses pembuatan, pengemasan hingga pendistribusian biskuit di sebuah pabrik. Namun film profil perusahaan yang awal sekali dibuat adalah pesanan perusahaan Imperial Airways yang disutradarai oleh Paul Rotha dengan judul Contact (1933). Pada masa sekarang, profil perusahaan lebih sering dibuat terutama untuk mengiklankan perusahaan itu sendiri.


for film:




http://cache2.allpostersimages.com/p/LRG/15/1535/1ANBD00Z/posters/imperial-airways.jpg







4. NOSTALGIA



Film�film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian�kejadian dari seseorang atau satu kelompok. Pada tahun 2003, Rithy Panh membuat S21: The Khmer Rouge Death Machine di mana ia mendatangkan beberapa orang yang merupakan dua pihak dari kekejaman Khmer Merah, baik dari pihak korban maupun para penyiksa di masa lalu.



Diceritakan Vann Nath dan Chum Mey, dua korban yang selamat dari Penjara Khmer Merah, Tuol Sleng. Mereka bertemu kembali dan kembali ke bekas penjara yang sekarang menjadi museum di Phnom Penh. Bahkan mereka bertemu mantan penculik mereka, baik bekas penjaga, bekas interogator, seorang dokter dan seorang fotografer. Banyak di antara mereka yang masih berusia remaja selama era Khmer Merah berkuasa (1975-1979). Penampilan mereka sangat kontras dengan dua mantan tahanan yang keduanya pria tua, bhkan rambut VannNath sudah banyak yang putih


[spoiler=open this] for film:




http://s11.bdbphotos.com/images/orig/g/g/gg5z1520sd23ds35.jpg
















LANJUT DI BAWAH

http://img20.imageshack.us/img20/852/downarrowd.png


</div>