Log in

View Full Version : Mandiin aku Bunda


ps3black
27th May 2012, 05:47 PM
Agan dan Aganwati sekalian yang baik...



sebelumnya ane numpang lewat,



waktu ane seluncuran ke sana ke mari, kebetulan baca satu cerita menarik Gan



ane mau bagi satu cerita nih (mungkin Agan-agan sekalian dah pernah baca atau merasa de javu alias :repost:)



sebelumnya ane juga mau nampilin jejak dari pembaca trit ane Gan




[/quote]






Originally Posted by burhanyasser
http://static.kaskus.co.id/images/buttons/viewpost.gif (http://www.ceriwis.us/showthread.php?p=477872017#post477872017)


makanya jangan terlalu sayang sama materi sedangkan anak sendiri dikesampingkan

:cd2:






ane tidak bermaksud apa-apa, cuma mengingatkan aja, mungkin bagi Agan yang sibuk luar biasa, bekerja mungkin, dan sudah dikaruniai anak



coba Agan, atur jadwal lagi, sisihkan waktu barang 1 jam di saat istirahat makan siang untuk pulang dan nengok Anak, mungkin bercanda bentar... MUMPUNG MASIH ADA KESEMPATAN.











Originally Posted by Mandiin Aku Bunda



"MANDIKAN DIRIKU BUNDA.."



Saya ingin bertutur tentang seorang sahabat saya. Sebut saja Rani namanya. Semasa kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak awal, sikap dan konsep dirinya sudah jelas : meraih yang terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun bidang profesi yang akan digelutinya.



Ketika Universitas mengirim kami untuk mempelajari Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, di negerinya bunga tulip, beruntung Rani terus melangkah. Sementara saya, lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran dan berpisah dengan seluk beluk hukum dan perundangan.



Beruntung pula, Rani mendapat pendamping yang "setara" dengan dirinya, sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Si Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih PhD. Konon nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan huruf terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar : Alifya. Tentunya filosofi yang mendasari pemilihan nama ini seindah namanya pula.



Ketika Alif, panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila saja. Frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain makin meninggi.



Di suatu kesempatan saya pernah bertanya , " Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal ?"

Dengan sigap Rani menjawab : " Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Everything is ok." dan itu betul-betul ia buktikan.



Perawatan dan perhatian anaknya, walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sitter, tapi tetap betul-betul mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan pengertian.



Kakek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang ibu-bapaknya. "Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng menjelang tidurnya.



Tidak salah memang. Siapa yang tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil dalam bidang akademis dan pekerjaannya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau Alif minta adik. Waktu itu Ia dan suaminya menjelaskan dengan penuh kasih-sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif.



Lagi-lagi bocah kecil ini "DAPAT MEMAHAMI" orang tuanya.



Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka merengek. Kalau kedua orang tuanya pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Kisah Rani, Alif selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan menyebutnya malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orang tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta.



Diam-diam hati kecil saya menginginkan anak seperti Alif. Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby-sitternya. "ALIF INGIN DIMANDIKAN BUNDA ." Ujarnya. Karuan saja Rani yang dari detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, menjadi gusar.

Tak urung, suaminya turut membujuk agar Alif mau mandi dengan tante Mien, baby-sitternya..



Persitiwa ini berulang sampai hampir sepekan, "BUNDA, MANDIKAN ALIF" begitu setiap pagi. Rani dan suaminya berpikir, mungkin karena Alif sedang dalam masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian.



Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. "Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency".



Setengah terbang, saya pun ngebut ke UGD. But it was too late. Allah SWT sudah punya rencana lain. Alif, si Malaikat kecil keburu dipanggil pemiliknya.



Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang meresmikan kantor barunya, ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Dan itu memang ia lakukan, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. " INI BUNDA LIF, BUNDA MANDIKAN ALIF YA," ucapnya lirih.






sekian gan cerita ane...



maaf kalo agak panjang, tapi kalo berkenan silakan tinggalkan jejak...

maaf juga kalo ternyata :repost:

ane juga seneng nrima :melonndan: tapi ane gak suka :cabendan: (sakit Gan)



terima kasih buat agan-agan yang sudah ninggalin jejak









Originally Posted by janisjoplin
http://static.kaskus.co.id/images/buttons/viewpost.gif (http://www.ceriwis.us/showthread.php?p=477884591#post477884591)


merinding gan bacanyaa... sangat memotivasi tengkiu gan







[quote]






Originally Posted by bongky04
http://static.kaskus.co.id/images/buttons/viewpost.gif (http://www.ceriwis.us/showthread.php?p=477902703#post477902703)


:hope: ga bisa bilang apa",... pedih rasanya :hope:







:hope:









</div>