bakwanmalang
27th May 2012, 05:36 PM
[/quote]
~ http://static.kaskus.co.id/images/smilies/melons.gif ~[HUT KE-66 TNI AU] Penerbang Tempur Diperbanyak~http://static.kaskus.co.id/images/smilies/melons.gif ~
http://www.ahmedhamdyeissa.com/bismilla.gif
http://i1108.photobucket.com/albums/h410/Rafli_Muhammad/KASKUS/kwjllx12.gif
http://img.antaranews.com/new/2012/04/ori/2012040741.jpg
JAKARTA (Suara Karya): TNI Angkatan Udara menggenjot jumlah dan kemampuan penerbangnya untuk menyambut kedatangan puluhan pesawat pembelian baru hingga 2014 nanti. Penambahan pesawat juga membawa konsekuensi pembentukan skadron baru, misalnya menambah skadron tempur F-16/Fighting Falcon di Pekan Baru.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat dalam jumpa pers Geladi Resik HUT ke-66 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (7/4), menyebutkan, pihaknya sudah meprogramkan penambahan penerbang. Hal ini untuk mengimbangi semakin banyaknya pesawat yang dimiliki TNI AU ke depan.
Diantara program yang dijalankan adalah dengan menambah jumlah siswa penerbang. "Kalau tadinya 30 orang, maka sekarang menjadi 40. Kita juga membuka ikatan dinas pendek, yang sebelumnya tidak ada," katanya KSAU.
Direncanakan pula untuk membeli simulator pesawat Sukhoi. Selama ini yang dilakukan adalah dengan mengirimkan penerbang mengikuti pelatihan di luar negeri.
Biaya pelatihan, menurut dia, mahal dan beresiko diketahuinya kelemahan penerbang TNI Angkatan Udara oleh negara lain. Padahal kemampuan penerbang harus dirahasiakan.
Karenanya dengan adanya simulator, lanjut Imam, akan lebih efisien, baik dari jam terbang maupun biaya. "Satu jam terbang Sukhoi sangat mahal, mencapai Rp 500 juta. Di Rusia saja memakai simulator atau pesawat pendamping. Sukhoi baru benar-benar dikeluarkan kalau ada ancaman," ujarnya membandingkan.
Ada beberapa yang dijajaki untuk pembelian ini, seperti Rusia, China, serta Kanada. "Simulator sangat bermanfaat. Kita ingin secepatnya merealisasikan, tapi karena ini kemungkinan bisa pakai state credit, kredit ekspor, maupun pembiayaan luar negeri, maka prosesnya panjang. Kita juga harus mendpat persetujuan DPR. Sekarang kita punya simulator Hawk, F-16, dan Hercules," terang dia.
Pengadaan Alutsista
Imam menyebutkan beberapa pesawat yang didatangkan hingga 2014. Diantaranya, enam unit Sukhoi, 24 unit F-16, 16 unit Super Tucano, 16 unit T-50. Sejumlah pesawat angkut juga dibeli antara lain, sembilan CN-295, CN-235, serta helikopter Super Puma.
Dari rincian itu, sebut KSAU, empat Super Tucano dan dua CN-295 datang tahun ini. Khusus Super Tucano yang diproyeksi menggantikan OV-10/Bronco, semula diharapkan tiba pada momen HUT TNI Angkatan Udara, bulan ini. Tapi perkiraan meleset karena mesin belum siap, sehingga baru pada akhir Juli nanti tiba.
Sedangkan dengan penambahan 24 pesawat F-16, maka total pesawat produksi Amerika Serikat yang dimiliki TNI Angkatan Udara menjadi 36. "Kita akan buat skadron baru F-16 di Pekan Baru," kata Imam.
Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati menuturkan, pengadaan pesawat tambahan bagi TNI Angkatan Udara harus sesuai dengan renstra dan tidak lari dari landasan berpikir yang bermuara pada kekuatan pokok minimum (MEF).
"Ini tentu tak semata-mata kita adakan hanya karena kepentingan membangun deterence effect saja, melainkan juga harus jelas fungsinya bagi kesigapan TNI dalam menjaga NKRI. Ini semua haruslah seimbang antara pengadaan pesawat dan pengawaknya, yakni penerbang," katanya.
Dia menyebut, butuh ToT (alih teknologi) dan benchmarking yang panjang untuk dapat menguasai sebuah pesawat baru. Diperlukan sumber daya manusia TNI Angkatan Udara yang telah mengikuti program pendidikan sesuai tuntutan technology avionic pesawat tersebut.
Menurut Nuning, panggilan akrabnya, saat ini TNI Angkatan Udara masih perlu meningkatkan keahlian pilot pesawat tempur baru. "Jangan sampai sudah dibeli, barang tiba, tapi kesiapan para penerbang masih membutuhkan waktu lama untuk penyesuaiannya," kata dia.
Terkait keinginan KSAU membeli simulator Sukhoi, Nuning beranggapan, hal ini harus jelas dulu fungsinya. Proses pembeliannya juga musti transparan. "Perlu kejelasan apakah itu sudah satu paket dengan pembelian Sukhoi? Kalau sudah sepaket kenapa beli lagi terpisah?," tambahnya. (Feber S)
[quote]
Source : Sumber (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=300771)
</div>
~ http://static.kaskus.co.id/images/smilies/melons.gif ~[HUT KE-66 TNI AU] Penerbang Tempur Diperbanyak~http://static.kaskus.co.id/images/smilies/melons.gif ~
http://www.ahmedhamdyeissa.com/bismilla.gif
http://i1108.photobucket.com/albums/h410/Rafli_Muhammad/KASKUS/kwjllx12.gif
http://img.antaranews.com/new/2012/04/ori/2012040741.jpg
JAKARTA (Suara Karya): TNI Angkatan Udara menggenjot jumlah dan kemampuan penerbangnya untuk menyambut kedatangan puluhan pesawat pembelian baru hingga 2014 nanti. Penambahan pesawat juga membawa konsekuensi pembentukan skadron baru, misalnya menambah skadron tempur F-16/Fighting Falcon di Pekan Baru.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat dalam jumpa pers Geladi Resik HUT ke-66 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (7/4), menyebutkan, pihaknya sudah meprogramkan penambahan penerbang. Hal ini untuk mengimbangi semakin banyaknya pesawat yang dimiliki TNI AU ke depan.
Diantara program yang dijalankan adalah dengan menambah jumlah siswa penerbang. "Kalau tadinya 30 orang, maka sekarang menjadi 40. Kita juga membuka ikatan dinas pendek, yang sebelumnya tidak ada," katanya KSAU.
Direncanakan pula untuk membeli simulator pesawat Sukhoi. Selama ini yang dilakukan adalah dengan mengirimkan penerbang mengikuti pelatihan di luar negeri.
Biaya pelatihan, menurut dia, mahal dan beresiko diketahuinya kelemahan penerbang TNI Angkatan Udara oleh negara lain. Padahal kemampuan penerbang harus dirahasiakan.
Karenanya dengan adanya simulator, lanjut Imam, akan lebih efisien, baik dari jam terbang maupun biaya. "Satu jam terbang Sukhoi sangat mahal, mencapai Rp 500 juta. Di Rusia saja memakai simulator atau pesawat pendamping. Sukhoi baru benar-benar dikeluarkan kalau ada ancaman," ujarnya membandingkan.
Ada beberapa yang dijajaki untuk pembelian ini, seperti Rusia, China, serta Kanada. "Simulator sangat bermanfaat. Kita ingin secepatnya merealisasikan, tapi karena ini kemungkinan bisa pakai state credit, kredit ekspor, maupun pembiayaan luar negeri, maka prosesnya panjang. Kita juga harus mendpat persetujuan DPR. Sekarang kita punya simulator Hawk, F-16, dan Hercules," terang dia.
Pengadaan Alutsista
Imam menyebutkan beberapa pesawat yang didatangkan hingga 2014. Diantaranya, enam unit Sukhoi, 24 unit F-16, 16 unit Super Tucano, 16 unit T-50. Sejumlah pesawat angkut juga dibeli antara lain, sembilan CN-295, CN-235, serta helikopter Super Puma.
Dari rincian itu, sebut KSAU, empat Super Tucano dan dua CN-295 datang tahun ini. Khusus Super Tucano yang diproyeksi menggantikan OV-10/Bronco, semula diharapkan tiba pada momen HUT TNI Angkatan Udara, bulan ini. Tapi perkiraan meleset karena mesin belum siap, sehingga baru pada akhir Juli nanti tiba.
Sedangkan dengan penambahan 24 pesawat F-16, maka total pesawat produksi Amerika Serikat yang dimiliki TNI Angkatan Udara menjadi 36. "Kita akan buat skadron baru F-16 di Pekan Baru," kata Imam.
Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati menuturkan, pengadaan pesawat tambahan bagi TNI Angkatan Udara harus sesuai dengan renstra dan tidak lari dari landasan berpikir yang bermuara pada kekuatan pokok minimum (MEF).
"Ini tentu tak semata-mata kita adakan hanya karena kepentingan membangun deterence effect saja, melainkan juga harus jelas fungsinya bagi kesigapan TNI dalam menjaga NKRI. Ini semua haruslah seimbang antara pengadaan pesawat dan pengawaknya, yakni penerbang," katanya.
Dia menyebut, butuh ToT (alih teknologi) dan benchmarking yang panjang untuk dapat menguasai sebuah pesawat baru. Diperlukan sumber daya manusia TNI Angkatan Udara yang telah mengikuti program pendidikan sesuai tuntutan technology avionic pesawat tersebut.
Menurut Nuning, panggilan akrabnya, saat ini TNI Angkatan Udara masih perlu meningkatkan keahlian pilot pesawat tempur baru. "Jangan sampai sudah dibeli, barang tiba, tapi kesiapan para penerbang masih membutuhkan waktu lama untuk penyesuaiannya," kata dia.
Terkait keinginan KSAU membeli simulator Sukhoi, Nuning beranggapan, hal ini harus jelas dulu fungsinya. Proses pembeliannya juga musti transparan. "Perlu kejelasan apakah itu sudah satu paket dengan pembelian Sukhoi? Kalau sudah sepaket kenapa beli lagi terpisah?," tambahnya. (Feber S)
[quote]
Source : Sumber (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=300771)
</div>