Log in

View Full Version : Ekspedisi Cincin Api (ring of fire)


rumahmenteng
27th May 2012, 05:32 PM
pemirsi agan-agan sekalian

kali aini TS mau berbagi info ekspedisi cincin api yang memuat tentang kejadian alam yang berhubungan dengan keadaan lepengan bumi yang ada di indonesia






CEKGONDRONG GAN,.





http://cdn-u.kaskus.co.id/71/bpfku8pa.jpg




[/quote]





Ekspedisi Cincin Api Kompas



Jauh di bawah tanah yang kita pijak sekarang, ada banyak getaran, guncangan, yang tanpa kita sadari aktivitasnya terjadi setiap waktu. Suatu lempengan tipis dan keras bergerak terhadap lempengan lain. Gerakan itu terus terjadi sejak bumi lahir hingga detik sekarang ini.



Sekarang, kita yang diam di atas tanah air ini, seperti tidak populer membicarakan, merumuskan, atau sekadar menyadari hidup dalam jeratan sabuk gempa. Di bawah kita terhampar batas lempeng India-Australia yang setiap waktu menghujan ke bawah lempeng Eurasia. Sehingga wajar jika Bukit Barisan di sepanjang Sumatera, yang memang terbentuk oleh pergerakan dua lempeng tersebut, sering di guncang gempa dan pantai baratnya tersapu tsunami. Demikian juga sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, selain gempa dan tsunami, aktivitas gunung berapi meningkat seiring meningkatnya magma akibat pergerakan lempeng tersebut. Belum lagi jika kita berpijak di timur Indonesia, lempeng tektonik sekaligus bertemu, yaitu lempeng Pasifik dengan lempeng Australia. Ada lagi yang menyebutkan ditambah dengan mendekatnya lempeng Filipina.



Kita, manusia-manusia yang hidup di tengah peristiwa geologi tersebut, memiliki persepsi beragam. Persepsi lahir dari nilai-nilai sosial dan politik negeri ini. Nilai-nilai tradisional tentu telah lama dianut masyarakat yang hidup di kawasan gunung berapi dan rawan gempa. Misalnya bagaimana membaca gejala alam dan cara membuat rumah panggung dari kayu yang ternyata tahan gempa. Nilai-nilai itu juga melahirkan mitologi atas ketidakkuasaan diri terhadap peristiwa dari Yang Maha Kuasa.



Sedangkan nilai-nilai baru terus berupaya menciptakan sistem mitigasi yang modern meskipun terseok-seok dibombardir carut-marut politik negeri. Persoalan mengupayakan adanya sistem mitigasi yang cocok, membangun persepsi yang baik terhadap suatu bencana geologi kalah populer dibanding mengurusi partai politik, mengamankan jabatan dan kekuasaan.



Karena kita terlena dalam kemelut politik dan melupakan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan. Maka seharusnya kita tidak menyalahkan masyarakat yang bersikap pasrah terhadap maut, memandang takdir, ketika gunung berapi meletus, gempa mengguncang dan tsunami menyapu.





Jauh dari hiruk-pukik ibu kota Jakarta, satu tim yang terdiri dari wartawan, ahli geologi, arkeologi, botani serta antropologi, mengintensifkan diri dalam sebuah perjalanan yang dinamai Ekspedisi Cincin Api Kompas.



Ekspedisi dilakukan selama satu tahun lamanya. Sejak Juni 2011, tim ekspedisi melakukan perjalanan secara bertahap ke sejumlah kawasan gunung berapi dan patahan yang masuk dalam zona cincin api (ring of fire) di Indonesia. Telah dilakukan perjalanan ke Gunung Tambora, lalu Danau Toba, Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, dan baru saja selesai yaitu ke Gunung Krakatau.



Tulisan kecil di atas sekadar catatan awal dalam thread di forum ini untuk menerima interaksi, bahan diskusi, berbagi pengalaman, wawasan dan pengetahuan dari berbagai macam sudut pandang, yang tentu bermanfaat memperkaya hasil ekspedisi yang disajikan berupa reportase lengkap dalam edisi khusus di Harian Kompas, Kompas.com dan Kompas TV dimulai tanggal 14 September 2011.





sumber: http://forum.kompas.com/ekspedisi-ci...pi-kompas.html (http://forum.kompas.com/ekspedisi-cincin-api/39941-ekspedisi-cincin-api-kompas.html)




[quote]





1. Tambora

Gunung di Pulau Sumbawa, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, ini meletus pada April 1815 yang dikenal sebagai "The Largest Volcanic Eruption in History" (letusan terbesar yang tercatat dalam sejarah). Lebih dari 71.000 orang meninggal dan terjadi perubahan iklim, dan masa itu sering disebut juga tahun tanpa musim panas.



2. Toba, Sibayak, Sinabung, dan Tarutung (patahan gempa)

Gunung-gunung api dan sesar tektonik di Sumatera Utara. Gunung api super-Toba diperkirakan meletus 74.000 tahun yang lalu dan menghasilkan kaldera dan Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengah-tengahnya. Letusan ini memicu gelombang tsunami.



3. Krakatau

Gunung api di Selat Sunda ini meletus dahsyat pada Agustus 1883. Lebih dari 36.000 orang meninggal dan letusan ini memicu gelombang tsunami.



4. Agung, Batur, dan Rinjani

Antara spiritualitas dan rasionalitas, mencari folklor lokal terkait gunung berapi. Di Bali dan Lombok, gunung menjadi pusat orientasi budaya dan agama. Bagaimana pengaruhnya terhadap mitigasi bencana?



5. Jawa Timur: Gunung Semeru, Penaggungan, Bromo, Ijen, dan Kelud

Berdampingan hidup dengan bencana. Kawah Ijen pada zaman dulu telah menjadi sumber belerang dan bahan amunisi. Sebaliknya, kini Kawah Ijen menyimpan bahaya besar. Bibir kawah yang menyimpan jutaan asam sulfat dikhawatirkan runtuh, dan kebocoran sebenarnya sudah terjadi, menyebabkan peracunan pada tanah pertanian.



Sementara itu, Bromo adalah pusat spiritual masyarakat Jawa, selain juga pusat pariwisata. Bagaimana masyarakat bisa berdampingan dengan bencana?



6. Jawa Tengah: Merapi, Merbabu, Lawu, Sindoro, Sumbing, Dieng

Pralaya dan pergeseran peradaban akibat letusan gunung api. Letusan Merapi diperkirakan menjadi penyebab bergesernya Mataram Kuno ke wilayah timur. Merapi juga menjadi contoh ujian nyata manajemen bencana modern dalam berhadapan dengan sikap budaya lokal yang sering kali bertabrakan.



7. Jawa Barat: Tangkuban Perahu, Salak, Papandayan, Galunggung

Berkah kesuburan tanah Parahyangan di balik ancaman bencana. Letusan Salak pernah berdampak besar terhadap Jakarta.



8. Kerinci, Dempo, Merapi, Sorik

Gunung para dewa dan konsepsi kisah orang pendek. Gunung Kerinci adalah juga gunung api tertinggi di Indonesia, yang memiliki keindahan, tetapi juga memiliki potensi bencana sangat besar.



9. Rokatenda, Egon, Lewo Tobi, tsunami di Ende dan Larantuka

Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah contoh ekstrem kepulauan yang dibentuk oleh jajaran gunung berapi, yang berpengaruh terhadap keringnya geografi di daerah ini. Selain itu, tsunami juga berkali-kali menerjang. Bagaimana kearifan lokal masyarakat terhadap bencana ini?



10. Sangihe, Ambon, Ibu, Soputan

Hampir mirip dengan NTT, kepulauan Ambon (Ambonia) juga tersusun dari banyak gunung berapi aktif, sekaligus berada di area penghunjaman aktif yang sering terdampak gempa dan tsunami. Bahkan, catatan paling tua tentang tsunami di Indonesia terjadi di Ambon, dicatat oleh Rumphius.



11. Sesar darat: Liwa-Padang-Aceh dan Palu

Sesar darat Sumatera termasuk yang paling aktif di dunia. Sayangnya, hingga kini belum ada pemetaan bencana. Banyak jalur sesar yang diduga masih menjadi permukiman. Demikian juga di Palu, hal yang sama pun terjadi.



12. Mentawai, Nias, Simeulue

Pulau-pulau di batas benua. Ketiga pulau ini berada di titik terluar garis benua, yang paling sering dilanda gempa besar dan berpotensi besar tsunami sepanjang sejarah. Masyarakat di sana memiliki kearifan lokal dan budaya yang sangat terkait dengan gempa dan tsunami, tetapi kini banyak yang telah hilang.





http://cdn-u.kaskus.co.id/71/hxfsskip.jpg



sumber: http://ekspedisi.kompas.com/cincinap...cin.Api.Kompas (http://ekspedisi.kompas.com/cincinapi/index.php/detail/news/2011/09/14/22160687/Jalur.Ekspedisi.Cincin.Api.Kompas)



semoga indonesia ga kena dampak negatif dari ini semua gan,.





sekian thread dari ane yang berkenan bisa tinggalin deretan

:sundul: :sundul:

:melonndan: :melonndan:

:rate5 :rate5

yang kurang berkenan jangan tinggalin :cabendan: :cabendan: ,cos ane ga lg bangun rumah,.







:2good: :loveindonesia :ceriwislove:

</div>