Log in

View Full Version : Film 'The Raid',Tinggalkan Hantu,Tawarkan Mutu


sijampang
27th May 2012, 04:49 PM
http://cdn-u.kaskus.co.id/72/d9zum3bq.jpg



Film genre horor tak lagi punya �taring� menarik simpati penonton



Jangan heran bila Anda masuk ke ruang lobi bioskop tak banyak lagi menjumpai poster atau gambar-gambar serem dari film hantu yang bakal tayang di gedung bioskop tersebut. Maklum saja, film layar lebar bergenre horor belakangan ini ada gejala mulai ditinggalkan penontonnya. Banyak alasan yang mengemuka tentang penyebab surutnya film-film yang menjual tema hantu itu.



Selain tidak bermutu, boleh jadi keinginan para penonton yang berharap bergidik ngeri atau ketakutan campur rasa penasaran dengan menonton film ini, malah tidak kesampaian. Yang terjadi malah sebaliknya, penontonnya tertawa geli melihat stereo type film-fim horror kita.



Bagaimana tidak? Hampir semua film bertema horor menjual tema-tema yang nyaris seragam. Dari judul misalnya, �tokoh� hantu yang jadi pemeran utama hanya itu-itu saja, ada Suster Ngesot. Sundal Bolong, pocongkkkkkk 3, Beranak dalam Kubur, Tali pocongkkkkkk Perawan, Hantu Kak Limah Balik Ke Rumah, Hantu Jeruk Perut dan lain-lain



http://cdn-u.kaskus.co.id/72/kbt85to7.jpg



Begitu juga dari sosok hantunya, mayoritas digambarkan lusuh, buruk rupa, pakaian putih kayak gembel, miskin-papah, mata dipoles sedemikian rupa sehingga terlihat seram. Tokoh hantu yang ditampilkan nyaris tak ada bedanya dengan tokoh hantu yang sering kita tonton di pentas Srimulat. Hanya sampai di situkah kemampuan para sutradara film horor kita membangun kesan kesereman?



Belum lagi dari segi penataan intrumentalia yang mengiringi hampir semua film horor Indonesia ada suara lolongan seekor anjing. Kalau ini sich cukup mendengar suara lolongan sudah menakutkan dan tak perlu melihat filmnya. Selain suara lolongan seekor anjing, paling suara seekor kucing, kemudian dentangan-dentangan alat dapur seperti belanga ,sendok berjatuhan yang gemirincingan, pintu berkarat yang terbuka sendiri dan sebagainya.



Apa sebenarnya tujuan film horor Indonesia, hanyalah untuk menakut-nakuti sajakah? Apa tidak ada tujuan lebih dari itu? Penonton Indonesia jarang berhasil menarik makna filosofis dan edukatif yang berkesan di dalamnya. Kalaupun ada paling �pendidikan seks� yang menjadi bumbu-bumbu dalam tayangan film horor. Yang bikin miris justru film horor Indonesia, acapkali menunjukan adegan-adegan yang vulgar seperti payudara, paha, ciuman, pelukan, ML. Justru itulah yang menjadi tontonan utama. Bukan bumbu-bumbu.



Angin segar



Pengamat dan pengajar film di Binus International, Ekky Imanjaya melihat masyarakat kita telah kehilangan kepercayaan atas film-film lokal bertema pocongkkkkkk dan seks, yang seolah tak memikirkan kualitas. Karenanya, butuh film-film terobosan yang mampu mengembalikan kepercayaan itu.



Geliat sudah terasa. Setelah 'The Raid', muncul 'Modus Anomali' garapan Joko Anwar dan 'The Witness' besutan Muhammad Yusuf. Dua film yang tayang perdana 26 April ini juga telah membuktikan kualitasnya dengan sederet apresiasi dari mancanegara.



http://cdn-u.kaskus.co.id/72/mf32fopy.jpg



http://cdn-u.kaskus.co.id/72/rztpldd4.jpg



Di South By Southwest (SXSW), festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, 'Modus Anomali' menuai serangkaian pujian. Film produksi Lifelike Pictures ini bahkan terpilih ditayangkan pada Midnighters, acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik.



Sementara 'The Witness', mendapat kepercayaan tayang sebagai film komersial di Filipina sejak 21 Maret lalu. Cinema Evaluation Board (CEB), badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk film ini. Dan, segera tayang di negara Asia lainnya.



Masih ada sederet film berkualitas yang memberi angin segar dunia perfilman Tanah Air: 'Langit Biru', 'Lovely Man', dan 'Postcards From The Zoo'. Film-film ini juga menorehkan prestasi di sejumlah festival film bergengsi bertaraf internasional.



"Semoga semakin banyak produser yang berani membuat terobosan. Tak hanya memperlakukan film nasional sebagai tontonan yang mendatangkan untung, tapi produk budaya," Ekky menambahkan.



Pecinta industri perfilman tanah air memang harus bersyukur karena di saat film-film bergenre horor sempat laris manis merebut perhatian penonton, para sineas yang lebih mengedepankan mutu ketimbang �jualan hantu justru tak pernah menyerah. Mereka terus menyuguhkan film-film berkualitas walaupun seringkali tidak break event point (BEP) dari sisi biaya produksi.



Para sineas ini bukan saja berjuang agar penonton mau melihat film mereka tetapi juga berkompetisi di ajang internasional. Meski para sineas kita sering kali harus puas hanya mengantongi pujian ketimbang trophy kemenangan, mereka terus menuangkan kreativitas dalam bentuk cerita, maupun genre yang lebih beragam.



The Raid, Jadi Lokomotif Perfilman Indonesia



http://cdn-u.kaskus.co.id/72/4srudlip.jpg



Baru satu bulan 'The Raid' memasuki proses produksi. Kompilasi adegan laga yang menampilkan kehebatan silat Iko Uwais sudah terbang ke Los Angeles. Rekaman gambar selama tujuh menit itu masuk ke meja XYZ Films. Itu adalah perusahaan yang memiliki koneksi ke pasar film internasional. Berkuasa memamerkan karya-karya terbaik ke sejumlah distributor film di Amerika Serikat. Lewat perusahaan ini, 'The Raid' memiliki kesempatan tebar pesona ke pasar Hollywood.



Pesona 'The Raid' terpancar. Film ini memikat distributor bergengsi: Sonny Picture Classics. "Mereka melihat film ini original dan eksotik, unsur silat menjadi daya tarik tersendiri," kata produser film 'The Raid', Ario Sagantoro. Tak salah kalau pengamat dan pengajar film di Binus International, Ekky Imanjaya mengatakan The Raid bisa menjadi lokomotif yang dapat menggairahkan perfilman nasional.



The Raid bukan satu-satunya film Indonesia yang meraih pujian. Ada film lain yang tak kalah menuai kesuksesan saat tampil di negeri orang.



Berikut, lima film yang menuai banyak pujian di luar negeri itu.



Modus Anomali



Film Modus Anomali yang diproduksi Lifelike Pictures dengan produser Sheila Timothy berhasil mendapat banyak apresiasi di berbagai kancah film dunia. Tak hanya sekadar dipuji, film ini pun terpilih ditayangkan pada "Midnighters". Section ini adalah acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik untuk ditayangkan tengah malam.



Modus Anomali juga sempat memenangkan penghargaan, Bucheon Award di Korea Selatan.

Penghargaan ini dianugerahkan di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF) yang merupakan bagian dari Puchon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan.



Modus Anomali adalah film thriller yang bercerita tentang seorang laki-laki yang harus menyelamatkan keluarganya yang hilang saat berlibur di sebuah hutan. Di hutan, dia harus berjuang menghindari kejaran seorang pembunuh misterius.



The Raid



Sejak diproduksi, film garapan Gareth Evans ini sudah menuai banyak pujian. Itu antara lain terlihat dari diraihnya penghargaan �The Cadillac People�s Choice Midnight Madness Award� dan menjadikan The Raid sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.



Tidak hanya karena skenarionya yang penuh adegan berkelahi, The Raid juga dianggap berhasil memicu semangat dunia perfilman Indonesia yang belakangan ini dibuat jenuh dengan film-film yang semata mengeksploitasi pocongkkkkkk dan cerita-cerita misteri lokal yang nyaris seragam.



Film produksi PT Merantau Film ini berhasil melesat tajam di box office AS. Film The Raid sempat bertengger di posisi 11 dengan penghasilan sebesar US$1,228 juta atau sekitar Rp11 miliar. Penonton film The Raid di Indonesia telah mencapai 1 juta lebih sejak penayangan perdananya.



The Witness



The Witness, film bergenre thriller yang disutradarai Muhammad Yusuf ini sudah tayang di Filipina sejak 21 Maret lalu. Untuk pertama kalinya film Indonesia dapat tayang secara komersil di sana, tidak sebatas sebagai pengisi di festival film saja.



Cinema Evaluation Board (CEB), sebuah badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk The Witness. Tak cuma itu, sejumlah media Filipina bahkan berpendapat sineas-sineas Filipino harus belajar membuat film dari Indonesia.



Film untuk 18 tahun ke atas ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan senjatanya sendiri ke mulut.



Langit Biru



Film Langit Biru masuk nominasi Osaka Asian Film Festival, Jepang. Terpilihnya film dari Indonesia ini merupakan hal yang istimewa karena setiap tahun Festival Film di Osaka hanya memilih satu film dari masing-masing negara peserta. Menurut panitia, kedua film ini dinilai layak masuk kualifikasi karena kualitas dan keunikannya.



Film musikal anak-anak Langit Biru diputar di Umeda Garden Cinema. Dalam film tersebut, sang sutradara, Lasja F. Susatyo, menggambarkan problema sehari-hari anak-anak di Jakarta dan cara mereka mengatasi masalah sendiri. Salah satu tema yang diusung adalah soal perbedaan dan sikap saling menghargai perbedaan tersebut.



Lovely Man



Sementara itu, Lovely Man juga diputar di bioskop Cine Nouveau. Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun menyedot cukup banyak penonton Jepang yang tertarik dengan film-film Asia berkualitas.



Film ini pada dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang sudah lama tidak saling bertemu. Dalam film ini disajikan sosok anak yang santun, berjilbab dan seorang lulusan pesantren, yang akhirnya bertemu dengan sang ayah yang bergulat dengan hidup yang keras sebagai waria di Ibukota Jakarta.viv

--



Film RI Yang Menyabet Penghargaan



Modus Anomali

The Witness

Langit Biru

Lovely Man

The Raid

Dead Mine

Lewat Djam Malam

Dilema

Postcard from the Zoo

The Mirror Never Lies

Pirate Brothers

Cerita dan Cita Rehabilitasi Berbasis Masyarakat



sumber:surabayapost.co.id

</div>