sambelkecap
27th May 2012, 04:48 PM
http://i660.photobucket.com/albums/uu330/priamalam1/Buku-PLBJ-UB.jpg
[/quote]
Di buku PLBJ kelas 1 terbitan PT Tiga Serangkai Putra Mandiri juga terdapat bacaan yang tidak cocok untuk anak kecil ini.
Pada bab 11 halaman 77-84 buku tersebut, tercantum kisah 'cerita rakyat Si Angkri'. Cerita ini mengisahkan Angkri, jawara Betawi yang menjalankan tipu muslihat dan kekerasan untuk menggapai cita-citanya.
Seperti yang dilansir Merdeka online, kisah ini bermula ketika Angkri yang jatuh miskin akibat terus kalah berjudi berniat menjadi bek (centeng) dari juragan Tabrani. Namun dia harus menyingkirkan bek Asan, centeng yang sudah dimiliki oleh Tabrani.
"Aduh pegimane ya... kalau elo mau jadi bek gue kan udah ade bang asan..." kata juragan Tabrani dalam dialog sandiwara yang tertulis di buku tersebut.
"Ya ude deh itu urusan gampang serahin ama aye," sahut Angkri.
Angkri pun mengirim dua preman bayaran untuk membunuh Asan. "elo bikin bang asan kapok, libas die... biar die kapok. Kalau die mati gue bisa gantiin jadi beknya juragan tabrani."
Singkat cerita, duel berlangsung, tapi dua preman bayaran Angkri kalah. Asan pun meminta pendapat gurunya bagaimana cara untuk membalas kelakuan Angkri. Atas saran gurunya, Asan diminta menggunakan perempuan untuk memperdaya Angkri.
"Udah deh San ... pancing aje die ame perempuan.... ntar kalau die keluar ... beri die pelajaran," saran sang guru.
Sungguh sedih mengetahui bahwa dari sejak dini, anak-anak sudah disodorkan dengan pelajaran yang sebenarnya lebih tepat dikhususkan kepada remaja/dewasa seperti ini. Anehnya, pihak sekolah memperbolehkan buku bermateri tersebut untuk diajarkan kepada anak didiknya. Menjadi pertanyaan, apakah pihak sekolah tidak menyeleksi dengan ketat materi-materi buku pelajaran yang dibagikan di sekolah mereka? Jika pun sudah, mengapa materi-materi seperti ini bisa lolos dari pemeriksaan mereka?
http://i660.photobucket.com/albums/uu330/priamalam1/Bang-Maman_main.jpg
[quote]
Kisah bak sinetron yang dipenuhi intrik dan tipu muslihat seputar harta dan istri simpanan masuk ke dalam materi pelajaran anak kelas 2 SD. Adalah Donny BU (36) yang terperanjat ketika mendapati keponakannya sedang menghapalkan materi pelajaran yang akan menjadi bahan ulangan harian. Pasalnya materi pelajaran yang berjudul �Bang Maman dari Kali Pasir� ini dinilai sangat tidak pantas untuk diberikan kepada anak kelas 2 SD meskipun bertujuan untuk mengajarkan anak-anak mengetahui mana sifat yang baik dan yang buruk.
Kisah �Bang Maman� ini dimuat dalam buku Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta, yang merupakan muatan lokal. Sang keponakan mendapatkan buku ini dari sekolahnya di sebuah SD di Jakarta Timur. Buku ini dibeli paket dari sekolah dan diterbitkan PT MK, sedangkan kisah Bang Maman ini ada di halaman 30.
Materi pelajaran 'Bang Maman dari Kali Pasir' ini berkisah mengenai kehidupan Bang Maman, seorang pedagang buah yang menikahkan anaknya, Ijah, dengan Salim yang juga merupakan putra dari Pak Darip, orang kaya di Kali Pasir. Pak Darip kemudian meninggal dan mewariskan kebun yang sangat luas kepada Salim. Salim meminta Kusen untuk mengurus kebunnya. Namun Kusen kemudian diceritakan sebagai seorang yang licik. Bersama dengan istrinya, ia menjual kebun itu dan Salim pun jatuh miskin.
Bang Maman yang tahu bahwa Salim telah jatuh miskin kemudian meminta Ijah untuk menceraikan suaminya, namun Ijah tidak mau dan memilih untuk tetap setia kepada Salim. Bang Maman kemudian menyuruh Patme agar berpura-pura menjadi istri simpanan Salim. Patme yang menyetujui rencana Bang Maman kemudian mendatangi Ijah dan merekapun bertengkar. Ijah yang kecewa kemudian bercerai dengan Salim.
Tak hanya sampai di situ, intrik dan tipu muslihat terus berlanjut di kisah ini. Ijah yang telah bercerai dari Salim diceritakan hendak dinikahi perampok yang menyamar menjadi orang kaya. Calon suami Ijah kemudian ditangkap polisi saat pesta pernikahan sedang digelar.
Kisah penuh intrik seputar harta dan istri simpanan ini kemudian harus �diingat dan dihafalkan� oleh anak-anak kelas 2 SD karena mereka diminta belajar dari pengalaman yang dapat diambil dan memetik nilai luhur dari kisah tersebut.
�Jadi kisah ini mesti dihafal, siapa yang baik, siapa yang jahat. Namun apa pantas kisah seperti itu untuk anak kelas 2 SD?� ungkap Donny yang juga seorang penggiat internet sehat sebagaimana dilansir DetikCom.
Sungguh tragis bagaimana materi seperti ini bisa lolos dan masuk ke dalam kurikulum Sekolah Dasar. Materi pelajaran anak SD seharusnya disesuaikan dengan perkembangan jiwa dan pengenalan mereka akan nilai-nilai kehidupan yang luhur, bukan dengan intrik dan tipu muslihat. Sebuah kondisi yang harus mendapat perhatian serius dari setiap kita untuk menyelamatkan generasi bangsa ini.
</div>
[/quote]
Di buku PLBJ kelas 1 terbitan PT Tiga Serangkai Putra Mandiri juga terdapat bacaan yang tidak cocok untuk anak kecil ini.
Pada bab 11 halaman 77-84 buku tersebut, tercantum kisah 'cerita rakyat Si Angkri'. Cerita ini mengisahkan Angkri, jawara Betawi yang menjalankan tipu muslihat dan kekerasan untuk menggapai cita-citanya.
Seperti yang dilansir Merdeka online, kisah ini bermula ketika Angkri yang jatuh miskin akibat terus kalah berjudi berniat menjadi bek (centeng) dari juragan Tabrani. Namun dia harus menyingkirkan bek Asan, centeng yang sudah dimiliki oleh Tabrani.
"Aduh pegimane ya... kalau elo mau jadi bek gue kan udah ade bang asan..." kata juragan Tabrani dalam dialog sandiwara yang tertulis di buku tersebut.
"Ya ude deh itu urusan gampang serahin ama aye," sahut Angkri.
Angkri pun mengirim dua preman bayaran untuk membunuh Asan. "elo bikin bang asan kapok, libas die... biar die kapok. Kalau die mati gue bisa gantiin jadi beknya juragan tabrani."
Singkat cerita, duel berlangsung, tapi dua preman bayaran Angkri kalah. Asan pun meminta pendapat gurunya bagaimana cara untuk membalas kelakuan Angkri. Atas saran gurunya, Asan diminta menggunakan perempuan untuk memperdaya Angkri.
"Udah deh San ... pancing aje die ame perempuan.... ntar kalau die keluar ... beri die pelajaran," saran sang guru.
Sungguh sedih mengetahui bahwa dari sejak dini, anak-anak sudah disodorkan dengan pelajaran yang sebenarnya lebih tepat dikhususkan kepada remaja/dewasa seperti ini. Anehnya, pihak sekolah memperbolehkan buku bermateri tersebut untuk diajarkan kepada anak didiknya. Menjadi pertanyaan, apakah pihak sekolah tidak menyeleksi dengan ketat materi-materi buku pelajaran yang dibagikan di sekolah mereka? Jika pun sudah, mengapa materi-materi seperti ini bisa lolos dari pemeriksaan mereka?
http://i660.photobucket.com/albums/uu330/priamalam1/Bang-Maman_main.jpg
[quote]
Kisah bak sinetron yang dipenuhi intrik dan tipu muslihat seputar harta dan istri simpanan masuk ke dalam materi pelajaran anak kelas 2 SD. Adalah Donny BU (36) yang terperanjat ketika mendapati keponakannya sedang menghapalkan materi pelajaran yang akan menjadi bahan ulangan harian. Pasalnya materi pelajaran yang berjudul �Bang Maman dari Kali Pasir� ini dinilai sangat tidak pantas untuk diberikan kepada anak kelas 2 SD meskipun bertujuan untuk mengajarkan anak-anak mengetahui mana sifat yang baik dan yang buruk.
Kisah �Bang Maman� ini dimuat dalam buku Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta, yang merupakan muatan lokal. Sang keponakan mendapatkan buku ini dari sekolahnya di sebuah SD di Jakarta Timur. Buku ini dibeli paket dari sekolah dan diterbitkan PT MK, sedangkan kisah Bang Maman ini ada di halaman 30.
Materi pelajaran 'Bang Maman dari Kali Pasir' ini berkisah mengenai kehidupan Bang Maman, seorang pedagang buah yang menikahkan anaknya, Ijah, dengan Salim yang juga merupakan putra dari Pak Darip, orang kaya di Kali Pasir. Pak Darip kemudian meninggal dan mewariskan kebun yang sangat luas kepada Salim. Salim meminta Kusen untuk mengurus kebunnya. Namun Kusen kemudian diceritakan sebagai seorang yang licik. Bersama dengan istrinya, ia menjual kebun itu dan Salim pun jatuh miskin.
Bang Maman yang tahu bahwa Salim telah jatuh miskin kemudian meminta Ijah untuk menceraikan suaminya, namun Ijah tidak mau dan memilih untuk tetap setia kepada Salim. Bang Maman kemudian menyuruh Patme agar berpura-pura menjadi istri simpanan Salim. Patme yang menyetujui rencana Bang Maman kemudian mendatangi Ijah dan merekapun bertengkar. Ijah yang kecewa kemudian bercerai dengan Salim.
Tak hanya sampai di situ, intrik dan tipu muslihat terus berlanjut di kisah ini. Ijah yang telah bercerai dari Salim diceritakan hendak dinikahi perampok yang menyamar menjadi orang kaya. Calon suami Ijah kemudian ditangkap polisi saat pesta pernikahan sedang digelar.
Kisah penuh intrik seputar harta dan istri simpanan ini kemudian harus �diingat dan dihafalkan� oleh anak-anak kelas 2 SD karena mereka diminta belajar dari pengalaman yang dapat diambil dan memetik nilai luhur dari kisah tersebut.
�Jadi kisah ini mesti dihafal, siapa yang baik, siapa yang jahat. Namun apa pantas kisah seperti itu untuk anak kelas 2 SD?� ungkap Donny yang juga seorang penggiat internet sehat sebagaimana dilansir DetikCom.
Sungguh tragis bagaimana materi seperti ini bisa lolos dan masuk ke dalam kurikulum Sekolah Dasar. Materi pelajaran anak SD seharusnya disesuaikan dengan perkembangan jiwa dan pengenalan mereka akan nilai-nilai kehidupan yang luhur, bukan dengan intrik dan tipu muslihat. Sebuah kondisi yang harus mendapat perhatian serius dari setiap kita untuk menyelamatkan generasi bangsa ini.
</div>