PDA

View Full Version : Kegagalan sistem pendidikan di indonesia


sijampang
27th May 2012, 04:43 PM
SEBUAH RENUNGAN : KEGAGALAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA




[/spoiler] for MANUSIA DICIPTAKAN DENGAN TUJUAN YANG SPESIFIK:








MANUSIA DICIPTAKAN DENGAN TUJUAN YANG SPESIFIK



Pernahkan kita merenungkan mengapa setiap manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda satu sama lain? Apa tujuannya?



Setiap manusia diciptakan dengan sebuah tujuan yang spesifik, hal ini dapat dilihat bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya (baca: bakat atau potensi)masing-masing. Walaupun manusia diberikan kehendak bebas untuk memilih, sebenarnya manusia diciptakan untuk memenuhi suatu fungsi tertentu sesuai dengan bakat dan potensinya.



Sistem pendidikan di Indonesia gagal dalam membantu sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk menyadari hal ini. Sistem pendidikan di Indonesia dirancang untuk menjadikan SDM indonesia sebagai SDM yang serba bisa, serba tahu. Sesuatu yang mustahil. manusia tidak dirancang untuk unggul dalam semua bidang.



Pada dasarnya, setiap SDM dirancang untuk unggul dalam satu-dua hal tertentu. Kemudian mereka dipertemukan dengan SDM lainnya, saling melengkapi satu sama lain dengan keunggulan masing-masing membentuk suatu sistem yang unggul pula. Inilah yang sebenarnya dibutuhkan di dunia nyata.



Sistem pendidikan di Indonesia tidak mampu menfasilitasi SDM untuk menggali, menemukan dan mengembangkan bakat dan potensi mereka masing-masing. Bukannya berfokus pada bakat potensi setiap individu, sistem pendidikan di Indonesia justru berusaha agar setiap individu memiliki skill yang sama dan setara dalam semua bidang.



Akibatnya, skill sebagian besar SDM Indonesia serba tanggung. Tidak unggul di sini, tidak unggul di sana. Selain itu, membuat SDM Indonesia terlihat bodoh dan tidak berkompetensi. Sebagai contoh: ada orang yang lemah dalam matematika tapi unggul dalam bahasa. Sebaliknya, ada orang yang lemah dalam bahasa tapi unggul dalam matematika. Sistem pendidikan di Indonesia menerapkan sistem penilaian yang seragam pada setiap individu. Dalam bidang matematika, orang yang lemah dalam matematika tapi unggul dalam bahasa harus menjalani sistem penilaian yang sama dengan orang yang unggul dalam matematika tapi lemah dalam bahasa. Dalam hal ini tidakkah orang yang lemah dalam matematika akan terlihat bodoh?



Seharusnya sistem penilaian yang baik memiliki standar minimum yang jelas. Seharusnya semua bidang dibedakan menjadi dasar dan terapan atau lanjutan. Contoh matematika dibagi menjadi dua macam : matematika dasar dan matematika terapan atau lanjutan. Demikian juga bahasa; bahasa dasar dan terapan atau lanjutan. Baik orang yang unggul dalam bahasa maupun orang yang unggul dalam matematika, keduanya harus mampu melalui standar minimum untuk matematika dasar dan bahasa dasar. Nilai unggul mereka baru terlihat saat mereka dipisahkan, orang yang unggul dalam bahasa wajib mengikuti sistem penilaian untuk bahasa terapan atau lanjutan tetapi tidak untuk matematika terapan atau lanjutan. Sama halnya dengan orang yang unggul dalam matematika wajib mengikuti sistem penilaian untuk matematika terapan atau lanjutan tetapi tidak untuk bahasa terapan atau lanjutan.



Tentunya sebelum sistem penilaian itu diberlakukan, setiap individu harus mampu menemukan di mana potensi mereka yang sesungguhnya. Di sinilah peran sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan harus mampu membantu dan menfasilitasi setiap individu dalam menemukan dan mengembangkan potensi mereka masing-masing harus dimaksimalkan.



Kelemahan ini terlihat dengan kebergantungan sistem pendidikan di Indonesia terhadap ujian nasional. Karena ujian nasional dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk mendorong dan memotivasi pelajar di Indonesia untuk belajar. Mengapa pelajar di Indonesia membutuhkan motivasi khusus untuk belajar? Karena pelajar di Indonesia tidak memiliki tujuan yang jelas ke mana mereka mau berada di kemudian hari karena sistem pendidikan di Indonesia tidak mempersiapkan mereka untuk itu. Orang yang memiliki tujuan yang jelas, tidak membutuhkan motivasi khusus dari luar untuk mendorong mereka melakukan yang terbaik. Kalau seorang pelajar menyukai suatu bidang dan memang dia diberi kelebihan dalam bidang itu, tentunya dia tanpa harus dipaksa akan terus mengembangkan dirinya dalam bidang itu dengan terus memperbesar rasa keingintahuannya. Di sinilah peran guru sebagai bagian dari sistem pendidikan harus mampu membantu para pelajar untuk mempertahankan motivasi tersebut.



Ujian nasional pun tidak bisa dijadikan standar dalam sistem penilaian atas kompetensi belajar seorang pelajar karena memberlakukan sistem penilaian yang seragam untuk semua individu yang jelas memiliki potensi yang berbeda. Sebaiknya ujian nasional dibedakan lagi. Sebagai contoh : setiap pelajar harus mengikuti ujian matematika dasar, bahasa Indonesia dasar, bahasa Inggris dasar, ilmu sosial dasar, ilmu sains dasar dan setidaknya satu ujian ilmu terapan atau lanjutan sesuai dengan potensinya, misalnya IPA-Fisika.



Dengan demikian, sistem pendidikan di Indonesia akan menciptakan SDM-SDM yang memiliki keunggulan di satu atau dua bidang tertentu dan kemampuan rata-rata (baca: standar minimum) di bidang lainnya. Fokus dan keunggulan inilah yang menjadi jawaban atas kebutuhan dunia nyata.














[spoiler=open this] for next...:






Bersambung, masih ada lanjutannya...









</div>