Log in

View Full Version : Harapan Untuk Kemanusiaan..True Story :)


mercusuar
27th May 2012, 04:42 PM
welcome to my thread

tolong dirate5 kalo berkenan




by Daigo Hakurio on Sunday, July 24, 2011



Tadi malam sobat saya menginap dirumah saya, mendadak pada pagi harinya sobat saya mendapat telpon dari ayahnya yang mengatakan dia harus segera pulang untuk mendampingi ayahnya dalam suatu urusan yang sangat penting. saya memutuskan mengantar dia pulang dengan mengendarai sepeda motor, karena terburu-buru, ditengah-tengah perjalanan yang jaraknya sudah cukup jauh dari rumah saya, saya baru menyadari kalau saya lupa membawa dompet saya yang didalamnya beirsi surat izin mengemudi, STNK, dan sejumlah uang.



Celakanya, saya juga tidak menyadari kalau BBM sepeda motor saya tinggal sedikit dan lebih buruknya sahabat saya juga baru kehilangan kartu ATM-nya serta juga tidak membawa unag tunai sepeser pun, dan mengingat jarak antara rumah saya dan rumah sahabat saya cukup jauh (Pondok Gede - Pondok Indah) kami berdua berpendapat kalau bensinnya tidak akan cukup dan sepeda motor saya akan mogok sebelum sampai tujuan.



Walaupun begitu saya berusaha untuk tenang dan mencoba memeriksa kedua kantong jaket saya dan keempat kantong celana saya dan untungnya saya menemukan uang lima ribu rupiah. Naasnya, sesuai dugaan kami, benar saja bensinnya tidak cukup dan motor saya mogok disekitar Dharmawangsa Square, dimana penjual bensin eceran maupun pom bensin masih agak jauh.



Saya mulai agak panik mengingat sahabat saya harus segera sampai ke rumahnya, karena harus pergi mendampingi ayahnya untuk urusan yang sangat penting. Spontan saja, terlintas di benak saya meminta bantuan pada pengendara motor yang melintas untuk mendorong motor saya sampai ke tempat penjual bensin eceran atau pom bensin.



satu, dua, tiga dan saya tidak ingat beberapa pengendara motor lewat begitu saja tidak mempedulikan atau berinisiatif membantu kami, padahal, menurut pendapat saya, karena ini hari minggu tidak banyak pengendara motor yang berkendara untuk suatu urusan penting, kebanyakan mungkin cuma sekedar berkendara di minggu pagi untuk menikmati udara pagi atau mungkin pergi mengunjungi kerabat. Saya mulai skeptis dan berpikir kalau para pengendara yang enggan memberi pertolongan pada kami mungkin mencurigai kalau kami akan bertindak kriminal atatu melakukan sesuatu yang merugikan mereka, atau mungkin mereka sekedar tidak peduli akan kesulitan yang kami hadapi, saya berkata dalam hati "bagaimanakah perasaan mereka kalau mereka menghadapi permasalahan yang saya hadapi dan tidak ada yang memberi pertolongan atau bahkan sekedar peduli" berangkat dari pemikiran tersebut mulai muncul sebuah dugaan kalau kebanyakan dari masyarakat kota besar tidak lagi mempedulikan suara hati nuraninya, dimana kesadaran akan tenggang rasa terhadap antar sesama anggota masyarkat di ibu kota ini mulai puda; bagi saya hal ini merupakan indikasi bahwa masyarakat kota besar seperti Jakarta sudah terbungkam oleh kecurigaan yang terbentuk dari pola kehidupan yang cenderung individualistis, penuh persaingan, dan kurangnya sensitivitas dan kesadaran sosial terhadap sesama anggota masyarakat.



Setelah hampir menyerah berusaha menyetop pengendara sepeda motor yang melinta, tiba-tiba ada seorang pemuda - mungkin sebaya atau lebih muda dari saya dan sahabat saya- yang berhenti dan bertanya kepada kami "Mogok mas?" dan saya menjawab "iya mas, saya tadi terburu-buru karena ada urusan penting, jadi lupa bawa dompet, tapi saya cuma punya 5 ribu, kira-kira penjual bensin eceran atau pom n\bensin yang paling dekat ada dimana ya?", kemudian dengan senyum yang ramah dia menawarkan untuk membantu mendorong (nyetut) sepeda motor saya sampai tempat penjual penjual bensin eceran terdekat.



Begitu sampai ditempat penjual bensin eceran, dan sebelum dia beranjak melanjutkan perjalanan saya menjabat tangannya seraya berkata "mas kita cuma bisa berterima kasih, untung ada yang peduli, sekali lagi makasih banyak " ,dengan senyum tulus yang memancarkan keikhlasan dan kepuasan, si penolong menjawab dengan bersahaja "ga ada salahnya bantu orang " .



Sekejap pikiran saya terbuka seakan mendapat pencerahan, dan kemudian saya berpikir walaupun tidak banyak, tapi masih ada sejumlah orang yang nuraninya masih tersentuh untuk membantu orang tak dikenal tanpa sama sekali mengharapkan balasan apapun dengan senang hati. (do the right thing because it's right).



Permasalahan kembali muncul ketika saya mengetahui kalau harga bensin eceran adalah Rp 6000 (enam ribu rupiah) per botolnya sedangkan yang kami punya hanya selembar uang Rp 5000 dan si penjual bensin bersikeras tidak bersedia menjual bensinnya seharga Rp5000 walaupun saya berusaha untuk berkompromi untuk mengurangi jumlah bensinnya. Karena dikejar waktu akhirnya saya memutuskan untuk memberi obeng yang ada didalam bagasi motor saya sebagai pengganti kurangnya uang kami. Walaupun terlihat enggan si penjual akhirnya rela menerima obeng sebagai ganti kekurangan uang kami dan mengisi bensin motor saya. selagi si penjual menuangkan bensin ke dalam tangki, tiba-tiba seseorang menghampiri kami dan memberi uang seribu kepada si penjual dan meletakkan kembali obeng saya ke dalam bagasi motor. sekejap saja saya merasa bersyukur sekaligus segan karena tidak mengenal orang tersebut seraya berujar "gapapa mas saya ikhlas kok obengnya" dan ia segera menjawab "sudah mas saya mengerti" sekali lagi saya cuma bis berkata "mas terima kasih, semoga dibalas tuhan" dengan luga dia menjawab "sepele cuma bantu dikit".



Melihat penampilan kami yang cukup rapi dibandingkan penampilan orang ini saya berpendapat mungkin taraf hidup orang yang membantu kami, walaupun cuma seribu rupiah, mungkin tidak lebih baik dari taraf hidup saya, juga mengingat orang-orang yang memberi pertolongan pada kami hanyalah orang yang baru kami kenal.



Bagi saya, nilai dari pertolongan-pertolongan yang saya dapatkan dalam perjalanan pagi ini, lebih dari sekedar waktu yang mereka luangkan atau materi yang mereka relakan. Pengalaman saya minggu pagi ini telah membuka mata saya, di dunia yang dipenuhi konflik, perpecahan, penipuan, kepalsuan, kemunafikan, ego dan kepentingan individualistis maupun kelompok telah menggerus kepedulian terhadap sesama manusia dan ideologi kemanusiaan itu sendiri, masih ada segelintir orang yang melakukan kebaikan dengan setulus hati (genuine generosity).



Pengalaman saya minggu pagi ini membuat saya menyadari suatu kenyataan bahwa rasa kemanusiaan (humanity) dalam diri masing2 insan yang hidup di dunia ini masih mempunyai harapan dari polusi ideologi egosentris, hedonistis, dan materialistis yang menciptakan sebuah anggapan picik kalau segala perilaku manusia semata-mata terdorong oleh timbal balik materi, akan tetapi masih banyak orang yang terdorong melakukan sesuatu yang baik semata-mata karena mereka menyadari peran mereka dari kemanusiaan itu sendiri



Muhammad Daigo Hakurio, seorang anggota masyarakat dunia, bagian dari kemanusiaan 24/07/10





dijamin no repost gan..

ini bner2 kisah nyata yg dialamin tmn ane sendiri yg ditulis di wallnya krn menurut sya pribadi tulisannya bgs&berbobot sya share dsini..

smoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua



jika berkenan ga nolak dilemparin :melonndan: asal jgn yg :cabendan:



Thx gan :)

</div>