jonykebot
27th May 2012, 04:42 PM
ayah, aku sadar kau kesepian. aku juga sudah tau banyak certia tentang masa kecil mu. dan aku tau kau merasakan traumatika itu saat tua ini.
bukan maksud aku tak menghargai keberadaan mu dulu dan sekarang. bukan juga aku bermaksud melawan kepemimpinan mu. aku juga tak bermaksud bila bentukan ini kau sebut diriku �durhaka�.
ayah maaf, aku tak begitu peka dengan mu.
dan ayah maaf, aku juga jarang berbincang dengan mu, bahkan berbagi cerita sehari ku, walau hanya untuk bercanda.
aku menuliskan ini sambil menitikkan air mata entah mengapa begitu, mengalir begitu saja. tenggorkkan ku juga tertahan sesuatu seperti ada batu besar yang mengganjal.
ayah, aku ingin minta maaf atas segala perlakuan ku saat ini, dulu, dan nanti. sebesar-besarnya minta dibukakan pintu maaf.
ibu baru bercerita padaku, �saat senja mu kini kau selalu menangis dan selalu mengeluhkan keberadaan anak-anakmu�.
aku baru tahu bahwa kau kesepian, saat mendengarnya ini membuat aku berpikir lagi atas perlakuan ku kepada mu selama ini.
aku yang selama ini membuat mu kepusingan akan tingkah laku ku. selalu marah-marah karena kelakuan ku. dan selalu emosi atas kebodohan-kebodohan yang ku perbuat.
ayah, kau selalu bercerita bahwa hidup ku kini slalu lebih baik, nikmat dan indah ketimbang hidup mu.
kau selalu cerita jika tidak enak bila tinggal tanpa orang tua dan tanpa saudara.
kau selalu cerita bahwa hidup sendirian itu tidak enak, oleh karena itu kau selalu mengharuskan anak-anak mu meberi laporan tiap kejadian.
kau selalu cerita bahwa kecil dulu kau tak pernah bermain, bahkan kau harus menghidupi dirimu sendiri. �tak kerja tak makan�, cerita mu kepada ku
dulu waktu aku masih belum sadar cerita-cerita mu. aku anggap itu smua hanya cerita untuk membanggakan dirimu saja. atau bahkan kuanggap itu tak penting.
tapi saat ku dengar cerita dari ibu itu-bahwa kau selalu menangisi keberadaan anak-anak mu yang sulit terpantau-aku mulai berpikir lagi dan berkhayal betapa sulitnya jalan hidup mu dulu.
masa kecil yang tak terjamah kasih sayang orang tua, masa muda yang entah bertujuan untuk apa, masa keluarga yang nyatanya anak-anaknya sulit untuk diberi arahan. bahkan hingga kini kau sudah tua, anak-anak mu malah disibuk dengan urusannya sendiirri dan melupakan mu.
memang waktu kecil kita sangat akrab. namun pada masa remaja aku mulai berpaling. aku selalu tak mengidahkan semua cerita, nasehat dan wejangan mu. karena itu smua aku anggap sampah yang tak pantas didengar dan selalu membuat ku terkekang.
namun seiiring bertambahnya waktu dan ketika ibu bercerita keadaan mu sekarang. aku jadi berpikir lagi tentang smua cerita masa kecil, masa muda, dan cerita mu saat ini.
ayah, maaf kan aku.
karena hanya maaf yang ku bisa ucapkan.
~untuk ayah yang aku abadikan di dunia maya~
</div>
bukan maksud aku tak menghargai keberadaan mu dulu dan sekarang. bukan juga aku bermaksud melawan kepemimpinan mu. aku juga tak bermaksud bila bentukan ini kau sebut diriku �durhaka�.
ayah maaf, aku tak begitu peka dengan mu.
dan ayah maaf, aku juga jarang berbincang dengan mu, bahkan berbagi cerita sehari ku, walau hanya untuk bercanda.
aku menuliskan ini sambil menitikkan air mata entah mengapa begitu, mengalir begitu saja. tenggorkkan ku juga tertahan sesuatu seperti ada batu besar yang mengganjal.
ayah, aku ingin minta maaf atas segala perlakuan ku saat ini, dulu, dan nanti. sebesar-besarnya minta dibukakan pintu maaf.
ibu baru bercerita padaku, �saat senja mu kini kau selalu menangis dan selalu mengeluhkan keberadaan anak-anakmu�.
aku baru tahu bahwa kau kesepian, saat mendengarnya ini membuat aku berpikir lagi atas perlakuan ku kepada mu selama ini.
aku yang selama ini membuat mu kepusingan akan tingkah laku ku. selalu marah-marah karena kelakuan ku. dan selalu emosi atas kebodohan-kebodohan yang ku perbuat.
ayah, kau selalu bercerita bahwa hidup ku kini slalu lebih baik, nikmat dan indah ketimbang hidup mu.
kau selalu cerita jika tidak enak bila tinggal tanpa orang tua dan tanpa saudara.
kau selalu cerita bahwa hidup sendirian itu tidak enak, oleh karena itu kau selalu mengharuskan anak-anak mu meberi laporan tiap kejadian.
kau selalu cerita bahwa kecil dulu kau tak pernah bermain, bahkan kau harus menghidupi dirimu sendiri. �tak kerja tak makan�, cerita mu kepada ku
dulu waktu aku masih belum sadar cerita-cerita mu. aku anggap itu smua hanya cerita untuk membanggakan dirimu saja. atau bahkan kuanggap itu tak penting.
tapi saat ku dengar cerita dari ibu itu-bahwa kau selalu menangisi keberadaan anak-anak mu yang sulit terpantau-aku mulai berpikir lagi dan berkhayal betapa sulitnya jalan hidup mu dulu.
masa kecil yang tak terjamah kasih sayang orang tua, masa muda yang entah bertujuan untuk apa, masa keluarga yang nyatanya anak-anaknya sulit untuk diberi arahan. bahkan hingga kini kau sudah tua, anak-anak mu malah disibuk dengan urusannya sendiirri dan melupakan mu.
memang waktu kecil kita sangat akrab. namun pada masa remaja aku mulai berpaling. aku selalu tak mengidahkan semua cerita, nasehat dan wejangan mu. karena itu smua aku anggap sampah yang tak pantas didengar dan selalu membuat ku terkekang.
namun seiiring bertambahnya waktu dan ketika ibu bercerita keadaan mu sekarang. aku jadi berpikir lagi tentang smua cerita masa kecil, masa muda, dan cerita mu saat ini.
ayah, maaf kan aku.
karena hanya maaf yang ku bisa ucapkan.
~untuk ayah yang aku abadikan di dunia maya~
</div>