sijampang
27th May 2012, 04:20 PM
[/quote]
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/no3zpivd.gif
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/xj2j3pdv.gif
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/4481271168c957c4e3b2e780d3fe69acdfc.gif
[/spoiler] for Ki Hadjar Dewantara:
http://4.bp.blogspot.com/-oxTBjV875oQ/Tz46nk_jEWI/AAAAAAAAAdo/Kjlmmfif0As/s1600/ki-hajar-dewantoro1.jpg
Persyarikatan Muhammadiyah yang lebih dulu berdiri dan berkiprah di banding Taman Siswa justru tak dijadikan acuan pemerintah untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional. Padahal, dibanding Taman Siswa yang bercorak Theosofis, peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan di Indonesia lebih besar, bahkan hingga kini.
Setiap tanggal 2 Mei, pemerintah Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal ini merujuk pada hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, sosok yang dianggap berperan penting dalam memajukan pendidikan nasional. Siapa Ki Hadjar Dewanatara? Bagaimana pemikirannya? Apakah kiprahnya layak dijadikan acuan sebagai Hari Kebangkitan Nasional?
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat alias Ki Hadjar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Seperti halnya Raden Ajeng Kartini, hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara juga dijadikan peringatan nasional. Garis silsilah Ki Hadjar Dewantara berasal dari keturunan aristokrat Mataram. Ayahnya, Pangeran Soerjaningrat, adalah anak dari Paku Alam III. Pangeran Soerjaningrat adalah orang yang sejak muda menggeluti alam pikiran Barat, kebatinan, filsafat, dan sastra. Pergaulannya untuk mendalami bidang tersebut sangat luas, diantaranya dengan tokoh-tokoh seperti dr Wahidin Soedirohoesoedo (pendiri Boedi Oetomo), Pastor Van Lith (Pastor Jesuit yang menjalankan misi pendidikan di kalangan kebangsaan), dan G.A.J Hazeau (asisten Snouck Hurgronje yang juga aktif dalam mengembangkan pendidikan sekular).
Ki Hadjar Dewantara menghabiskan masa kecil sebagai anak seorang elit Jawa yang lekat dengan dunia kebatinan. Masa kanak-kanak dan remajanya dipengaruhi oleh sastra Jawa, agama Islam, dan ajaran-ajaran Hindu purba. Ki Hadjar juga seorang pengagum cerita-cerita mitos dalam dunia pewayangan. Bagi orang Jawa, wayang adalah pertunjukan lakon yang melambangkan kehidupan dan kemanunggalan antara kawula dan gusti.
Ki Hadjar menamatkan pendidikan dasarnya di Europese Lagere School (Sekolah Dasar Eropa) dan kemudian melanjutkan ke pendidikan guru di Yogyakarta. Pada tahun 1905, Ki Hadjar masuk ke sekolah kedokteran di Batavia, STOVIA. Di sinilah ia bertemu dengan beberapa aktivis lainnya dan mulai banyak terlibat dalam aksi-aksi dan pemikiran tentang kebangsaan. Saat Boedi Oetomo dideklarasikan di STOVIA, Ki Hadjar diserahi tugas sebagai pimpinan bagian propaganda.
Pada tahun 1913 sampai 1919, Ki Hadjar tinggal dalam pembuangan di negeri Belanda. Di negeri inilah ia banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan lainnya yang telah lebih dulu tinggal di sana. Di Belanda pula, Ki Hadjar banyak bertemu dengan para aktivis Theosofi dan tokoh-tokoh Belanda, seperti Abendanon, Stokvis, Jonkman, Theodore Conrad van Daventer, dan Van Koll. Mereka semua adalah tokoh-tokoh yang banyak memainkan peranan penting dalam membentuk kader-kader pribumi yang berpola pikir barat dan Theosofi.
for Taman Siswa:
http://khabib06.files.wordpress.com/2011/05/79__354x336_logo-tamsis-kecil.gif?w=184&h=174
Kelak, pemikiran para tokoh tersebut yang sangat berbau Theosofi mempengaruhi pola pendidikan yang ada pada Taman Siswa, lembaga pendidikan yang didirikan KI Hadjar Dewantara. Dalam buku �Perkembangan Kebatinan di Indonesia�, Buya Hamka menyenbut Taman Siswa sebagai gerakan abangan, klenik, dan primbon Jawa yang mengamalkan ritual shalat daim. Dalam kepercayaan kebatinan, shalat di sini bukan bermakna ritual seperti yang dijalankan umat Islam, tetapi shalat dalam pengertian kebatinan, yaitu menjalankan kebaikan terus menerus. Setiap kebaikan adalah shalat, setiap eling kepada Tuhan adalah shalat. Begitulah ajaran yang dipercaya oleh kalangan kebatinan, termasuk para tokoh Taman Siswa.
Ritual shalat daim banyak dilakukan oleh aktivis Theosofi, sebuah aliran kebatinan yang berada di bawah pengaruh pemikiran Yahudi. Dan kelak, cita-cita dan pola pikir Taman Siswa sama sebangun dengan Gerakan Theosofi. Ini disebabkan, para pendiri Taman Siswa seperti Ki Hadjar Dewantara dan Ki Sarmidi Mangoensarkoro adalah orang-orang yang berada di bawah pengaruh Theosofi.
for Muhammadiyah:
http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/image/Image%20Konten/lambang-muhammadiyah.jpg
Muhammadiyah lahir sebagai respon dari maraknya pendidikan netral yang bercorak barat, Kristen dan Freemasonry. Apalagi sekolah Kristen yang mendapat subsidi pemerintah pada perkembangannya kerap melakukan upaya Kristenisasi, dengan sokongan politik Kristenisasi Belanda yang terkenal dengan istilah �Kerstening Politik� (Politik Kristenisasi). Di antara program Kerstening Politik yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1910 adalah diadakannya aturan �Sirkuler Minggu�, dimana tidak ada yang boleh menyelenggarakan kegiatan kenegaraan, sekolah, dan aktivitas pasar pada hari minggu. Kebijakan ini ditentang oleh aktivis Islam yang tergabung dalam Sarekat Islam, termasuk juga ditentang oleh KH Achmad Dachlan.
Di antara sekolah netral yang didirikan kelompok Mason adalah Frobel Scholen dan Neutrale Hollandsch Inlandsche Scholen di Yogyakarta. Sekolah-sekolah mereka dibekingi oleh para Mason Jawa dan Eropa yang tergabung dalam Neutrale Onderwijs Vereniging (Perhimpunan Pendidikan Netral).Orang �orang yang menjadi pengurus Neutrale Onderwijs adalah: Dr. D.I de Vries Robles (ketua), R.R Nitidipoero (Wakil Ketua), A.J.P Doom (Bendahara), A. Van Hoypusen (Sekretaris I), R.M Brotoadmodjo (Sekretaris II), dan para komisaris yang terdiri dari: A.B David, Mr. F.W Pynacker Hordijk, W.F.J Schilham, P.A Soerjahadiningrat, R.M.P Gondoatmodjo, dan R.T Wrjo Dirdjo.
Berbeda dengan Taman Siswa, Muhammadiyah mempunyai tujuan keislaman yang jelas, yaitu: �Pertama: Menjebarkan pengadjaran Igama Kandjeng Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada pendoedoek boemipoetra di dalam residentie Djokjakarta.� Kedua, � Memadjukan hal Igama anggauta-anggautanya.�.
KH Achmad Dahlan adalah sosok ulama yang faqih, yang peduli terhadap nasib umat Islam terutama dalam bidang pendidikan. Ia pernah bermukim di Makkah untuk menimba ilmu. Pada saat pemerintah Hindia Belanda berupaya membendung pengaruh orang-orang yang baru pulang haji dari Makkah dan melarang masuknya buku-buku keislaman, yang dituding membawa ajaran Pan-Islamisme, KH Achmad Dahlan berupaya melakukan perlawanan dengan menyelundupkan buku-buku Islam, termasuk Majalah Al-Manar dan Al-Urwatul Wutsqa yang sangat berpengaruh saat itu. KH Achmad Dahlan menyelundupkannya masuk lewat pelabuhan di Tuban, kemudian membawanya ke Yogyakarta.
Di saat Belanda mengeluarkan kebijakan Kerstening Politik (Politik Kristenisasi) dalam bidang pendidikan dan kelompok Freemasonry juga berupaya memberikan pengaruh lewat bidang pendidikan yang bercorak barat dan netral, KH Achmad Dahlan berupaya melakukan upaya perlawanan dengan mendirikan Muhammadiyah. Sebuah organisasi yang sampai saat memiliki peranan penting dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Jadi, siapa yang pantas untuk diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional, KH Achmad Dahlan atau KH Hadjar Dewantara? Siapa yang pantas diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, Muhammadiyah yang sudah berkiprah selama satu abad hingga kini atau Taman Siswa? Tulisan sederhana ini mengajak kita semua untuk jujur pada sejarah, sehingga tinta sejarah yang tertoreh begitu jernih, tidak buram, apalagi dimanipulasi!
Sumber : voa-islam.com dan http://ats-tsaqofah.blogspot.com/201...hammadiyah.htm (http://ats-tsaqofah.blogspot.com/2010/05/pelopor-hardiknas-itu-muhammadiyah.htm)
Kunjungi Blog Let'sGo !
[spoiler=open this] for Blog Ane:
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/jgaj7hrl.gif
www.wawangaleri.blogspot.com (http://www.wawangaleri.blogspot.com)
This Thread created By Phaethon
� 2012 All Right Reserved�
</div>
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/no3zpivd.gif
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/xj2j3pdv.gif
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/4481271168c957c4e3b2e780d3fe69acdfc.gif
[/spoiler] for Ki Hadjar Dewantara:
http://4.bp.blogspot.com/-oxTBjV875oQ/Tz46nk_jEWI/AAAAAAAAAdo/Kjlmmfif0As/s1600/ki-hajar-dewantoro1.jpg
Persyarikatan Muhammadiyah yang lebih dulu berdiri dan berkiprah di banding Taman Siswa justru tak dijadikan acuan pemerintah untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional. Padahal, dibanding Taman Siswa yang bercorak Theosofis, peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan di Indonesia lebih besar, bahkan hingga kini.
Setiap tanggal 2 Mei, pemerintah Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal ini merujuk pada hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, sosok yang dianggap berperan penting dalam memajukan pendidikan nasional. Siapa Ki Hadjar Dewanatara? Bagaimana pemikirannya? Apakah kiprahnya layak dijadikan acuan sebagai Hari Kebangkitan Nasional?
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat alias Ki Hadjar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Seperti halnya Raden Ajeng Kartini, hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara juga dijadikan peringatan nasional. Garis silsilah Ki Hadjar Dewantara berasal dari keturunan aristokrat Mataram. Ayahnya, Pangeran Soerjaningrat, adalah anak dari Paku Alam III. Pangeran Soerjaningrat adalah orang yang sejak muda menggeluti alam pikiran Barat, kebatinan, filsafat, dan sastra. Pergaulannya untuk mendalami bidang tersebut sangat luas, diantaranya dengan tokoh-tokoh seperti dr Wahidin Soedirohoesoedo (pendiri Boedi Oetomo), Pastor Van Lith (Pastor Jesuit yang menjalankan misi pendidikan di kalangan kebangsaan), dan G.A.J Hazeau (asisten Snouck Hurgronje yang juga aktif dalam mengembangkan pendidikan sekular).
Ki Hadjar Dewantara menghabiskan masa kecil sebagai anak seorang elit Jawa yang lekat dengan dunia kebatinan. Masa kanak-kanak dan remajanya dipengaruhi oleh sastra Jawa, agama Islam, dan ajaran-ajaran Hindu purba. Ki Hadjar juga seorang pengagum cerita-cerita mitos dalam dunia pewayangan. Bagi orang Jawa, wayang adalah pertunjukan lakon yang melambangkan kehidupan dan kemanunggalan antara kawula dan gusti.
Ki Hadjar menamatkan pendidikan dasarnya di Europese Lagere School (Sekolah Dasar Eropa) dan kemudian melanjutkan ke pendidikan guru di Yogyakarta. Pada tahun 1905, Ki Hadjar masuk ke sekolah kedokteran di Batavia, STOVIA. Di sinilah ia bertemu dengan beberapa aktivis lainnya dan mulai banyak terlibat dalam aksi-aksi dan pemikiran tentang kebangsaan. Saat Boedi Oetomo dideklarasikan di STOVIA, Ki Hadjar diserahi tugas sebagai pimpinan bagian propaganda.
Pada tahun 1913 sampai 1919, Ki Hadjar tinggal dalam pembuangan di negeri Belanda. Di negeri inilah ia banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan lainnya yang telah lebih dulu tinggal di sana. Di Belanda pula, Ki Hadjar banyak bertemu dengan para aktivis Theosofi dan tokoh-tokoh Belanda, seperti Abendanon, Stokvis, Jonkman, Theodore Conrad van Daventer, dan Van Koll. Mereka semua adalah tokoh-tokoh yang banyak memainkan peranan penting dalam membentuk kader-kader pribumi yang berpola pikir barat dan Theosofi.
for Taman Siswa:
http://khabib06.files.wordpress.com/2011/05/79__354x336_logo-tamsis-kecil.gif?w=184&h=174
Kelak, pemikiran para tokoh tersebut yang sangat berbau Theosofi mempengaruhi pola pendidikan yang ada pada Taman Siswa, lembaga pendidikan yang didirikan KI Hadjar Dewantara. Dalam buku �Perkembangan Kebatinan di Indonesia�, Buya Hamka menyenbut Taman Siswa sebagai gerakan abangan, klenik, dan primbon Jawa yang mengamalkan ritual shalat daim. Dalam kepercayaan kebatinan, shalat di sini bukan bermakna ritual seperti yang dijalankan umat Islam, tetapi shalat dalam pengertian kebatinan, yaitu menjalankan kebaikan terus menerus. Setiap kebaikan adalah shalat, setiap eling kepada Tuhan adalah shalat. Begitulah ajaran yang dipercaya oleh kalangan kebatinan, termasuk para tokoh Taman Siswa.
Ritual shalat daim banyak dilakukan oleh aktivis Theosofi, sebuah aliran kebatinan yang berada di bawah pengaruh pemikiran Yahudi. Dan kelak, cita-cita dan pola pikir Taman Siswa sama sebangun dengan Gerakan Theosofi. Ini disebabkan, para pendiri Taman Siswa seperti Ki Hadjar Dewantara dan Ki Sarmidi Mangoensarkoro adalah orang-orang yang berada di bawah pengaruh Theosofi.
for Muhammadiyah:
http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/image/Image%20Konten/lambang-muhammadiyah.jpg
Muhammadiyah lahir sebagai respon dari maraknya pendidikan netral yang bercorak barat, Kristen dan Freemasonry. Apalagi sekolah Kristen yang mendapat subsidi pemerintah pada perkembangannya kerap melakukan upaya Kristenisasi, dengan sokongan politik Kristenisasi Belanda yang terkenal dengan istilah �Kerstening Politik� (Politik Kristenisasi). Di antara program Kerstening Politik yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1910 adalah diadakannya aturan �Sirkuler Minggu�, dimana tidak ada yang boleh menyelenggarakan kegiatan kenegaraan, sekolah, dan aktivitas pasar pada hari minggu. Kebijakan ini ditentang oleh aktivis Islam yang tergabung dalam Sarekat Islam, termasuk juga ditentang oleh KH Achmad Dachlan.
Di antara sekolah netral yang didirikan kelompok Mason adalah Frobel Scholen dan Neutrale Hollandsch Inlandsche Scholen di Yogyakarta. Sekolah-sekolah mereka dibekingi oleh para Mason Jawa dan Eropa yang tergabung dalam Neutrale Onderwijs Vereniging (Perhimpunan Pendidikan Netral).Orang �orang yang menjadi pengurus Neutrale Onderwijs adalah: Dr. D.I de Vries Robles (ketua), R.R Nitidipoero (Wakil Ketua), A.J.P Doom (Bendahara), A. Van Hoypusen (Sekretaris I), R.M Brotoadmodjo (Sekretaris II), dan para komisaris yang terdiri dari: A.B David, Mr. F.W Pynacker Hordijk, W.F.J Schilham, P.A Soerjahadiningrat, R.M.P Gondoatmodjo, dan R.T Wrjo Dirdjo.
Berbeda dengan Taman Siswa, Muhammadiyah mempunyai tujuan keislaman yang jelas, yaitu: �Pertama: Menjebarkan pengadjaran Igama Kandjeng Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada pendoedoek boemipoetra di dalam residentie Djokjakarta.� Kedua, � Memadjukan hal Igama anggauta-anggautanya.�.
KH Achmad Dahlan adalah sosok ulama yang faqih, yang peduli terhadap nasib umat Islam terutama dalam bidang pendidikan. Ia pernah bermukim di Makkah untuk menimba ilmu. Pada saat pemerintah Hindia Belanda berupaya membendung pengaruh orang-orang yang baru pulang haji dari Makkah dan melarang masuknya buku-buku keislaman, yang dituding membawa ajaran Pan-Islamisme, KH Achmad Dahlan berupaya melakukan perlawanan dengan menyelundupkan buku-buku Islam, termasuk Majalah Al-Manar dan Al-Urwatul Wutsqa yang sangat berpengaruh saat itu. KH Achmad Dahlan menyelundupkannya masuk lewat pelabuhan di Tuban, kemudian membawanya ke Yogyakarta.
Di saat Belanda mengeluarkan kebijakan Kerstening Politik (Politik Kristenisasi) dalam bidang pendidikan dan kelompok Freemasonry juga berupaya memberikan pengaruh lewat bidang pendidikan yang bercorak barat dan netral, KH Achmad Dahlan berupaya melakukan upaya perlawanan dengan mendirikan Muhammadiyah. Sebuah organisasi yang sampai saat memiliki peranan penting dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Jadi, siapa yang pantas untuk diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional, KH Achmad Dahlan atau KH Hadjar Dewantara? Siapa yang pantas diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, Muhammadiyah yang sudah berkiprah selama satu abad hingga kini atau Taman Siswa? Tulisan sederhana ini mengajak kita semua untuk jujur pada sejarah, sehingga tinta sejarah yang tertoreh begitu jernih, tidak buram, apalagi dimanipulasi!
Sumber : voa-islam.com dan http://ats-tsaqofah.blogspot.com/201...hammadiyah.htm (http://ats-tsaqofah.blogspot.com/2010/05/pelopor-hardiknas-itu-muhammadiyah.htm)
Kunjungi Blog Let'sGo !
[spoiler=open this] for Blog Ane:
http://i841.photobucket.com/albums/zz336/spyware258/jgaj7hrl.gif
www.wawangaleri.blogspot.com (http://www.wawangaleri.blogspot.com)
This Thread created By Phaethon
� 2012 All Right Reserved�
</div>