Log in

View Full Version : Hudaya, Pahlawan Revolusi yang Terlupakan


minumwine
27th May 2012, 04:12 PM
Banyak yang tidak kalau di Tasikmalaya Jawa Barat terdapat pahlawan revolusi selain KH Zaenal Mustofa. Jangankah masyarakat, pemerintah sendiri hampir tidak pernah mengungkapkannya bahkan terkesan melupakan seorang pelaku sejarah penting. Seorang bernama Hudaya putra Tasikmalaya adalah seorang pejuang sejati yang merelakan darahnya untuk Ibu pertiwi.

Untuk mengenang sebuah sejarah perjuangan seorang syuhada bangsa putra Tasikmalaya , kami sampaikan tulisan singkat hasil karya pelajar SMA Islam YAPPAS yang masih peduli akan sejarah bangsa.



PENDIDIKAN HUDAYA



Tasikmalaya,tempat kelahiran seseorang yang bernama HUdaya. Hudaya tinggal di sebuah kampung Desakolot,Rancapaku,Padakembang,Tasikmalaya.

Hudaya tumbuh seperti anak anak pada biasanya dengan kehidupan sederhana,Hudaya bermain dengan anak anak seusianya dengan rasa gembira dan riang.



Setelah umur HUdaya 7 tahun Hudaya di sekolahkan oleh orang tuanya di sekolah rakyat(SD . Selulus dari SR, Hudaya yang dari kalangan keluarga sederhana selanjutnya melanjutkan pendidikannya di pesantren . Hudaya pun masuk pesantren di Sukasari desa Rancapaku di pesantren. Hudaya masuk pesantren di Sukasari selama 3 tahun setelah dan dilanjutkan ke pesantren masuk pesantren di pesantren Cicalengka selama 2 tahun.



PEKERJAAN HUDAYA



Sekembalinya dari pesantren beliau memanfaatkan ilmunya yang telah di dapat dengan jadi seorang guru di Madrasa Diniyah, Hudaya mengajar dengan begitu telatennya. Namun sayangnya Hudaya menjadi seorang guru hanya 6 tahun saja jabatan gurunya di serahkan kepada saudara Kholil.

Setelah keluar dari guru ia bekerja di Jakarta mengikuti saudaranya yaitu Pak Wira. Beliau di Jakarta bekerja sebagai buruh/dagang setelah bekerja selama 5 tahun beliau pun menikah dengan Ny.Nana Suhanah yang berasal dari kampung Cikiray,Gunung Cupu,Ciamis. Beliau dan istrinya tinggal di Kp.Karang anyar Jakarta dalam pernikahannya dengan Ny.Nana Suhanah beliau di karuniai seorang anak yang bernama Titin Sukartini.



PERJUANGAN HUDAYA



Dimulai pada saat revolusi melawan negara Belanda yang pada saat itu tentara Belanda yang sedang hebat hebat nya mengadakan serangan,beliau di Krang Anyar mendirikan persatuan dan kesatuan yang bernama PELOPOR selain itu juga beliau merupakan ketua Barisan Benten Republik Indonesia (BBRI).



Dikarenakan tentara Belanda semakin hebatnya bersama sekutunya (NICA,GURKA,UDENG) mereka mempergunakan strategi penculikan,oleh karena itu HUdaya bersama pasukannya mundur dengan secara teratur ke Kp.Klender bersama pasukan yang di pimpin H Darip Hudaya pun bergabung bersama.

Di Kp.Klender Hudaya tinggal selama 1 bulan,selama di sana ternyata Belanda semakin gencar saja melakukan serangan,pasukan Hudaya pun di haruskan mundur ke daeran Purwakarta dan bergabung dengan Laskar Rakyat Pemimpin Pak Hutman dan Sdr.Juned.



Di Purwakarta pun Belanda semakin gencar melakukan perlawanannya. Dan pada akhirnya Hudaya pun kembali ke kampung halamannya di desa Rancapaku tepatnya di Kp.Desakolot,dengan rasa gigihnya beliau pun mengumpulkan pemuda dan memberi ceramah bahwa berjuang untuk membela negara itu wajib,dari ceramahnya itu Hudaya mendapatkan dukungan dari para orangtua yang ada di Desakolot tidak lupa pula dari ceramah tersebut para pemuda dan masyarakat yang hatinya tergerak dan siap membntu sepenuh hati untuk berjuang melawan Belanda yang menggila dimana mana.



Dengan persiapan pembuatan anak panah oleh masyarakat,kemudian perbekalan amunisi berupa anak panah sebanyak 20buah,granat nanas sebanyak 6buah,granat merk �KOSANGKA� sebanyak 1peti serta bom batok yang semuanya bantuan dari Pak Godongan yang merupakan sebutan bagi Bapak GH MANTIK. Juga disertai 2 bauh linggis dan 2 buah cangkul. Sementara Hudaya membawa pistol bermerk �PIKRES� dan panah dari warisan H.Enoh yang di berinama oleh Hudaya �SIKUNTRING�.



Hudayapun siap untuk melawan Belanda oleh karena itu dengan mengucap basmalah dan tidak lupa pula memohon pamit dan doa restu dari masyarakat yang ada Hudaya pun berangkat menuju rute : Jl.Cilaja-Kp.Sunia Cikunir dengan semangat sambil menyanyikan lagu �HALO HALO BANDUNG� dan membawa bendera merah putih dan membawa serta slogan slogan dan gambar dengan maksud menentang Blanda. Pejalanan memakan waktu satu hari penuh.



Berbulan bulan mengadakan cegatan cegatan antara Jl.Singaparna sampai Tasikmalay yang sekarang Jl.HZ Mustofa. Disitu banyak tentara Belanda yang luka luka dan mati di hadang oleh PASUKAN PANAH. Pencegatan(penghadangan) di bantu oleh Sdr.Saripin yang pada saat itu oleh tentara Belanda di anggap sakit ingatan hingga dia dapat keluar masuk markas Belanda. Dengan adanya pasukan panah tentara Belanda merasa kewalahan dan tentara Belandapun menyebut pasukan panah sebagai pasukan siluman,dikarenakan senjata yang di pergunakan tidak berbunyi. Penghadangan tersebut dimulai menjelang matahari tebit hingga terbenam menanti datangnya rembulan.



Pagi pagi Hudaya memakai kain kerudung membawa alat tempur menyiapkan pasukan. Berangkatsebelum Dzuhur menuju tempat bertempur,setelah sampai disana, Hudaya mengatur pasukan untuk menghadang Belanda.

Pada saat Belanda datang sebanyak 3 truk dan langsung di hadangnya sampai tidak berkutip kemudian Belanda datang lagi dengan kurang lebih 17 truk,menurut beritanya pasukan Belanda akan aplus ke Garut, itupun segera di hadangnya pertempuranpun terjadi berlangsung selama 2jam.



GUGURNYA HUDAYA DI MEDAN PERANG



Setelah sepi pasukan menunggu perintah Hudaya tetapi pada kenyataannya Hudaya tidak mengekluarkan perintah,pasukan pun pulang karena berpikir bahwa Hudaya pun pulang terlebih dahulu. Di Kp.Desakolot ternyata Hudaya tidak ada,sehingga membuat pasukan dan keluarganya khawatir oleh karena itu pasukan dan keluagranya berangkat jam 10 malam ke tempat medan perang tadi yang bermaksuk untuk mencari Hudaya. Pencarianpun berlangsung sangat lama sampai jam 3 pagi belum juga di temukan.



Pencarian yang kedua kalinya pada jam 4 pagi,akhirnya baru di temukan pada jam 5.30 pagi tepatnya di atas gunung Gandola. Pada saat ditemukan Hudaya tengah memegang perutnya yang terkena peluru,di sisinya tergeletak busur,sedangkan anak panahnya sudah habis. Disitupun keluarga dan rekannya berkumpul sambil mengucapkan �INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN�. Jenazah langsung di bawa pulang ke kampung desa kolot, jenazah langsung di makamkan di Kp.Gunung Batara.



Selesai pemakaman di lanjutkan doa sambutan dan amanat Bapak GH.Mantik sebagai berikut : � Hudaya telah mendahului kami,semoga saudara di terima amal baktinya. kami semua yang hadir akan meneruskan perjuangan untuk membela nusa bangsa dan agama,dan serta merebut penjajahan dari tangan Belanda dengan cara apapun�.



Selesai sambutan di lanjutkan dengan beberapa kali tembakan ke udara ,HUDAYA/DAYAT BIN H.AS�ARI,tepatnya bulan november 1947 gugur d medan perang meninggalkan seorang istri dan seorang anak serta seorang ibu yang bernama ibu siti eni.


[/spoiler][spoiler=open this] for image Kawasan Makam:




http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/10/13186655891771015443.jpg









Demikian cerita singkat mengenai sejarah seorang pejuang sejati yang telah mempersembahkan jiwa raganya demi kemerdekaan negeri ini.



Sumber :

www.kompasiana.com (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/10/15/hudaya-pahlawan-revolusi-yang-terlupakan/)



Karya Tulis Ilmiah

Tim Penulis

Lisnawati, Ayu Sri Rohayti, Wanda Ayu Rupaidah, Herdiyansyah, Muhammad Yogi

Siswa Kls XI SMA Islam YAPPAS



Jangan Lupa !!!

Di :rate5 biar eksiss & yang berkenan memberi :melonndan: ana terima dengan lapah hati

</div>