Log in

View Full Version : cerpen pertama ane : vacuum of power, rate gann


golputaja
27th May 2012, 03:42 PM
Cerpen pertama ane nih gann..

:hope: :hope: kalo suka di :rate5 . .

ini BUKAN :repost:



kalo ga suka jangan di :cabendan: :cabendan:



Selamet nyimak ya gan. ane harap agan2 pada suka . .




[/quote][quote]





Vacuum of Power





Temaram senja kian menjalar ke sudut-sudut kawasan pemukiman kumuh di Kota Denpasar ini. Pengamen yang bernyanyi di sekitar lampu merah tak digubris oleh para supir mobil yang lalu lalang di daerah mereka. Pedagang asongan menjajakan dagangan mereka di halte-halte bis yang disesaki calon penumpang. Tak sedikit dari mereka ingin segera melariskan daganganya agar segera bisa pulang dan menyiapkan hari esok.

Seperti biasanya, aku baru saja selesai mandi dan sembahyang. Malam ini aku berencana tidur lebih awal karena besok adalah awal MOS disekolah baruku. Aku sungguh sangat beruntung bisa bersekolah di sekolah favorit di Kota ini. Orang tua pun tak sia-sia menyekolahkanku mahal-mahal. Betapa tidak, aku lahir dimasyarakat kalangan pertengahan diantara mayor dan minoritas. Dimana keuangan keluargaku harus dicukup-cukupi untuk sehari-harinya.

Waktu menunjukan pukul 06.00 waktu Indonesia tengah. Sesosok raksasa besar yang mengangkat lautan telah siap menyiramku. Dan.. Byurr�. �Wawan, bangun..! Bangun! Sudah jam 6 lebih.� Ternyata ibukku yang gendut tak segan-segan menyiramku dengan air keran. �Sialan, kirain raksasa beneran. Ternyata mimpi buruk.� Gumamku kesal. Belum sempat cuci muka, ku melesat lari ke kamar mandi dan mengeluarkan jurus mandiku. Jurus mandi capung, menyabuni badan hanya sekedar dan menyiramnya dua tiga siraman. Tidak sampai lima menit, aku sudah siap dengan seragamku. Aku ini memang anak yang ceroboh, tidur awal eh bangunnya paling siang. Itulah aku, Wawan Hendrawan.

Terkejar waktu yang terbilang sangat sempit, ku tancap gas motor maticku hingga kecepatan 100km/h. Meliak-liuk diantara kerumunan kendaraan para pegawai yang melaju kencang yang mungkin sama-sama bangun kesiangan sama sepertiku, ku tengok jam tanganku dan memantapkan kenekatanku untuk menancap gas lebih tinggi. Kaca helm kututup rapat seraya membungkukkan badan mencirikan diriku layaknya seorang pembalap. Dengan jarak yang lumayan jauh dari pelosok Denpasar Utara ku ke Denpasar wilayah Selatan, aku mampu menuntaskan kemelut lalu lintas yang amat padat itu. Nasib baik aku selamat sampai sekolah, kenekatanku kadang menjadi-jadi bila sudah terdesak seperti tadi. �Eh, dik. Jangan bengong aja! Parkir motornya jongkrak dua di pojok sana!� bentak para osis yang menggila pada saat pembukaan MOS hari ini. Memang aku tak suka dengan gelagat osis yang sok dan galak gak karuan itu.

Panas ultraviolet yang mencoba menembus celah-celah gas ozon yang melindungi bumi dari teriknya panas sang surya tersaring hingga membuat bumi kepanasan. Aku tak suka keadaan seperti ini, berpanas-panas ria di tanah lapang depan sekolah untuk melaksanakan kegiatan LKBB. �Instruksi! Panas kak!� Teriak seorang murid yang sudah tak tahan akan kepengatan situasi ini. Namanya Bendot, anak yang berasal dari SMP yang sama denganku. �Dari mana kamu dapet instruksi model begitu? Gak sopan kamu! Tuh, diem dibawa tiang bendera trus hormatin benderanya sampai latihan selesai!� Jawab kakak osis yang berbadan kekar tersebut. Aku tidak mau bernasib seperti temanku tadi. Lebih baik aku ikuti saja apa yang diinstruksikan panitia osis daripada aku dihukum.

Entah kenapa rasa panas yang menyelimuti tubuhku mendadak berubah menjadi sejuk sesejuk Pegunungan Jaya Wijaya. �Oh tuhan.. Kenapa kau hadirkan gadis secantik itu didepanku?� Aku bergumam tak berdaya. Hatiku semakin lemas lunglai, tak karuan hingga tanpa sadar aku terus memperhatikan kemolekan tubuhnya terlalu lama. Namun, pikiranku yang larut kedalam dunia hayal itu terpecah di saat seseorang menoleh dan mendekatiku diam-diam. �Psst, ngapain kau orang bengong melototin tuh cewek? Aduhai, kau suka ya? � Bisik seseorang yang berlogat lucu yang tak pernah ku lihat sebelumnya. �Hah? Enggak, aku heran aja. Kok ada ya cewek secantik itu. Oiya, namamu siapa?� tanyaku. �Kenalin, gue Mare, siswa transferan dari Medan� Tangannya menjabat tanganku, akupun memperkenalkan balik siapa diriku ini. �Heh! Siapa suruh kalian kenalan disini! Sebentar kalau mau perkenalan ada waktunya, mending cewek kamu ajak kenalan. Ini cowok! Kamu homo ya!?� Kakak osis yang tadi itu membentak kami. Untungnya kami tidak dihukum seperti Bendot tadi.

Masa MOS ini adalah masa-masa yang sangat aku benci. Dimana para siswa dibentak, diperintah layaknya zaman penjajahan Jepang Romusha. Penindasan semacam ini memang membuatku semakin disiplin, namun membuat kami menyimpan dendam pribadi. Sempat terfikir olehku ingin menjadi seperti mereka di masaku nanti. Ingin rasanya ku bentak adik-adik kelas sesuka hatiku tanpa peduli dimarahi guru. Namun itu hanya angan-anganku yang secara spontan terlintas difikiran.

Hari-hari MOS berjalan lancar tanpa hambatan, tiba saatnya tes penyegaran untuk pembagian kelas X baru. Aku yang berkemampuan pas-pasan ini hanya belajar sekedar saja.

Soalpun dibagikan, aku dengan tenang menjawab soal-soal hingga pikiranku mentok untuk menjawab soal nomer 23. �Ah, apa sih ini! X,Y,X,Y gak jelas!?� Hati kecilku bingung. Seett.. Aku tersentak kaget ketika kuingat ini pelajaran SMP yang paling kubenci, Aljabar!

Tak tau harus melakukan apa-apa karena aku duduk di bangku paling depan, mencontekpun beresiko tinggi. So, aku pasrah saja duduk didepan. Yang penting aku sudah membuat yang terbaik dan aku tidak terlalu berharap juga dengan hasil yang memuaskan. Pengumuman sesi pertama diumumkan. Aku terkejut dengan hasil yang tertera. �Aku masuk kelas unggulan pertama! Wow, mimpi apa aku semalam?� Aku berteriak didalam hatiku karena tak ingin di katakan sombong.

Akupun seketika menjadi bergairah untuk belajar. Karena esok hari aku akan menjalani tes interview. Berbagai sindiran aku terima dari teman-temanku yang rata-rata memang lebih pintar dari aku. Takku gubris semua itu, karena aku yakin dengan kemampuanku sendiri. Tiba giliranku masuk ke ruang interview. Bermacam-macam pertanyaan dilayangkan ke aku. Aku jawab dengan santai. Wajar, interviewnya berbahasa Inggris. Kalo terlalu kaku, akan menjadi jelek.

Ketika pengumuman sesi penentuan tiba. Hatiku penuh kepasrahan. Aku malah down disaat-saat hari yang kutunggu-tunggu tiba. Hal yang tak terduga muncul untuk yang kedua kalinya. Aku masuk kelas unggulan pertama nomer absen satu! Tak pernah kuduga bakal begini jadinya. Jika aku flash back ketika aku mencari sekolah dulu, betapa sulitnya aku berkorban. Dan sekarang perjuanganku sudah terbalaskan.

Di kelas ini aku tergabung dengan orang-orang yang memang rata-rata pintar dan mungkin bisa dikatakan jenius. Aku kagum dengan mereka. Ajaib, aku sekelas dengan Bendot dan Mare, teman MOSku tempo lalu. �Wah, lu pinter juga ya dot� Sapa ku ke dia. �Ah, gak juga, ini hasil jeripayah mataku yang lirik-lirik� Rendahnya. �Buktinya interview yang di tes perorangan kamu lolos tuh!� Jawabku tak percaya. �Hehe, kalo yang itu.. Aku ngawur ajah. Kalo gak yes, ya no� Rendahnya lagi. Tiba-tiba Mare nyelonong kearahku dan mengabarkan sesuatu. �Wan, cewek yang tempo lalu kamu lirik-lirik sekelas sama kita! Namanya Ajeng� Bisiknya. �Hah! Dari namanya saja sudah anggun begitu.� Jawabku sambil menepuk bahu Mare. Sejak saat itu kami menjadi sahabat yang selalu mengisi kekurangan satu sama lain.

Bendot dan Mare tahu bahwa aku menyukai Ajeng. Mereka selalu membantuku dalam misi pendekatanku ke Ajeng. Saat suatu hari ku menghampiri Ajeng dan iseng ku ajak ngobrol bersamanya. �Ajeng..� Sapaku. �Iya, Wawan..� Sahutnya dengan nada lembut. Hatiku sangat bahagia ketika dia menjawab sapaanku dengan respon positif. �Jeng, udah makan siang blum?� Tanyaku. �Emm.. Belum..� Sahutnya lagi. Disana aku berfikir bahwa itulah saat yang tepat untuk mengajaknya makan. �Kalo gitu, mau gak aku traktir makan?� Kutawari dia. �Gak ngerepotin nih? Aku suka makan banyak loh� Gerutunya. �Haha.. Kamu bisa aja. Ayolah, kapan lagi bisa makan gratis kayak gini� Rayuku. �Mmm.. Ia deh.. Makasi ya wan.. Kamu emang temenku yang paling baik� Ia memujiku dengan penuh perasaan. Aku sangat senang hari itu, aku makan dengannya di kantin hingga percakapanku mentok di suatu kalimat. �Ehm, jeng, udah kenyang ya? Kok gak nambah?� Aku menawarinya lagi. �Gak ah, makasi Wan. Aku udah kenyang banget nih� Jawabnya. Dari kejauhan nampak Bendot dan Mare memberi kode bahwa sekaranglah saatnya. Akupun segera melaksanakan perintah mereka dengan memberi sinyal jempol ibu jari tangan kananku tanpa sepengetahuan Ajeng. �Ehm, Ajeng. Aku mau ngomong sesuatu. Anu, eh� Rasa gugupku kambuh lagi. �Kamu mau ngomong apa Wawan? Kok aneh gitu?� Dia heran. �Anu.. Udah makan blum? Anu..� Aku tambah gugup. �Ii.. Wawan aneh deh.. Barusan kita makan kok malah nanyak itu lagi. Kamu kenapa sih!?� Ajeng menggertak. �Hem.. Mau gak jadi pacarku?� Srienngg.. otakku hening seketika dikala ku mengatakan hal itu. Sekitar semenit kami saling pandang sebelum Ajeng memecah kebuntuan. �Wawan! Kamu yakin? Tapi wan.. Kamu terlalu baik buatku, aku gak bisa jadi pacarmu sekarang. Aku tau kamu cowok yang setia dan perhatian. Tapi aku gak suka kamu yang masih bersifat kekanak-kanakan kayak gini.� Tuturnya.



BERSAMBUNG . . . . :listen music: masih bingung bikin lanjutanya, di tunggu ya gan. cintai cerpen asli http://static.kaskus.co.id/images/smilies/iloveindonesias.gif HEHE ..







</div>