demokrat
27th May 2012, 03:42 PM
Kondisi Persaingan Rokok MILD di Indonesia
[/spoiler] for persaingan rokok mild di Indonesia:
Kehadiran A Mild tahun 1989 mengubah lanskap bisnis rokok nasional. Hampir semua produsen rokok ikut meramaikan persaingan di kategori rokok ringan ini. Perang komunikasi dan bajak-membajak tenaga kerja pun tak terelakkan.
Menjelang tutup tahun 1989, industri rokok di Indonesia dikagetkan oleh langkah berani PT HM Sampoerna Tbk. (HMS). Produsen rokok keretek Dji Sam Soe ini meluncurkan produk terbarunya yang tergolong unik. Kenapa unik? Karena produk itu tidak masuk dalam tiga kategori besar rokok yang ada saat itu, yaitu sigaret keretek tangan (SKT), sigaret keretek mesin (SKM) reguler, dan sigaret putih mesin (SPM). Lewat produk yang diberi merek A Mild, HMS membuat sebuah kategori baru: SKM mild.
HMS jelas serius menggelontorkan A Mild. Ia membutuhkan waktu hingga lebih dari dua tahun untuk proses persiapannya. Maklum, saat itu tidak ada benchmark produk yang dapat dijadikan acuan, termasuk di pasar internasional. Yang ada cuma berbagai survei dan riset yang melibatkan konsumen. Termasuk di antaranya, uji buta yang tidak hanya dilakukan sekali, tapi beberapa kali di beberapa kota.
Entah berapa banyak dana yang dikucurkan HMS dalam meracik A Mild. Namun, Putera Sampoerna yang kala itu menjabat Presiden Direktur HMS tetap ngotot untuk dapat menimang bayinya itu. �Sejak awal A Mild sudah dirancang untuk menjadi produk yang tidak ada duanya di pasar domestik,� ungkap Muhammad Warsianto, salah satu tokoh kunci di balik lahirnya A Mild.
Putera memang punya ambisi yang besar. Tidak hanya bagi perusahaannya, Putera juga menyimpan ambisi pribadi untuk menghasilkan produk baru yang sukses di pasar. Maklum, sebagai pemegang tongkat estafet di perusahaan keluarganya, Putera boleh dibilang gbelum menghasilkanh, kecuali melanjutkan produk-produk yang telah ada dari generasi sebelumnya.
Di generasi pertama, tahun 1913, Liem Seeng Tee sebagai pendiri HMS melahirkan produk yang hingga saat ini masih menjadi tulang punggung HSM, yakni Dji Sam Soe. Jejak Liem juga diikuti oleh putranya, Liem Swee Ling atau yang lebih dikenal dengan nama Aga Sampoerna dengan meluncurkan Sampoerna A (sekarang dikenal dengan merek Sampoerna Hijau � Red.) tahun 1968. Meski tak sesukses Dji Sam Soe, Sampoerna A mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan HMS.
Nah, Putera yang mulai aktif di perusahaan tahun 1970-an dan mulai memegang tampuk pimpinan tahun 1980-an, hingga saat itu belum menghasilkan produknya sendiri. Padahal dari sisi manajerial, kinerja Putera tergolong sangat bagus. Dialah yang membawa HMS masuk ke kategori SKM dengan investasi yang tergolong sangat besar, yaitu US$ 25 juta. Namun itu belum membuat Putera puas. Pasalnya, di era kepemimpinannya ia belum bisa melahirkan produk yang sukses di pasar.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tibalah. Senin, 18 Desember 1989, HMS secara resmi meluncurkan A Mild ke pasaran. Senyum puas tampak jelas di wajah Putera. Bahkan, Putera pun tak ragu untuk membubuhkan nama dan tanda tangannya pada kemasan A Mild.
Kehadiran A Mild tak membuat kompetitor HMS gentar. Mereka bahkan seolah-olah mencibir pada rokok yang mengusung tema komunikasi Taste of the future itu. Parahnya, tidak hanya kompetitor yang mencibir. Konsumen pun memberi cibiran yang tak kalah pedas. Maklum, konsumen yang sudah terbiasa dengan jenis rokok yang sudah ada (SKT, SKM dan SPM � Red.), A Mild dianggap sebagai rokok yang tidak berasa apa pun.
�A Mild menghadapi tantangan berat karena konsumen memosisikannya sebagai rokok putih, sehingga kesannya kurang macho,� ungkap Surja S. Handoko, CEO Colman Handoko yang juga mantan Direktur Pemasaran HMS. Penjualan rokok low tar low nicotine (LTLN) dari HMS itu seret. Bahkan, hingga tiga tahun sejak peluncurannya (1992 � Red.), penjualan A Mild masih tertinggal jauh dibanding kategori lainnya. Dari total produksi rokok nasional yang sebesar 152,7 miliar batang (berdasarkan pembelian pita cukai), A Mild hanya memberi kontribusi 0,33%, atau 0,5 miliar batang. Bandingkan dengan SKM reguler yang produksinya mencapai 94,2 miliar batang, atau 61,69% total produksi rokok nasional.
Ini jelas bukan kondisi yang nyaman bagi HMS. Padahal, tidak sedikit sumber daya yang telah gdibuangh untuk mengerek rokok yang memang sama sekali baru bagi industri rokok ini � termasuk di industri rokok dunia � termasuk mengubah kemasan, dari 20 batang menjadi 16 batang. Kendati demikian, Putera tetap yakin dan percaya bahwa A Mild akan berjaya dan menganggap semua itu sebagai angin lalu.
Brand Ambassador dari Rokok MILD Terbaru yang Meresahkan A MILD dan Rokok Rokok MILD Lainnya
for A1, Brand Ambassador dari rokok mild terbaru yang meresahkan A MILD dan rokok rokok MILD lainnya:
A1 adalah boyband Inggris-Norwegia. Mereka awalnya terdiri dari Mark Read, Ben Adams, Kristen Ingebrigsten dan Paul Marazzi. Single pertama mereka masuk chart single Inggris di # 6 pada awal tahun 1999. Mereka memiliki jumlah besar di seluruh dunia kesuksesan dan grafik dengan dua nomor # 1s dan delapan top 10 hits. Menambahkan untuk ini mereka juga memenangkan BRIT Award untuk "Breakthrough Act Inggris" pada tahun 2001. Mereka dibentuk oleh band manager Tim Byrne, yang juga membentuk Langkah. A1 berakhir pada tahun 2002 ketika anggota asli Paulus meninggalkan Marazzi pada tahun 2002 dan band ini kemudian memutuskan untuk berpisah.
Salah Satu Lagu A1 yang Meledak Di Pasar Musik Internasional
Inilah Pesaing Pendatang Baru yang Menghebohkan Tersebut: A1 Mild
for Penampakan Rokok A1:
http://cdn-u.kaskus.co.id/59/ymegokkp.jpg
Dan Inilah Banner Resmi Promosi Iklan A1
[spoiler=open this] for Banner Iklan A1:
http://cdn-u.kaskus.co.id/59/d7u543zr.jpg
</div>
[/spoiler] for persaingan rokok mild di Indonesia:
Kehadiran A Mild tahun 1989 mengubah lanskap bisnis rokok nasional. Hampir semua produsen rokok ikut meramaikan persaingan di kategori rokok ringan ini. Perang komunikasi dan bajak-membajak tenaga kerja pun tak terelakkan.
Menjelang tutup tahun 1989, industri rokok di Indonesia dikagetkan oleh langkah berani PT HM Sampoerna Tbk. (HMS). Produsen rokok keretek Dji Sam Soe ini meluncurkan produk terbarunya yang tergolong unik. Kenapa unik? Karena produk itu tidak masuk dalam tiga kategori besar rokok yang ada saat itu, yaitu sigaret keretek tangan (SKT), sigaret keretek mesin (SKM) reguler, dan sigaret putih mesin (SPM). Lewat produk yang diberi merek A Mild, HMS membuat sebuah kategori baru: SKM mild.
HMS jelas serius menggelontorkan A Mild. Ia membutuhkan waktu hingga lebih dari dua tahun untuk proses persiapannya. Maklum, saat itu tidak ada benchmark produk yang dapat dijadikan acuan, termasuk di pasar internasional. Yang ada cuma berbagai survei dan riset yang melibatkan konsumen. Termasuk di antaranya, uji buta yang tidak hanya dilakukan sekali, tapi beberapa kali di beberapa kota.
Entah berapa banyak dana yang dikucurkan HMS dalam meracik A Mild. Namun, Putera Sampoerna yang kala itu menjabat Presiden Direktur HMS tetap ngotot untuk dapat menimang bayinya itu. �Sejak awal A Mild sudah dirancang untuk menjadi produk yang tidak ada duanya di pasar domestik,� ungkap Muhammad Warsianto, salah satu tokoh kunci di balik lahirnya A Mild.
Putera memang punya ambisi yang besar. Tidak hanya bagi perusahaannya, Putera juga menyimpan ambisi pribadi untuk menghasilkan produk baru yang sukses di pasar. Maklum, sebagai pemegang tongkat estafet di perusahaan keluarganya, Putera boleh dibilang gbelum menghasilkanh, kecuali melanjutkan produk-produk yang telah ada dari generasi sebelumnya.
Di generasi pertama, tahun 1913, Liem Seeng Tee sebagai pendiri HMS melahirkan produk yang hingga saat ini masih menjadi tulang punggung HSM, yakni Dji Sam Soe. Jejak Liem juga diikuti oleh putranya, Liem Swee Ling atau yang lebih dikenal dengan nama Aga Sampoerna dengan meluncurkan Sampoerna A (sekarang dikenal dengan merek Sampoerna Hijau � Red.) tahun 1968. Meski tak sesukses Dji Sam Soe, Sampoerna A mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan HMS.
Nah, Putera yang mulai aktif di perusahaan tahun 1970-an dan mulai memegang tampuk pimpinan tahun 1980-an, hingga saat itu belum menghasilkan produknya sendiri. Padahal dari sisi manajerial, kinerja Putera tergolong sangat bagus. Dialah yang membawa HMS masuk ke kategori SKM dengan investasi yang tergolong sangat besar, yaitu US$ 25 juta. Namun itu belum membuat Putera puas. Pasalnya, di era kepemimpinannya ia belum bisa melahirkan produk yang sukses di pasar.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tibalah. Senin, 18 Desember 1989, HMS secara resmi meluncurkan A Mild ke pasaran. Senyum puas tampak jelas di wajah Putera. Bahkan, Putera pun tak ragu untuk membubuhkan nama dan tanda tangannya pada kemasan A Mild.
Kehadiran A Mild tak membuat kompetitor HMS gentar. Mereka bahkan seolah-olah mencibir pada rokok yang mengusung tema komunikasi Taste of the future itu. Parahnya, tidak hanya kompetitor yang mencibir. Konsumen pun memberi cibiran yang tak kalah pedas. Maklum, konsumen yang sudah terbiasa dengan jenis rokok yang sudah ada (SKT, SKM dan SPM � Red.), A Mild dianggap sebagai rokok yang tidak berasa apa pun.
�A Mild menghadapi tantangan berat karena konsumen memosisikannya sebagai rokok putih, sehingga kesannya kurang macho,� ungkap Surja S. Handoko, CEO Colman Handoko yang juga mantan Direktur Pemasaran HMS. Penjualan rokok low tar low nicotine (LTLN) dari HMS itu seret. Bahkan, hingga tiga tahun sejak peluncurannya (1992 � Red.), penjualan A Mild masih tertinggal jauh dibanding kategori lainnya. Dari total produksi rokok nasional yang sebesar 152,7 miliar batang (berdasarkan pembelian pita cukai), A Mild hanya memberi kontribusi 0,33%, atau 0,5 miliar batang. Bandingkan dengan SKM reguler yang produksinya mencapai 94,2 miliar batang, atau 61,69% total produksi rokok nasional.
Ini jelas bukan kondisi yang nyaman bagi HMS. Padahal, tidak sedikit sumber daya yang telah gdibuangh untuk mengerek rokok yang memang sama sekali baru bagi industri rokok ini � termasuk di industri rokok dunia � termasuk mengubah kemasan, dari 20 batang menjadi 16 batang. Kendati demikian, Putera tetap yakin dan percaya bahwa A Mild akan berjaya dan menganggap semua itu sebagai angin lalu.
Brand Ambassador dari Rokok MILD Terbaru yang Meresahkan A MILD dan Rokok Rokok MILD Lainnya
for A1, Brand Ambassador dari rokok mild terbaru yang meresahkan A MILD dan rokok rokok MILD lainnya:
A1 adalah boyband Inggris-Norwegia. Mereka awalnya terdiri dari Mark Read, Ben Adams, Kristen Ingebrigsten dan Paul Marazzi. Single pertama mereka masuk chart single Inggris di # 6 pada awal tahun 1999. Mereka memiliki jumlah besar di seluruh dunia kesuksesan dan grafik dengan dua nomor # 1s dan delapan top 10 hits. Menambahkan untuk ini mereka juga memenangkan BRIT Award untuk "Breakthrough Act Inggris" pada tahun 2001. Mereka dibentuk oleh band manager Tim Byrne, yang juga membentuk Langkah. A1 berakhir pada tahun 2002 ketika anggota asli Paulus meninggalkan Marazzi pada tahun 2002 dan band ini kemudian memutuskan untuk berpisah.
Salah Satu Lagu A1 yang Meledak Di Pasar Musik Internasional
Inilah Pesaing Pendatang Baru yang Menghebohkan Tersebut: A1 Mild
for Penampakan Rokok A1:
http://cdn-u.kaskus.co.id/59/ymegokkp.jpg
Dan Inilah Banner Resmi Promosi Iklan A1
[spoiler=open this] for Banner Iklan A1:
http://cdn-u.kaskus.co.id/59/d7u543zr.jpg
</div>