somaybandung
27th May 2012, 03:34 PM
================================================== =========
THREAD INI DISPONSORI OLEH: kaos distro online (http://www.indodistro.com)
================================================== =========
KOMPAS.com � "Maafkan aku, Nak, ya. Urungkan niatmu untuk menjadi sarjana. Ayah tidak sanggup menyediakan uang sebesar itu dalam waktu sekejap."
Kata itu mungkin yang sering muncul dari seorang ayah yang anaknya diterima menjadi mahasiswa jalur undangan perguruan tinggi negeri (PTN). Dulu, jalur ini dikenal dengan penelusuran minat dan kemampuan, atau kerap disingkat PMDK.
Bagaimana tidak, seorang teman di Facebook, Coen Husain Pontoh, menuliskan keluh kesahnya di statusnya. "Keponakan saya keterima di salah satu universitas terkemuka di Pulau Jawa melalui jalur "undangan". Tapi, untuk bisa masuk kuliah, ia pertama kali harus bayar Rp 40 juta kontan," tulisnya.
"Kampusnya terkenal sebagai kampus rakyat, namanya: Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta," tulisnya di http://www.facebook.com/home.php#!/c...50185073318500 (http://www.facebook.com/home.php#!/coenhusainpontoh/posts/10150185073318500)
Bayangkan, orangtua yang gajinya di atas upah minimum, katakanlah Rp 2,5 juta per bulan, belum tentu bisa menyediakan uang sebesar itu dalam waktu singkat. Kecuali, kalau orangtua itu nyambi korupsi tentunya. Padahal, upah minimum seorang buruh atau karyawan/karyawati di Jakarta berkisar Rp 1,2 juta.
Pada situs Pemprov DKI Jakarta tertanggal 29 November 2010 diberitakan bahwa upah minimum DKI Jakarta (UMP/UMR DKI Jakarta) tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp 1.290.000 per bulan per orang. Apa ini artinya? Artinya, jika kita anak seorang buruh yang gajinya sesuai dengan upah minimum atau dua kalinya upah minimum yang ditetapkan pemerintah, kita dilarang untuk menjadi mahasiswa.
Kampus hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang masuk kampus untuk belajar. Yang boleh belajar di kampus adalah orang-orang kaya. Sementara jika pendidikan tinggi adalah salah satu pintu masuk untuk mengubah kehidupan agar lebih baik, pintu itu sekarang sudah perlahan-lahan ditutup.
Yang kaya makin kaya dan yang miskin tetaplah miskin. Tak peduli di negeri yang mengklaim berdasarkan Pancasila, yang berdasarkan Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keadilan Sosial. Yang jelas di negeri ini anak orang miskin silakan minggir dari pendidikan tinggi.
"Salah sendiri lu miskin, orang miskin, enyah aja lu".
Mungkin, itu kata-kata yang muncul di pikiran, hati, dan lisan para petinggi negeri ini, yang membiarkan komersialisasi pendidikan semakin menggila.
Nak, urungkan niatmu jadi sarjana ya�.
Sudah jangan menangis terus, Nak�.
Mungkin kita hidup di negeri yang salah.�
Di negeri yang menganggap orang-orang miskin hanya sekadar angka, bukan warga negara�.
sumber: _edukasi.kompas.com/read/2011/05/20/10261678/Nak.Urungkan.Niatmu.Jadi.Sarjana.
------------------------------------
Nah, dari Tulisan di atas mari kita lihat sebuah komentar menarik dari Pambaca Kompas.com ini :
[/quote]
Jumat, 20 Mei 2011 | 12:18 WIB
Ayah saya hanya lulusan SMA (tahu kan golongan diPNS lulusan SMA?). ayah saya punya anak 6. kami tahu kerja keras Ayah saya, tiap hari kami merasakan hidup susah, makan nasi hanya pakai garam atau hanya kecap. Hidup penuh kesulitan pernah kami alami sekian lamanya. Tetapi apa usaha kami sebagai anak? Kami tidak mau menyerah. kami berusaha belajar dengan sungguh-sungguh, kami berusaha mencari keringan biaya dengan kesana kemari mencari beasiswa. dan apa yang Anda lihat? kelima kakak saya sudah sukses, 2 lulusan Ui dan 3 lulusan IPB. yang saya minta hanya, tulisan ini tidak berat sebalh, tidak menutup mata dari solusi lain. saya khawatir tulisan ini akan membuat mental masyarakat jadi lemah dan terus menerus menyalahkan kondisi yang ada. Dengan keterbatasan keuangan, jalan korupsi yang terpikir oleh Anda? wah sungguh sangat disayangkan sudut pandang Anda sangat..sangat..sangat...sempit. Maaf saya menulis demikian, karena saya sangat kecewa dengan judul tulisan Anda. Secara tidak langsung Anda sudah mengajarkan seseorang menjadi pecundang, tidak mempunyai semangat untuk berusaha, menyerah dengan keadaan. come on, jangan pernah menyerah dengan keadaan, banyak beasiswa yang bisa didapatkan. kita kalau ingin sukses harus jeli melihat kesempatan (itu mungkin solusi/saran dari saya).
dan juga komentar ini :
Saya tidak tahu apa niat Bapak Daus menuliskan artikel ini, apakah memang sesuai pengalaman beliau atau apakah ada maksud lain. Untuk diketahui, penerimaan mahasiswa baru 2011/2012, UGM menyediakan 4 level SPMA. Tingkatan SPMA disesuaikan dengan kemampuan orang tua calon mahasiswa. Mungkin Bapak Daus memang mendaftarkan anaknya melalui jalur PBS, sehingga terkena SPMA sebesar itu. Silakan dicek sendiri... http://um1.ugm.ac.id/index.php/page/24
Komentar ane :
[quote]
Sebenarnya kalo emang miskin, dan memang diterima dgn jalus istimewa, bisa mengajukan keterangan tidak mampu. bahkan cari beasiswa. bukan terus menyalahkan biaya kuliah mahal dsb. krn emang biaya kuliah segitu, apalagi dibandingkan Luar negeri... Ane sebagai mhsiswa UGM pun, mengakui kalo kualitas pengajar dan fasilitas lengkap, jadi setara dgn apa yg kita bayar. jadi masuk situ bukan sekedar institusi 'abal2'. Beasiswa banyak bung.. ASAL PINTER AJA :D
minta melonnya gan (http://www.kaskus.co.id/reputation.php?p=431255640) :melon: :rate5 :rate5 :rate5 :rate5 :rate5
</div>
THREAD INI DISPONSORI OLEH: kaos distro online (http://www.indodistro.com)
================================================== =========
KOMPAS.com � "Maafkan aku, Nak, ya. Urungkan niatmu untuk menjadi sarjana. Ayah tidak sanggup menyediakan uang sebesar itu dalam waktu sekejap."
Kata itu mungkin yang sering muncul dari seorang ayah yang anaknya diterima menjadi mahasiswa jalur undangan perguruan tinggi negeri (PTN). Dulu, jalur ini dikenal dengan penelusuran minat dan kemampuan, atau kerap disingkat PMDK.
Bagaimana tidak, seorang teman di Facebook, Coen Husain Pontoh, menuliskan keluh kesahnya di statusnya. "Keponakan saya keterima di salah satu universitas terkemuka di Pulau Jawa melalui jalur "undangan". Tapi, untuk bisa masuk kuliah, ia pertama kali harus bayar Rp 40 juta kontan," tulisnya.
"Kampusnya terkenal sebagai kampus rakyat, namanya: Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta," tulisnya di http://www.facebook.com/home.php#!/c...50185073318500 (http://www.facebook.com/home.php#!/coenhusainpontoh/posts/10150185073318500)
Bayangkan, orangtua yang gajinya di atas upah minimum, katakanlah Rp 2,5 juta per bulan, belum tentu bisa menyediakan uang sebesar itu dalam waktu singkat. Kecuali, kalau orangtua itu nyambi korupsi tentunya. Padahal, upah minimum seorang buruh atau karyawan/karyawati di Jakarta berkisar Rp 1,2 juta.
Pada situs Pemprov DKI Jakarta tertanggal 29 November 2010 diberitakan bahwa upah minimum DKI Jakarta (UMP/UMR DKI Jakarta) tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp 1.290.000 per bulan per orang. Apa ini artinya? Artinya, jika kita anak seorang buruh yang gajinya sesuai dengan upah minimum atau dua kalinya upah minimum yang ditetapkan pemerintah, kita dilarang untuk menjadi mahasiswa.
Kampus hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang masuk kampus untuk belajar. Yang boleh belajar di kampus adalah orang-orang kaya. Sementara jika pendidikan tinggi adalah salah satu pintu masuk untuk mengubah kehidupan agar lebih baik, pintu itu sekarang sudah perlahan-lahan ditutup.
Yang kaya makin kaya dan yang miskin tetaplah miskin. Tak peduli di negeri yang mengklaim berdasarkan Pancasila, yang berdasarkan Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keadilan Sosial. Yang jelas di negeri ini anak orang miskin silakan minggir dari pendidikan tinggi.
"Salah sendiri lu miskin, orang miskin, enyah aja lu".
Mungkin, itu kata-kata yang muncul di pikiran, hati, dan lisan para petinggi negeri ini, yang membiarkan komersialisasi pendidikan semakin menggila.
Nak, urungkan niatmu jadi sarjana ya�.
Sudah jangan menangis terus, Nak�.
Mungkin kita hidup di negeri yang salah.�
Di negeri yang menganggap orang-orang miskin hanya sekadar angka, bukan warga negara�.
sumber: _edukasi.kompas.com/read/2011/05/20/10261678/Nak.Urungkan.Niatmu.Jadi.Sarjana.
------------------------------------
Nah, dari Tulisan di atas mari kita lihat sebuah komentar menarik dari Pambaca Kompas.com ini :
[/quote]
Jumat, 20 Mei 2011 | 12:18 WIB
Ayah saya hanya lulusan SMA (tahu kan golongan diPNS lulusan SMA?). ayah saya punya anak 6. kami tahu kerja keras Ayah saya, tiap hari kami merasakan hidup susah, makan nasi hanya pakai garam atau hanya kecap. Hidup penuh kesulitan pernah kami alami sekian lamanya. Tetapi apa usaha kami sebagai anak? Kami tidak mau menyerah. kami berusaha belajar dengan sungguh-sungguh, kami berusaha mencari keringan biaya dengan kesana kemari mencari beasiswa. dan apa yang Anda lihat? kelima kakak saya sudah sukses, 2 lulusan Ui dan 3 lulusan IPB. yang saya minta hanya, tulisan ini tidak berat sebalh, tidak menutup mata dari solusi lain. saya khawatir tulisan ini akan membuat mental masyarakat jadi lemah dan terus menerus menyalahkan kondisi yang ada. Dengan keterbatasan keuangan, jalan korupsi yang terpikir oleh Anda? wah sungguh sangat disayangkan sudut pandang Anda sangat..sangat..sangat...sempit. Maaf saya menulis demikian, karena saya sangat kecewa dengan judul tulisan Anda. Secara tidak langsung Anda sudah mengajarkan seseorang menjadi pecundang, tidak mempunyai semangat untuk berusaha, menyerah dengan keadaan. come on, jangan pernah menyerah dengan keadaan, banyak beasiswa yang bisa didapatkan. kita kalau ingin sukses harus jeli melihat kesempatan (itu mungkin solusi/saran dari saya).
dan juga komentar ini :
Saya tidak tahu apa niat Bapak Daus menuliskan artikel ini, apakah memang sesuai pengalaman beliau atau apakah ada maksud lain. Untuk diketahui, penerimaan mahasiswa baru 2011/2012, UGM menyediakan 4 level SPMA. Tingkatan SPMA disesuaikan dengan kemampuan orang tua calon mahasiswa. Mungkin Bapak Daus memang mendaftarkan anaknya melalui jalur PBS, sehingga terkena SPMA sebesar itu. Silakan dicek sendiri... http://um1.ugm.ac.id/index.php/page/24
Komentar ane :
[quote]
Sebenarnya kalo emang miskin, dan memang diterima dgn jalus istimewa, bisa mengajukan keterangan tidak mampu. bahkan cari beasiswa. bukan terus menyalahkan biaya kuliah mahal dsb. krn emang biaya kuliah segitu, apalagi dibandingkan Luar negeri... Ane sebagai mhsiswa UGM pun, mengakui kalo kualitas pengajar dan fasilitas lengkap, jadi setara dgn apa yg kita bayar. jadi masuk situ bukan sekedar institusi 'abal2'. Beasiswa banyak bung.. ASAL PINTER AJA :D
minta melonnya gan (http://www.kaskus.co.id/reputation.php?p=431255640) :melon: :rate5 :rate5 :rate5 :rate5 :rate5
</div>