PDA

View Full Version : kesaksian kluprut: catatan retrospektif - 2


bakpaoayam
27th May 2012, 03:31 PM
selamat datang di trit ane gan. terimakasih bagi agan - agan sekalian yang sudah sudi mampir di trit ane kali ini. sebenar nya ini trit lanjuta dari kesaksian kluprut: catatan retrospektif - 1 (http://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000013408082/kesaksian-kluprut-catatan-retrospektif---1) yang sudah ane tulis beberapa saat yang lalu gan. langsung aja ya gan....




[/quote]





seri kedua sampai kelima merupakan apresiasi kritis, yang ditulis nurdien h. kistanto, syamsul hidayat, lukas luwarso, dan budi maryono. pada buku kesaksian kluprut sorotan mereka ditempatkan di bagian belakang, tetapi pada serial ini saya taruh di depan: sebagai penghormatan saya terhadap kapabilitas intelektual mereka.



Keluhan Kluprut



Nurdien H. Kistanto



DENGAN surat �resmi� tertanggal 30 Juni 1995, Gunawan Budi Susanto meminta �kesudian� saya untuk memberikan �apresiasi kritis� terhadap Kesaksian Kluprut. �Sesuatu yang bukan sanjungan,� pintanya.



Sebagai dosen dan teman yang tak ingin melecehkan orang berkarya, saya tentu sulit memenuhi permintaan apresiasi yang �bukan sanjungan� semacam itu. Entah sanjungan atau bukan, saya hendak menulis secara alami dan mengalir saja.



Dalam surat itu, Gunawan Budi Susanto menyertakan pula perasaannya mengenai kehendak untuk menerbitkan kumpalan esai dalam buku ini. Begini dia bilang, �Saya terus terang masih senantiasa dihinggapi rasa sangsi apakah naskah ini layak-baca. Namun rada nekat saya bersemboyan bahwa yang bodoh pun berhak bicara, dan itu demokratis namanya. Soal penilaian, biarlah khalayak yang menimbang.�



Perasaan �sangsi apakah naskah ini layak-baca� itu wajar menghinggapi orang yang baru kali pertama hendak menerbitkan buku. �Sangsi� dapat bermakna mawas diri. Dan itu permulaan yang baik bagi orang yang ingin melakukan introspeksi. Tetapi kenekatannya yang dilatarbelakangi semboyan bahwa �yang bodoh pun berhak bicara� perlu menjadi pelajaran bagi orang-orang muda, bahkan orang-orang tua, yang lain.



***

Saya mengenal Gunawan Budi Susanto sebagai mahasiswa yang memiliki nama lain atau alias: Putu. Dan tampaknya dia menikmati betul panggilan itu. Saya pun sering lupa nama dia yang benar bukanlah Putu. Kini, dengan dan melalui kumpulan esai ini, dia menyebut diri Kluprut.



Bagi saya, itu menunjukkan kepribadian yang (masih) labil: seseorang ingin menjadi bukan diri sendiri hingga menimbulkan salah satu kecenderungan, yakni menyukai penggunaan nama yang bukan namanya. Tentu saja kebiasaan memakai nickname bukan monopoli orang Indonesia. Apalagi di kalangan para artis, hostess di night club dan massage parlour, juga para penghuni rumah-rumah bordil, para preman, kecu, begundal, penipu, perampk, pemerkosa, dan semacamnya.



Alhamdulillah atau astagfirullah, Gunawan Budi Susanto bukan termasuk dalam karegori-kategori tersebut. Jadi, ya, dia tentu tak bermaksud meledek diri sendiri atau menyembunyikan nama asli lantaran menjadi buron atau tengah menanggung aib kalau nama aslinya dikenali orang.



Gunawan Budi Susanto alias Putu alias Kluprut dikenal pertama sebagai mahasiswa Fakultas Sastra Undip. Ketika penerbitan buku ini berjalan, dia berniat menyelesaikan skripsi. �Saya kuliah sudah tiga pelita,� ujarnya. Kedua, dia dikenal sebagai aktivis mahasiswa, terutama di lingkungan kaum demonstran dan dengan demikian dikenal para petugas keamanan serta di lingkungan pers kampus semacam Manunggal dan Hayamwuruk yang kesuwur itu. Dengan status dan atribut demikian, pada zaman demokratisasi di Indonesia ini dia mudah menyandang predikat intelektual atau setidak-tidaknya calon intelektual.



Di antara ciri intelektual yang melekat pada eksistensi Gunawan Budi Susanto adalah kesediaan memperhatikan persoalan-persoalan di lingkungannya dan kesediaan mengekspresikan perhatian-perhatiannya ke dalam tulisan. Ciri lain adalah kehendak memandang persoalan bukan hanya dari bidang keilmuan yang dia tekuni � dengan semangat antardisiplin, holistik. Itu dikerjakan Gunawan Budi Susanto, antara lain, dalam kumpulan esai ini.



Bahkan dalam Kesaksian Kluprut ini tidak ada satu pun tulisan mengenai kesastraan. Bagi dia, semua tulisan adalah kesastraan atau karya sastra atau kritik sastra. Penyebabnya, dia bersedia belajar dan mengamati bukan hanya masalah-masalah kesastraan. Cakrawala yang dipandangnya lebih luas.



Bagi dia, langit keilmuan dan wacana pergaulan intelektual tidak terbatas pada sekat-sekat dinding dan atap kampus. Dunia intelektualitas begitu luas dan dia ingin mereguk serta menikmatinya. �Banyak persoalan yang ada di bawah matahari menarik perhatianku,� begitu kira-kira dia hendak menyatakan kepada khalayak.



Selain itu, saya memandang kumpulan esai Gunawan Budi Susanto ini bukan sebagai �kesaksian�, melainkan �keluhan�. Keluhan seorang Kluprut yang tidak mempunyai kekuasaan, tetapi ingin menyatakan kemarahan atas keadaan. Mudah-mudahan keluhan dan perasaan marah yang kekiri-kirian ini tidak dipandang sebagai sesuatu yang subversif.



Bagi saya, Kluprut berhak mengeluh dan marah, baik terhadap lingkungan dekat maupun lingkungan jauhnya. �Susah sungguh jadi mahasiswa,� keluhnya. Habis, apa mau jadi konglomerat? Sesudah itu, apakah dia masih mau mengeluh, �Susah sungguh jadi sarjana?�



Semarang, 23 Juli 1995



* Prof. Nurdien H. Kistanto, M.A., PhD., mantan Dekan FIB Universitas Diponegoro (Undip) Semarang





demikian keluhan si kluprut hari ini kalo ada waktu mungkin esok akan ku lanjutkan lagi gan....



mampir ke trit ane gan :kabur2: :kabur2: :ngebut:




[quote]





semua tentang pertamax di dunia maya (http://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000013381424/semua-tentang-pertamax-dunia-maya)



mengenal mata uang kuno nusantara (http://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000013376937/mengenal-mata-uang-kuno-nusantara)



kesaksian kluprut: catatan retrospektif - 1 (http://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000013408082/kesaksian-kluprut-catatan-retrospektif---1)







</div>