Log in

View Full Version : ketika dunia belajar pengobatan


demokrat
27th May 2012, 03:27 PM
bantu :rate5


[/spoiler][spoiler=open this] for ok gan:




http://cdn-u.kaskus.co.id/66/7yfz1hhf.gif







http://cdn-u.kaskus.co.id/66/rggpyrra.jpg

Bangsa Franken adalah nenek moyang bangsa Prancis. Meski Prancis sekarang adalah salah satu negara maju, seribu tahun yang lalu mereka masih amat biadab, terlebih dalam ilmu pengobatan.

Bangsa Franken adalah peserta terbanyak dalam tentara Salib yang menguasai Jerusalem dan sekitarnya kira-kira seabad lamanya. Karena di wilayah itu sudah banyak penduduk Muslim, maka ada interaksi antara tentara Salib dan kaum Muslim. Namun para jurnalis Muslim banyak mencentakan kisah mengerikan sekaligus aneh dan lucu di antara tentara Salib.



Misalnya kisah dokter bernama Tsabit bertugas di Libanon. Para pembesar pasukan Salib tidak begitu yakin dengan cara penyembuhan dokter-dokter Franken sendiri. Di Negeri Suci ini, mereka yang menderita berbagai penyakit kulit, perut mulas dan diare, ternyata lebih senang berobat kepada dokter-dokter Muslim.



Suatu hari Tsabit pulang terlalu cepat. Tsabit bercerita, �Kepadaku didatangkan seorang prajurit dengan kaki bengkok bernanah, dan wanita yang demam tinggi. Untuk si prajurit aku balutkan perban hingga bengkaknya kempes dan berangsur membaik. Kepada wanita itu aku sarankan untuk diet dan memperbaiki kondisi tubuhnya dengan ramuan dari bahan herbal.



Tiba-tiba datanglah seorang dokter Franken dan berkata: �Ia tak tahu apa-apa untuk dapat menyembuhkan mereka� Maka ia hampiri si prajurit dengan pertanyaan: �Pilih, mana yang lebih kamu sukai, hidup dengan satu kaki, atau mati dengan dua kaki?� Si prajurit menjawab: �Hidup dengan satu kaki� Maka berserulah sang dokter Fronken: �Datangkan kepadaku seorang prajurit yang kuat dengan sebuah kampak yang tajam!� Seorang prajurit dengan sebuah kampak tajam pun muncul, Aku masih berdiri di situ. Sang dokter lalu meletakkan kaki bengkak itu di atas sebuah balok kayu dan memerintah si prajurit berkampak: �Penggallah kaki itu dengan sekali ayunan kampakmu!� Tanpa ragu si prajurit menebaskan kampaknya sekali, tapi ternyata kaki sakit itu belum juga terputus. Ditebusfah kaki itu sekali lagi dengan kampak. Maka mengalirlah sungsum tulang di kaki terpenggal itu. Dan prajurit yang malang itu pun tewas sejam kemudian.



Sang dokter Franken beralih memeriksa wanita yang demam itu dan berkata: �wanita ini kesurupan jin yang jatuh cinta kepadanya. Potonglah rambut di kepalanya� Seseorang lalu memotong rambut wanita itu. Seterusnya wanita itu kembali lagi makan hidangan ala negeri asalnya. Panas di tubuhnya meninggi. Sang dokter berkata: �Jin di dalam tubuhnya telah naik di kepala� Bersamaan dengan ucapan ini ia raih sebuah pisau cukur, ia sayat kulit kepala wanita itu menyilang dan ia kelupas sebagian kulit kepala itu sedemikian rupa



sampai tulang tengkoraknya tampak jelas terlihat. Lalu ia taburkan sejumput garam pada luka sayatan, Sejam kemudian wanita itu pun tewas.



Aku bertanya pada mereka: �Masih adakah tugas-tugas dari Anda untukku?� �Tidak� Karena itu pergilah aku, setelah aku �belajar� penyembuhan mereka yang aneh, yang sejauh ini belum pernah aku kenal�.



Itulah kisah Tsabit yang diceritakan Amir Usamah ibnu Munkhid (1095 � 1188), seperti dikutip Sigrid Henke dalam bukunya �Allah Sonne ueber dem Abendland�.



Cerita di atas bukan propaganda bermusuhan, juga bukan penghinaan dari lawan. Namun memang orang-orang Franken itulah yang justru bersikap memusuhi umat Islam.



Seratus tahun kemudian, seorang bangsawan Jerman yang pendek dan gemuk harus mati menyakitkan akibat ulah penganut Kitab Tawarikh. Sebagai pengiring Kaisar Heinrich IV dalam rombongan ke Italia, ia cemas, apakah tubuhnya yang berlemak itu dapat melewati sulitnya medan dan panasnya cuaca Italia. Karena itu ia berkonsultasi pada seorang dokter. Sang dokter ternyata langsung mengiris perut si bangsawan dan mengeluarkan lemak di dalamnya. Sebuah metode yang radikal sama halnya dengan yang dilakukan Para dokter Franken.



Tidak ada sesuatupun cara pengobatan Pasukan Salib, yang dapat diambil pelajaran. Tidak ada yang pantas dipertahankan dari mereka di bidang kedokteran.



Di mana coba, di dunia saat itu terdapat dokter-dokter bermutu seperti di dunia Islam? Di mana terdapat perkembangan kedokteran yang begitu mekar seperti hasil pemikiran masyarakat Muslim ini? Adakah di lain tempat sistem sanitasi dan apotik? Bisakah rumah-rumah sakit di mana pun di dunia saat itu menyamai canggihnya rumah-rumah sakit di kota-kota Khilafah? Kemajuan metode pengobatan mereka seiring dengan riset yang mereka lakukan. Masih adakah yang aneh, jika ternyata orang-orang Franken pun meminta bantuan pengobatan kepada mereka?



Para biarawan di gereja-gereja Eropa sering diminta umatnya memberi keajaiban penyembuhan, sebagaimana dulu al-Masih melakukannya. Mereka menyembuhkan dengan usapan tangan, ritual pengusiran iblis, dan doa bersama. Mereka menolak obat-obatan apapun, baik yang dari tumbuhan, hewan maupun kimia, karena itu dianggap tanda tipisnya iman kepada Tuhan.



�Ilmu obat-obatan dalam segala bentuknya berasal dari tipu-daya yang sama;� tuduh Tatian, seorang penginjil, atas orang-orang yang percaya pada obat-obatan alami. �Bila seseorang menggunakan obat yang ia percayai, maka ia tidak akan lebih banyak disembuhkan, ketika ia sendiri melupakan Tuhan. Mengapa kamu tidak berserah diri saja kepada Tuhan? Relakah kamu disembuhkan seperti anjing dengan Lumpur, kijang dengan ular, babi dengan kepiting, singa dengan kera? Mengapa kau pertuhankan hal-hal duniawi?�



Pengkhotbah Salib Bernhard von Clairvaux (1090 - 1153), dengan tegas melarang para biarawan, yang sering sakit karena kondisi udara yang buruk, untuk berobat pada dokter Muslim dan menggunakan obat, karena tidak sepatutnya membiarkan kesucian jiwa berada dalam bahaya melalui penggunaan obat-obatan duniawi.



Paus Innocentius III dalam Konsili Lentera pada 1215 menjadi kewajiban yang harus ditaati: Atas putusan dari sebuah komite gereja. seorang dokter dilarang mcnangani pasien sebelum si pasien melakukan pengakuan dosa. Sebab penyakit itu berasal dari dosa. Hal yang di abad-21 ini nyaris ditiru seorang ustadz penyembuh di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia.



LANJUT BAWAH GAN

</div>