Log in

View Full Version : Perlukah Berlaku Sopan di Dunia Maya?


ondelondel
27th May 2012, 03:25 PM
Pada beberapa kesempatan bicara di depan umum, entah itu workshop tentang blog dan social media, seminar, atau diskusi-diskusi yang berkaitan dengan dunia digital, selalu saya sempatkan untuk menyinggung soal netiket.



Untuk para penggiat online (bahasa kerennya: netizen), isu tentang netiket barangkali sudah basi. Buat orang-orang yang sehari-hari memang bekerja dan bersentuhan dengan ranah maya, topik ini pasti membosankan.



Kenapa? Karena kami semua pada umumnya cukup tahu bagaimana cara bersikap dan berinteraksi dengan orang lain di dunia virtual yang tanpa batas ini.



Lho, kami itu siapa? Ya para netizen yang saya sebutkan tadi. Blogger, para pengguna social media, digital marketers, orang-orang yang bergerak di industri digital. Saya ada di antara mereka. Itulah kenapa saya bilang �kami�.



Tapi apa sih, netiket itu? Makanan apa itu?



Begini. Setiap kali ada pertanyaan tentang netiket, saya selalu mengibaratkan internet sebagai sebilah pisau tajam.



Bahaya? Tentu saja. Jika kita gunakan pisau itu untuk melakukan tindakan kriminal, tentu berbahaya. Bukan cuma buat si korban, tapi juga untuk si pelaku kejahatan.



Pisau yang, katakanlah, kita gunakan untuk membunuh orang lewat misalnya, akan membawa keburukan bagi kita sebagai pelakunya.



Lha memangnya gak ada hukum, apa? Memangnya nggak ada kemungkinan orang yang kita serang akan menyerang balik dan melukai kita?



Analoginya cukup gampang dicerna, saya rasa.



Di ranah maya, siapa saja bisa melakukan apa saja, dan mengatakan apa saja, kepada siapa saja. Nyaris tidak ada sensor, meski peraturan perundang-undangan untuk itu sebenarnya sudah ada. Namun pada prakteknya, biasanya kita malas membaca, apatah lagi menghafal isi undang-undang dan segala macam sanksi di dalamnya.



Untuk gampangnya sih, supaya tidak ribet memikirkan bagaimana etika berkomunikasi dan berinteraksi di internet, ada beberapa hal prinsip.





* Tidak menyerang seseorang secara personal.

* Menjaga agar bahasa yang digunakan tetap santun.

* Menghindari hal-hal sensitif seperti isu tentang ras, agama, kesukuan.





Gampang, kan? Toh di dunia nyata, kita semua juga melakukan itu: berusaha bersikap dan berbahasa yang baik, demi kenyamanan semua orang. Sungguh aneh kalau kita merasa kita boleh bersikap semaunya, hanya karena media komunikasi kita adalah sekotak kecil monitor di depan kita.



Eh, kalo anonim, kan gak apa-apa kita ngomong di internet tanpa disaring? Boleh dong, maki-maki orang yang kita anggap berseberangan dengan apa yang kita percayai?



Hmm...bisa. Tapi soal boleh atau tidak, semua tentu kembali ke pemahaman masing-masing tentang netiket itu tadi. Batasan sopan atau tidak sopan, bisa saja berbeda. Ini berkorelasi erat dengan tingkat pendidikan, kematangan psikososial, dan kultur individu.



Contoh paling mudah. Bayangkan betapa lucu dan naifnya jika saya menuduh seseorang yang jelas-jelas dua puluh empat jam hidupnya dihabiskan di internet, sebagai gaptek dan kuper. Atau misalnya, saya mengomentari tulisan seseorang di satu media, dengan bahasa yang kasar, tanpa berpikir panjang. Tanpa tahu bahwa komentar saya itu, nantinya, akan mempermalukan diri saya sendiri.



Masih beranggapan bahwa tidak ada gunanya menjaga kesopanan di dunia maya? Think again :)



itu semua kembali kepada pribadi kita masing masing
http://ceri.ws/smilies/small_ngakak.gif


</div>