PDA

View Full Version : Guru Tidak Ada Bedanya dengan Juru Masak


demokrat
27th May 2012, 03:23 PM
Penulis menganalogikan guru sebagai juru masak (chef) maka peserta didik adalah bahan masakannya, hasil masakan yang memiliki kualitas rasa yang tinggi akan terlahir dari seberapa professional chef tersebut mengolah masakannya, seorang chef yang handal akan mampu membuat masakan yang luar biasa meskipun makanan tersebut terbuat dari bahan masakan yang sederhana, begitupun guru yang professional, guru yang professional akan mampu mengubah peserta didik yang biasa menjadi luar biasa, meskipun latar belakang intelektual seorang peserta didik itu dari kategori biasa-biasa saja tapi jika gurunya berfikir cerdas maka peserta didik tersebut akan menjadi peserta didik yang luar biasa.



Hampir 13 tahun lebih penulis menjadi peserta didik dalam suatu institusi pendidikan, banyak sekali tipe guru yang penulis temukan, mungkin dari 10 guru yang penulis temukan hanya 6 saja yang menurut penulis professional. Guru yang professional menurut penulis harus memenuhi 3 komponen, diantaranya:



1. Pandai secara akademis (Konitif)



Meskipun sistem pendidikan saat ini lebih mengarahkan kepada siswanya untuk aktif (student centered learning) tapi bukan berarti guru tidak harus menguasai materi akademis yang akan diajarkannya, guru mempunyai tanggung jawab besar untuk mencerdaskan anak bangsa, bisa kita bayangkan kalau gurunya saja tidak pandai secara akademis, apalagi murid yang diajarinya?



2. Cakap dalam menyampaikan materi (psikomotor)



Poin ini yang menurut pendapat penulis sering diabaikan oleh para guru ketika mengajar, banyak guru yang jika dilihat dari sisi kognitif baik, akan tetapi sedikit sekali guru yang mempunyai kemampuan baik dalam menyampaikan materi. Faktor terbesar peserta didik kurang memahami materi karena dipengaruhi penyampaian materi oleh guru yang kurang dimengerti, Prof. Yohanes Surya menjelaskan bahwa �tidak ada siswa yang bodoh, yang ada hanyalah siswa yang tidak memiliki kesempatan belajar dengan guru yang memiliki cara mengajar baik�. Guru yang profesional adalah guru yang mengajar dengan cara menyesuaikan dengan keadaan muridnya, bukan guru yang memaksakan murid mengikuti cara mengajarnya.



3. Teladan dalam sikap (Afektif)



Orang Jawa dan orang Sunda berpendapat bahwa arti guru adalah digugu (seorang yang menjadi teladan) dan ditiru (sebagai yang patut dicontoh), maka dari itu penulis beranggapan bahwa tugas guru bukan hanya sekedar menjadikan muridnya pintar secara kognitif dan psikomotornya saja melainkan guru harus mampu memberikan contoh atau teladan yang baik kepada muridnya. Akan tetapi kenyataannya dilapangan, masih banyak guru yang menganggap remeh poin ini, karakter peserta didik sekarang pada umumnya berkarakter �pemberontak� dalam arti jika seorang peserta didik dilarang menggunakan hanphone di dalam kelas oleh gurunya tapi gurunya sendiri menggunakan handphone di dalam kelas, biasanya peserta didik akan berfikir �Kita dilarang, tapi gurunya sendiri?� pemikiran siswa yang demikian akan membuat perintah atau larangan guru akan semakin diabaikan, maka dari itu sekali lagi sebelum guru menyuruh bersikap baik pada muridnya, guru harus bertanya pada diri sendiri �apakah saya sudah patut menjadi penutan?�



Kemudian guru yang professional adalah guru yang mau menerima masukan atau kritikan dari siapapun, misalnya guru mau menerima masukan jika ada siswa yang memberi masukan mengenai cara mengajar dan lain sebagainya, karena dengan kritik atau masukan dari orang lain akan semakin membuat guru menjadi professional, yang sangat diharamkan adalah guru yang egois dan anti kritik. Soe Hok Gie dalam bukunya Catatan Seorang Demonstran menyatakan �Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar. Dan murid bukan kerbau.�

</div>