ondelondel
27th May 2012, 03:22 PM
ane bikin trit ini terinspirasi karena ts dulu pernah tinggal disana 4 tahun gan,,tepatnya di Tanah grogot,,Kab.Paser,,Kalimantan timur
Penduduk asli sana namanya dayak paser ga,,ni sekilas tentang suku dayak paser
Suku Dayak Paser adalah suku bangsa yang tanah asalnya berada di tenggara Kalimantan Timur yaitu di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Balikpapan dan Kab.Kotabaru. Suku Paser sebagian besar beragama Islam dan telah mendirikan kerajaan Islam yaitu Kesultanan Pasir (Kerajaan Sadurangas) jadi termasuk ke dalam suku yang berbudaya Melayu (budaya kesultanan/lingkungan hukum adat Melayu). Kemungkinan suku Paser masih berkerabat dengan suku Dayak Lawangan yang termasuk suku Dayak dari rumpun Ot Danum. Suku Pasir sekarang menyebut dirinya dengan nama Paser. Orang Paser telah mengakui dirinya sebagai orang Dayak. Pengakuan ini dapat terlihat dengan bergabungnya Lembaga Adat Paser d/h Orang Paser ke dalam organisasi Dayak yaitu Persekutuan Dayak Kalimantan Timur..Jumlah populasi
kurang lebih 56.000..Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan di
Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur: 56.000
Bahasa Lawangan dialek Paser, Indonesia,,Agama Islam Kelompok etnis terdekat Suku Dayak (Rumpun Ot Danum)
[/spoiler] for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/6dfvfvij.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/bw86x5to.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/nkwiwt8l.jpg
senjata khas suku dayak
for sumpit:
Sumpit atau Sipet bagi masyarakat Dayak sudah tidak asing lagi. Sumpit di sini sebagai senjata khas Kalimantan yang digunakan untuk berburu binatang pada zaman dulu. Sumpit ini dilengkapi dengan anak sumpit dengan bentuk bulat dan berdiameter kurang lebih dari 1 cm. Anak sumpitnya (damek) terbuat dari bambu yang salah satunya berujung kerucut dan dari bahan kayu bermassa ringan (dari kayupelawi). Bentuk dan bahannnya mempegaruhi kecepatan dan arah lesatan anak panah, karena berfungsi agar anak sumpit melesat dengan lurus atau sebagai penyeimbang saat lepas dari buluh.
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/om4kbepo.jpg
for judul :
Mandau adalah senjata tajam sejenis parang berasal dari kebudayaan Dayak di Kalimantan. Mandau termasuk salah satu senjata tradisional Indonesia. Berbeda dengan arang, mandau memiliki ukiran - ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah manda
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/55aqptoz.jpg
makanan khas
for kepiting masak santan:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/uf4fjqmy.jpg
for buras:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/qeehyt5k.jpg
for gangan asam banjar:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/5wx7czux.jpg
for gangan ikan patin:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/5tt6leva.jpg
for gangan nangka:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/2jak1du9.jpg
sekarang sekilas tentang tanah grogot gan
Sejarah dan asal-usul nama Tanah Grogot
Asal-usul nama Kota Tanah Grogot berdasarkan cerita setempat tidak dapat dilepaskan dari peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan. Menurut Lontara Wajo dikisahkan ketika Raja Bone La Patau Matanna Tika mengundang Arung Matoa Wajo La Salewangeng untuk menghadiri pesta melubangi telinga putrinya. Bersamaan dengan itu ikut pula La Madukelleng. Sebagaimana kebiasaan bahwa sudah menjadi kegemaran bangsawan Bugis dalam setiap pesta raja-raja pada masa dahulu sering mengadakan pesta sabung ayam.
Pada pelaksanaan sabung ayam tersebut terjadi ketidakadilan dalam penyelenggaraan acara, saat ayam putera Raja Bone mati dikalahkan oleh ayam Arung Matowa Wajo. Kemenangan itu tidak diakui oleh orang Bone dan mereka berpendapat bahwa pertarungan tersebut sama kuatnya. Hal ini menyebabkan terjadinya keributan dan berujung pada perkelahian yang mengakibatkan korban di pihak Bone lebih banyak dibandingkan korban di pihak Wajo. Dengan adanya perkelahian tersebut Raja Bone menuntut kepada Wajo agar La Madukelleng menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang dianggap salah. Akan tetapi orang Wajo tidak bersedia memenuhi permintaan Raja Bone. Sebelum Kerajaan Wajo diduduki pasukan Bone, karena tidak mau dijajah La Maddukeleng beserta para pengikutnya merantau meninggalkan Wajo untuk menghindari balas dendam yang akan dilakukan oleh Kerajaan Bone.
La Madukelleng dalam perantauannya dengan bermodalkan tiga ujung; ujung lidah sebagai bekal diplomasi, ujung badik untuk bertarung, dan ujung kelamin melalui perkimpoian. Ia malang melintang di negeri orang mengukir kejayaan orang Bugis secara turun menurun. Dengan modal tersebut La Maddukeleng beserta para pengikutnya dan delapan orang bangsawan menengah, yaitu La Mohang Daeng Mangkona, La Pallawa Daeng Marowa, Puanna Dekke, La Siareje, Daeng Manambung, La Manja Daeng Lebbi, La Sawedi Daeng Sagala, dan La Manrappi Daeng Punggawa berangkat dari Paneki, dan pada awalnya menetap di Tanah Malaka (Malaysia Barat). Kemudian pindah dan menetap di wilayah Kerajaan Paser tepatnya di Muara Sungai Kandilo selama sepuluh tahun, sebelum kembali ke Wajo dan diangkat menjadi Raja di Kerajaan Wajo.
Namun, setelah rombongan tersebut menetap di tempat tersebut, jauh di tanah Sulawesi Selatan berhubung tanah Wajo telah diduduki oleh Kerajaan Bone, banyak pula warga Wajo yang meninggalkan kampung kelahirannya mengikuti jejak rombongan La Madukelleng untuk berlayar menuju tanah Paser, sementara sebagian rombongan yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona menuju ke tanah Kutai dan membentuk pemukiman yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Samarinda. Dengan adanya peristiwa tersebut banyak pula orang Bugis yang pada awalnya berasal dari Wajo, saat itu bermukim dan terlibat dalam perdagangan di sekitar Sungai Kandilo.
Dalam keseharian rombongan orang Bugis-Wajo yang bermukim di pinggiran Sungai Kandilo sering mendengar suara arus yang sangat deras dari arus sungai yang menimbulkan suara gemuruh. Dari keadaan itulah orang Bugis-Wajo menamakan pemukiman mereka dengan sebutan Tanah Geroro-E (Geroro-E : suara gemuruh). Dari istilah inilah para Sultan Kerajaan Paser pada saat itu kemudian sering menyebut dengan Tanah Geroro-E yang lama kelamaan diperkirakan menjadi cikal bakal sebutan Kota Tanah Grogot.
Selanjutnya ketika di Kota Tanah Grogot sudah banyak orang Bugis yang bermukim di sepanjang Sungai Kandilo, datang pula utusan Belanda yang tertarik untuk mengadakan usaha perdagangan di Kota Tanah Grogot sekitar tahun 1829 M. Hal ini dikarenakan kondisi perniagaan Paser pada saat itu sudah cukup ramai dan strategis. Pedagang Belanda yang bernama Alexander Van Soow mengajukan permohonan langsung pada Sultan Kerajaan Paser untuk meminta ijin membangun sebuah rumah sebagai tempat usaha untuk menjual garam dan candu. Dalam permohonannya tersebut berhubung lidah orang Belanda tidak bisa menyebut Tanah Geroro-E maka pada akhirnya disebut Tanah Grogod.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebutan Tanah Grogod tersebut lama kelamaan ejaannya disempurnakan menjadi Tanah Grogot. Dengan berjalannya waktu karena kondisi Kota Tanah Grogot semakin ramai setelah dihuni oleh orang Bugis, selanjutnya datang juga orang Banjar, Jawa, dan sebagainya yang menyebabkan penduduk Kota Tanah Grogot semakin banyak. Penduduk tersebut lebih dominan berasal dari Bugis dan Banjar, sehingga kebudayaan mereka cepat membaur dengan penduduk asli Suku Paser. Maka dari itu tidak mengherankan bahwa pada saat ini dapat dijumpai perpaduan budaya pada orang Paser di Kota Tanah Grogot. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya penduduk yang datang hingga Kota Tanah Grogot terus berkembang pesat. Pada akhirnya berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 1959 pada tanggal 29 Desember 1959, Kota Tanah Grogot diresmikan sebagai ibukota Kabupaten Paser..
ni suasana di tanah grogot gan
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/2ygjzav5.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/sp5a7git.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/ehrtld1o.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/clee8ke0.jpg
klo samarinda punya sungai mahakam,,palembang punya sungai musi,,dan jambi punya sungai batang hari,,maka tanah grogot punya sungai kandilo
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/f5i2xtos.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/9yj9e8ek.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/vqudf9jv.jpg
for judul [spoiler=open this]:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/ufdctkjz.jpg
cukup sekian trit ane
dimohon kesediannya untuk :rate5 atau :melonndan:
semoga bermanfaat
UPDATE
tambahan dari agan2
[/quote][quote]
Originally Posted by ri5t4nto
http://static.kaskus.co.id/images/buttons/viewpost.gif (http://www.ceriwis.us/showthread.php?p=525703312#post525703312)
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/pezfkuyk.jpg
ane seering mampir ke tana grogot gan...kalo malem nongkrong di tepian...
ternyata banyak cewek nakalnya juga he3 :homo:
</div>
Penduduk asli sana namanya dayak paser ga,,ni sekilas tentang suku dayak paser
Suku Dayak Paser adalah suku bangsa yang tanah asalnya berada di tenggara Kalimantan Timur yaitu di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Balikpapan dan Kab.Kotabaru. Suku Paser sebagian besar beragama Islam dan telah mendirikan kerajaan Islam yaitu Kesultanan Pasir (Kerajaan Sadurangas) jadi termasuk ke dalam suku yang berbudaya Melayu (budaya kesultanan/lingkungan hukum adat Melayu). Kemungkinan suku Paser masih berkerabat dengan suku Dayak Lawangan yang termasuk suku Dayak dari rumpun Ot Danum. Suku Pasir sekarang menyebut dirinya dengan nama Paser. Orang Paser telah mengakui dirinya sebagai orang Dayak. Pengakuan ini dapat terlihat dengan bergabungnya Lembaga Adat Paser d/h Orang Paser ke dalam organisasi Dayak yaitu Persekutuan Dayak Kalimantan Timur..Jumlah populasi
kurang lebih 56.000..Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan di
Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur: 56.000
Bahasa Lawangan dialek Paser, Indonesia,,Agama Islam Kelompok etnis terdekat Suku Dayak (Rumpun Ot Danum)
[/spoiler] for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/6dfvfvij.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/bw86x5to.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/nkwiwt8l.jpg
senjata khas suku dayak
for sumpit:
Sumpit atau Sipet bagi masyarakat Dayak sudah tidak asing lagi. Sumpit di sini sebagai senjata khas Kalimantan yang digunakan untuk berburu binatang pada zaman dulu. Sumpit ini dilengkapi dengan anak sumpit dengan bentuk bulat dan berdiameter kurang lebih dari 1 cm. Anak sumpitnya (damek) terbuat dari bambu yang salah satunya berujung kerucut dan dari bahan kayu bermassa ringan (dari kayupelawi). Bentuk dan bahannnya mempegaruhi kecepatan dan arah lesatan anak panah, karena berfungsi agar anak sumpit melesat dengan lurus atau sebagai penyeimbang saat lepas dari buluh.
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/om4kbepo.jpg
for judul :
Mandau adalah senjata tajam sejenis parang berasal dari kebudayaan Dayak di Kalimantan. Mandau termasuk salah satu senjata tradisional Indonesia. Berbeda dengan arang, mandau memiliki ukiran - ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah manda
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/55aqptoz.jpg
makanan khas
for kepiting masak santan:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/uf4fjqmy.jpg
for buras:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/qeehyt5k.jpg
for gangan asam banjar:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/5wx7czux.jpg
for gangan ikan patin:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/5tt6leva.jpg
for gangan nangka:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/2jak1du9.jpg
sekarang sekilas tentang tanah grogot gan
Sejarah dan asal-usul nama Tanah Grogot
Asal-usul nama Kota Tanah Grogot berdasarkan cerita setempat tidak dapat dilepaskan dari peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan. Menurut Lontara Wajo dikisahkan ketika Raja Bone La Patau Matanna Tika mengundang Arung Matoa Wajo La Salewangeng untuk menghadiri pesta melubangi telinga putrinya. Bersamaan dengan itu ikut pula La Madukelleng. Sebagaimana kebiasaan bahwa sudah menjadi kegemaran bangsawan Bugis dalam setiap pesta raja-raja pada masa dahulu sering mengadakan pesta sabung ayam.
Pada pelaksanaan sabung ayam tersebut terjadi ketidakadilan dalam penyelenggaraan acara, saat ayam putera Raja Bone mati dikalahkan oleh ayam Arung Matowa Wajo. Kemenangan itu tidak diakui oleh orang Bone dan mereka berpendapat bahwa pertarungan tersebut sama kuatnya. Hal ini menyebabkan terjadinya keributan dan berujung pada perkelahian yang mengakibatkan korban di pihak Bone lebih banyak dibandingkan korban di pihak Wajo. Dengan adanya perkelahian tersebut Raja Bone menuntut kepada Wajo agar La Madukelleng menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang dianggap salah. Akan tetapi orang Wajo tidak bersedia memenuhi permintaan Raja Bone. Sebelum Kerajaan Wajo diduduki pasukan Bone, karena tidak mau dijajah La Maddukeleng beserta para pengikutnya merantau meninggalkan Wajo untuk menghindari balas dendam yang akan dilakukan oleh Kerajaan Bone.
La Madukelleng dalam perantauannya dengan bermodalkan tiga ujung; ujung lidah sebagai bekal diplomasi, ujung badik untuk bertarung, dan ujung kelamin melalui perkimpoian. Ia malang melintang di negeri orang mengukir kejayaan orang Bugis secara turun menurun. Dengan modal tersebut La Maddukeleng beserta para pengikutnya dan delapan orang bangsawan menengah, yaitu La Mohang Daeng Mangkona, La Pallawa Daeng Marowa, Puanna Dekke, La Siareje, Daeng Manambung, La Manja Daeng Lebbi, La Sawedi Daeng Sagala, dan La Manrappi Daeng Punggawa berangkat dari Paneki, dan pada awalnya menetap di Tanah Malaka (Malaysia Barat). Kemudian pindah dan menetap di wilayah Kerajaan Paser tepatnya di Muara Sungai Kandilo selama sepuluh tahun, sebelum kembali ke Wajo dan diangkat menjadi Raja di Kerajaan Wajo.
Namun, setelah rombongan tersebut menetap di tempat tersebut, jauh di tanah Sulawesi Selatan berhubung tanah Wajo telah diduduki oleh Kerajaan Bone, banyak pula warga Wajo yang meninggalkan kampung kelahirannya mengikuti jejak rombongan La Madukelleng untuk berlayar menuju tanah Paser, sementara sebagian rombongan yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona menuju ke tanah Kutai dan membentuk pemukiman yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Samarinda. Dengan adanya peristiwa tersebut banyak pula orang Bugis yang pada awalnya berasal dari Wajo, saat itu bermukim dan terlibat dalam perdagangan di sekitar Sungai Kandilo.
Dalam keseharian rombongan orang Bugis-Wajo yang bermukim di pinggiran Sungai Kandilo sering mendengar suara arus yang sangat deras dari arus sungai yang menimbulkan suara gemuruh. Dari keadaan itulah orang Bugis-Wajo menamakan pemukiman mereka dengan sebutan Tanah Geroro-E (Geroro-E : suara gemuruh). Dari istilah inilah para Sultan Kerajaan Paser pada saat itu kemudian sering menyebut dengan Tanah Geroro-E yang lama kelamaan diperkirakan menjadi cikal bakal sebutan Kota Tanah Grogot.
Selanjutnya ketika di Kota Tanah Grogot sudah banyak orang Bugis yang bermukim di sepanjang Sungai Kandilo, datang pula utusan Belanda yang tertarik untuk mengadakan usaha perdagangan di Kota Tanah Grogot sekitar tahun 1829 M. Hal ini dikarenakan kondisi perniagaan Paser pada saat itu sudah cukup ramai dan strategis. Pedagang Belanda yang bernama Alexander Van Soow mengajukan permohonan langsung pada Sultan Kerajaan Paser untuk meminta ijin membangun sebuah rumah sebagai tempat usaha untuk menjual garam dan candu. Dalam permohonannya tersebut berhubung lidah orang Belanda tidak bisa menyebut Tanah Geroro-E maka pada akhirnya disebut Tanah Grogod.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebutan Tanah Grogod tersebut lama kelamaan ejaannya disempurnakan menjadi Tanah Grogot. Dengan berjalannya waktu karena kondisi Kota Tanah Grogot semakin ramai setelah dihuni oleh orang Bugis, selanjutnya datang juga orang Banjar, Jawa, dan sebagainya yang menyebabkan penduduk Kota Tanah Grogot semakin banyak. Penduduk tersebut lebih dominan berasal dari Bugis dan Banjar, sehingga kebudayaan mereka cepat membaur dengan penduduk asli Suku Paser. Maka dari itu tidak mengherankan bahwa pada saat ini dapat dijumpai perpaduan budaya pada orang Paser di Kota Tanah Grogot. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya penduduk yang datang hingga Kota Tanah Grogot terus berkembang pesat. Pada akhirnya berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 1959 pada tanggal 29 Desember 1959, Kota Tanah Grogot diresmikan sebagai ibukota Kabupaten Paser..
ni suasana di tanah grogot gan
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/2ygjzav5.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/sp5a7git.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/ehrtld1o.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/clee8ke0.jpg
klo samarinda punya sungai mahakam,,palembang punya sungai musi,,dan jambi punya sungai batang hari,,maka tanah grogot punya sungai kandilo
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/f5i2xtos.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/9yj9e8ek.jpg
for judul :
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/vqudf9jv.jpg
for judul [spoiler=open this]:
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/ufdctkjz.jpg
cukup sekian trit ane
dimohon kesediannya untuk :rate5 atau :melonndan:
semoga bermanfaat
UPDATE
tambahan dari agan2
[/quote][quote]
Originally Posted by ri5t4nto
http://static.kaskus.co.id/images/buttons/viewpost.gif (http://www.ceriwis.us/showthread.php?p=525703312#post525703312)
http://cdn-u.kaskus.co.id/61/pezfkuyk.jpg
ane seering mampir ke tana grogot gan...kalo malem nongkrong di tepian...
ternyata banyak cewek nakalnya juga he3 :homo:
</div>