Log in

View Full Version : Bila Bisa Mengatasi Yang Ini, Bisa Mengatasi Apa Saja.


jokowikotak
27th May 2012, 03:13 PM
Sangat menginspirasi



Pada suatu hari hujan yang lebat membuat sejumlah orang terjebak di dalam pusat perbelanjaan. Sejumlah orang menggerombol di dekat pintu keluar sambil terus memandangi hujan yang turun dengan deras, mereka rata-rata diam karena tidak banyak yang saling mengenal satu sama lain. Tiba-tiba seorang anak kecil berlari dari dalam, menerobos kerumunan orang dan dikejar oleh ibunya sambil kerepotan membawa barang belanjaan untuk kebutuhan sehari-hari.



Menjelang pintu keluar, tangan anak ini ketangkap oleh ibunya sambil berusaha membujuk : �jangan nak, masih hujan ! kita tunggu dulu biar hujannya sedikit mereda�. Si anak terus berontak : �Tidak umi, kita harus pulang sekarang, hujan tidak apa-apa, kita bisa berlari melaluinya��. Dialog ibu dan anak ini mulai mendapatkan perhatian orang-orang yang menyaksikannya, yang tadinya pandangan mereka kearah luar menunggu hujan turun � hampir seluruh mata kini menyaksikan perdebatan ibu dan anak ini.



Sang umi-pun berusaha terus menjelaskan : �nanti kita bisa sakit, siapa yang merawat kita bila kita juga sakit ?� Si anak yang masih balita ini kemudian berusaha ber-argumen : � umi bilang, kalau kita bisa melalui ini � kita akan bisa melalui apa saja�!�. Uminya terkejut : �Kapan nak umi bilang demikian ?�



Si anak menjelaskan : � tadi pagi ketika kita berangkat meninggalkan abi di rumah, umi bilang ke abi bahwa �kalau kita bisa melalui ini kita bisa melalui apa saja� !�. Si umi jadi ingat, tadi bagi ketika berangkat berbelanja kepada suaminya yang lagi sakit keras di rumah dia memang bicara demikian � persis yang ditirukan anaknya � tetapi untuk maksud yang lain sebenarnya, yaitu untuk menyemangati suaminya melawan penyakit yang dengan dasyat menggerogoti tubuhnya.



Tetapi si umi sadar bahwa yang disampaikan anaknya memang betul, hujan bukan apa-apa dibandingkan dengan apa yang tengah dialami oleh suaminya di rumah. Sambil tersenyum akhirnya dia menuruti keinginan anaknya : � baik nak, kita akan berlari hujan-hujanan sekarang��. Anaknya yang tidak sabar kini menarik tangan ibunya sambil berlari gembira ditengah hujan yang lebat.



Orang-orang yang sempat tertegun menyaksikan dialog antara ibu dan anak tadi mulai terpengaruh, satu demi satu ikut berlari sambil gembira ditengah hujan lebat yang memang tidak kunjung reda. Barangkali di hati orang-orang yang ikut berlari ini juga tumbuh perasaan yang sama dengan ibu dan anak tadi, ini hanya air hujan � bila mereka bisa melalui ini � mereka bisa melalui apa saja !.



Dalam kondisi basah kuyup, ibu dan anak tersebut akhirnya sampai rumah. Mereka menjumpai suami dan ayah anak ini semakin parah kondisinya dan si umi merasakan waktu kepergian suaminya akan segera tiba. Sang abi kemudian melambaikan tangan agar istrinya mendekat, sambil tersenyum kepada istrinya dia berbisik �umi, aku sudah mencium harumnya bau surga��. Sambil menangis sedih karena hendak ditinggal suaminya, namun juga gembira karena nampak tanda-tanda khusnul khatimah suaminya, sang istri pun berbisik : �ajak kami ya bi��.



Sang abi masih sempat menjawab sekali lagi : �bukan hanya umi dan anak anak, abi ingin mengajak semua orang yang abi kenal��. Setelah itu dari mulutnya lirih keluar kalimat Laa Ilaaha Illallah, kemudian sambil tersenyum matanya menutup dan tidak membuka lagi untuk selamanya.



Hari itu hujan tidak mereda, maka jenazah si abi dimandikan sampai dimakamkan dalam kondisi hujan yang terus turun. Si umi yang menunggu di rumah sambil memeluki anaknya, terus meneteskan air mata karena tidak mudah untuk menghilangkan kesedihannya hari itu � namun hatinya juga penuh syukur tentang tanda-tanda khusnul khatimah suaminya, tentang semangat yang dibangkitkan oleh anaknya ketika mengajaknya melalui hujan tadi pagi � dia mungkin tidak bisa menemani akhir hayat suaminya bila tidak berlari dalam kondisi hujan, dia juga ikut bahagia tadi ketika melihat banyaknya orang yang ikut berlari melewati hujan menirukan apa yang dia dan anaknya lakukan.



Hujan adalah representasi dari sekian banyak rakhmat Allah yang kebanyakan kita masih salah pahami. Bila kita sikapi dengan benar, kita atasi dampak buruk yang bisa ditimbulkannya � bukan karena hujannya sendiri, tetapi karena kesalahan kita juga � maka insyaAllah kita akan bisa mengambil berkahnya.



Betapa banyak diantara kita baik dalam kapasitas individu maupun negara � yang seperti kerumuman orang di pusat perbelanjaan diatas, kita hanya memelototi hujan yang turun dan menunggunya reda. Betapa banyak kesempatan emas � yang bisa jadi adalah satu-satunya kesempatan � yang kita lewatkan dengan sikap menunggu hujan berhenti tadi. Si umi tidak mendapatkan kabar harumnya bau surga bila dia tidak berlari menerobos hujan, maka kini waktunya bagi kita untuk mulai mau berlari �mengelola� hujan � siapa tahu �kabar dari surga�-pun sedang menunggu kita. Amin.



Oleh Muhaimin Iqbal Jum'at, 18 November 2011 06:37

</div>