kumisfauzi
27th May 2012, 03:13 PM
Baca dolo gan!!!
Jangan langsung maen bata aja!
Gua timpuk pake beton mati lo gan.
Baca gan.
Kisah jaman Nazi.
AKU TELAH MEMBUNUH TUHAN
[/spoiler][spoiler=open this] for God:
Aku telah membunuh Tuhan!! demikian teriak nietzsche melalui mulut zarathustra. Freud berkata ketika dia terusir dari jerman oleh nazi � yang kutakuti bukan NAZI tapi agama, ya semua agama...� tidak puas sampai di situ dia pun dengan girang bersorak ketika menemukan bahwa fenomena religiusitas dalam budaya taboo totemisme serupa dengan gejala yang dia temukan di kliniknya sehingga dia mengambil kesimpulan penganut agama adalah orang-orang yang mengalami neourosis dalam kategori oedipus kompleks. Jauh sebelumnya Ludwig Feurbach pun telah menyerang Tuhannya umat kristiani.
Dulu, Sokrates dipaksa meminum racun oleh pengadilan Athena atas gugatan Meletos yang mengatakan bahwa Sokrates telah kafir karena tidak percaya dengan Tuhan yang disembah negara. Erich Fromm ketika menulis tentang manusia menjadi Tuhan mengaku bahwa dia harus atheis �dulu� sebelum mendapatkan �pengetahuan�.
Dan sekarang banyak orang yang menjadi eouforia, lantas bagaikan anak kecil bertepuk tangan hanya karena telah mengaku dan merasa menjadi pemuja dari salah satu tokoh itu. Ada yang begitu bangga menyatakan bahwa dia adalah Nitzsceolog, Freudian, Marxisme, bla..bla..bla... mungkin dalam tulisan ini setelah kalian membacanya nanti kalian akan menduga bahwa saya tidak lebih dari seorang fatalis fundamental yang akan membela islam. Tidak sama sekali tidak. Bagiku islam � terlepas dari institusi keagamaan � berarti selamat. Ya kalo sudah selamat apa masih perlu di bela?
Di sini saya hanya geli ketika mereka yang mengaku atheis, tidak jauh beda dari Nietzsche, Freud, Ludwig Feurbach beserta para pemujanya hanyalah membunuh satu Tuhan itupun Tuhan yang sama sekali belum dikenalnya. Lalu setelah membunuh Tuhannya itu mereka lalu menghidupkan Tuhan yang lain. Mereka tidak lebih dari pengidap substansial schizoprenic yang selalu melihat dualitas dalam nihilisme.jadi wajar kalo di sini saya mengatakan mereka adalah nihilisme palsu. Betapa tidak, mereka beranggapan bahwa nihilisme adalah penghancur segala nilai. Lha, apa mereka dan kalian semua tidak sadar bahwa dengan melawan berarti mengakui adanya lawan ??! Tarolah, nilai yang kalian lawan itu tersungkur, tidakkah itu kembali menjadi satu bukti bahwa kalian mengakui nilai-nilai itu pernah ada ??! berarti bisa saya simpulkan bahwa jauh di dalam nurani kalia n, kalian mengakui bahwa nilai-nilai yang ingin kalian hancurkan tidak pernah benar-benar lenyap secara esensial seperti sekerat daging yang tidak dapat dimakan habis selamanya. Jadi wajar dong jika saya katakan bahwa kalian hanya merasa eksis atau ada jika kalian terus berperang untuk memombardir nilai. Berarti amat kasihanlah kalian yang selalu dan selalu membutuhkan selain diri kalian karena tanpa perang kalian tak bisa hidup.
Berarti koar � koar mereka para eksistensialis memang benar tapi hanya dalam satu definisi : Mereka ingin bereksistensi tanpa tahu hendak kemana. Dan di atas kemunafikan para nihilisme palsu, yakni pidato mereka untuk meyakinkan saya, anda dan kalian semua bahwa hanya merekalah yang ADA, seorang yang tunggal dan tak bergantung pada nilai manapun, nilai apapun, dan agama apapun. Begitu bukan yang sering diceramahkan oleh mereka yang mengaku atheis ??! Namun sayang seribu sayang, mereka teledor dan lupa kalau ADA itu sendiri pun merupakan nilai yang sangat nyata. Bukankah pengakuan mereka yang tidak bergantung pada nilai atau agamapun adalah sebuah nilai juga ??! sekali lagi benarlah bahwa mereka dan kalian adalah nihilisme palsu karena masih melihat bahkan menikahkan dualisme antara nihilisme dan ADA padahal ADA adalah musuh bebuyutan da ri nihilisme.
Bagaimana kalau aku mengatakan bahwa aku tidak ada, para penganut agama tidak ada, para atheisme tidak ada, para rasul tidak ada, malaikat tidak ada, dan segala Tuhan tidak ada dan tidak pernah ada??! untuk statemen yang satu, pasti mereka yang �menganut agama� apapun akan segera membungkam mulutku. Di sini descartes pun akan tersipu malu dengan ada dan tiadanya.Iitulah nihilisme sejati !!! Ketiadaaan dari ketiadaan. Inilah yang harus dicari, �satu kata� untuk menyatakan apapun secara mutlak tidak ada. Nihilisme inilah yang tidak bisa dibandigkan dengan semua jenjang ketiadaan, yang tidak akan bisa dicapai melalu langkah apapun entah itu yang kau sebut fana, lalu sakar, lalu fana fi al fana, atau sejuta satu selaput fana... apabila saya, kamu, dan kalian masih menganggap bahwa aku ada, Tuhan ada, bahkan ketiadaan itu ada seperti kata descartes.
Jadi, saya tidak akan mengangkat satu jaripun untuk mereka yang hanya membunuh satu Tuhan. Di sini saya hanya akan menantang diri saya sendiri untuk mengenal terlebih dahulu semua Tuhan sampai ke sumsum � sumsumnya lalu saya akan berperang melawannya hingga suatu saat saya betul � betul yakin bahwa semua Tuhan itu hanyalah kotoran yang haram menyentuh TAUHIID.
Ini artikel dari Google gan. Bukan ane yang bikin.
</div>
Jangan langsung maen bata aja!
Gua timpuk pake beton mati lo gan.
Baca gan.
Kisah jaman Nazi.
AKU TELAH MEMBUNUH TUHAN
[/spoiler][spoiler=open this] for God:
Aku telah membunuh Tuhan!! demikian teriak nietzsche melalui mulut zarathustra. Freud berkata ketika dia terusir dari jerman oleh nazi � yang kutakuti bukan NAZI tapi agama, ya semua agama...� tidak puas sampai di situ dia pun dengan girang bersorak ketika menemukan bahwa fenomena religiusitas dalam budaya taboo totemisme serupa dengan gejala yang dia temukan di kliniknya sehingga dia mengambil kesimpulan penganut agama adalah orang-orang yang mengalami neourosis dalam kategori oedipus kompleks. Jauh sebelumnya Ludwig Feurbach pun telah menyerang Tuhannya umat kristiani.
Dulu, Sokrates dipaksa meminum racun oleh pengadilan Athena atas gugatan Meletos yang mengatakan bahwa Sokrates telah kafir karena tidak percaya dengan Tuhan yang disembah negara. Erich Fromm ketika menulis tentang manusia menjadi Tuhan mengaku bahwa dia harus atheis �dulu� sebelum mendapatkan �pengetahuan�.
Dan sekarang banyak orang yang menjadi eouforia, lantas bagaikan anak kecil bertepuk tangan hanya karena telah mengaku dan merasa menjadi pemuja dari salah satu tokoh itu. Ada yang begitu bangga menyatakan bahwa dia adalah Nitzsceolog, Freudian, Marxisme, bla..bla..bla... mungkin dalam tulisan ini setelah kalian membacanya nanti kalian akan menduga bahwa saya tidak lebih dari seorang fatalis fundamental yang akan membela islam. Tidak sama sekali tidak. Bagiku islam � terlepas dari institusi keagamaan � berarti selamat. Ya kalo sudah selamat apa masih perlu di bela?
Di sini saya hanya geli ketika mereka yang mengaku atheis, tidak jauh beda dari Nietzsche, Freud, Ludwig Feurbach beserta para pemujanya hanyalah membunuh satu Tuhan itupun Tuhan yang sama sekali belum dikenalnya. Lalu setelah membunuh Tuhannya itu mereka lalu menghidupkan Tuhan yang lain. Mereka tidak lebih dari pengidap substansial schizoprenic yang selalu melihat dualitas dalam nihilisme.jadi wajar kalo di sini saya mengatakan mereka adalah nihilisme palsu. Betapa tidak, mereka beranggapan bahwa nihilisme adalah penghancur segala nilai. Lha, apa mereka dan kalian semua tidak sadar bahwa dengan melawan berarti mengakui adanya lawan ??! Tarolah, nilai yang kalian lawan itu tersungkur, tidakkah itu kembali menjadi satu bukti bahwa kalian mengakui nilai-nilai itu pernah ada ??! berarti bisa saya simpulkan bahwa jauh di dalam nurani kalia n, kalian mengakui bahwa nilai-nilai yang ingin kalian hancurkan tidak pernah benar-benar lenyap secara esensial seperti sekerat daging yang tidak dapat dimakan habis selamanya. Jadi wajar dong jika saya katakan bahwa kalian hanya merasa eksis atau ada jika kalian terus berperang untuk memombardir nilai. Berarti amat kasihanlah kalian yang selalu dan selalu membutuhkan selain diri kalian karena tanpa perang kalian tak bisa hidup.
Berarti koar � koar mereka para eksistensialis memang benar tapi hanya dalam satu definisi : Mereka ingin bereksistensi tanpa tahu hendak kemana. Dan di atas kemunafikan para nihilisme palsu, yakni pidato mereka untuk meyakinkan saya, anda dan kalian semua bahwa hanya merekalah yang ADA, seorang yang tunggal dan tak bergantung pada nilai manapun, nilai apapun, dan agama apapun. Begitu bukan yang sering diceramahkan oleh mereka yang mengaku atheis ??! Namun sayang seribu sayang, mereka teledor dan lupa kalau ADA itu sendiri pun merupakan nilai yang sangat nyata. Bukankah pengakuan mereka yang tidak bergantung pada nilai atau agamapun adalah sebuah nilai juga ??! sekali lagi benarlah bahwa mereka dan kalian adalah nihilisme palsu karena masih melihat bahkan menikahkan dualisme antara nihilisme dan ADA padahal ADA adalah musuh bebuyutan da ri nihilisme.
Bagaimana kalau aku mengatakan bahwa aku tidak ada, para penganut agama tidak ada, para atheisme tidak ada, para rasul tidak ada, malaikat tidak ada, dan segala Tuhan tidak ada dan tidak pernah ada??! untuk statemen yang satu, pasti mereka yang �menganut agama� apapun akan segera membungkam mulutku. Di sini descartes pun akan tersipu malu dengan ada dan tiadanya.Iitulah nihilisme sejati !!! Ketiadaaan dari ketiadaan. Inilah yang harus dicari, �satu kata� untuk menyatakan apapun secara mutlak tidak ada. Nihilisme inilah yang tidak bisa dibandigkan dengan semua jenjang ketiadaan, yang tidak akan bisa dicapai melalu langkah apapun entah itu yang kau sebut fana, lalu sakar, lalu fana fi al fana, atau sejuta satu selaput fana... apabila saya, kamu, dan kalian masih menganggap bahwa aku ada, Tuhan ada, bahkan ketiadaan itu ada seperti kata descartes.
Jadi, saya tidak akan mengangkat satu jaripun untuk mereka yang hanya membunuh satu Tuhan. Di sini saya hanya akan menantang diri saya sendiri untuk mengenal terlebih dahulu semua Tuhan sampai ke sumsum � sumsumnya lalu saya akan berperang melawannya hingga suatu saat saya betul � betul yakin bahwa semua Tuhan itu hanyalah kotoran yang haram menyentuh TAUHIID.
Ini artikel dari Google gan. Bukan ane yang bikin.
</div>