golputaja
27th May 2012, 02:54 PM
[/quote]
[quote]
Banyak yang merindukan kondisi yang terjadi saat zaman orde baru, keamanan yang terkendali, suasana kehidupan beragama yang harmonis, harga-harga kebutuhan pokok terjangkau, dan lain sebagainya. Gerakan yang kemudian mengagung-agungkan masa kejayaan Soeharto dan membanding-bandingkan para pemimpin masa kini dengan sosok beliau mulai . Akankah era Soehartoisme menguasai negeri ini kembali?
http://img38.imageshack.us/img38/2162/sohartosby.jpg (http://imageshack.us/photo/my-images/38/sohartosby.jpg/)
Kebebasan dalam bersuara didepan umum tak kita temui dalam era orde baru, kalaupun ada yang berani bersuara hampir bisa dipastikan keberadaannya bisa dalam dua pilihan tempat, penjara atau menghilang entah dimana rimbanya.
Hampir dipastikan pada zaman tersebut tak ada gegap-gempita kebebasan bersuara dan kebebasan berpolitik, tiga partai menjadi satu suara dan kepentingan. Warna merah, kuning, hijau sejatinya hanya ada satu warna yang tampak, yaitu warna kekuasaan. Tak ada yang layak untuk menjadi pemimpin selama 32 tahun orde baru berkuasa melainkan hanya Soeharto seorang saja.
Kalaupun ada pemimpin yang berganti hanyalah pemimpin baris kedua dan seterusnya, itupun dengan kalimat sakti yang dihapal diluar kepala bila sang pemimpin baris kedua bersuara �menurut petunjuk bapak�. Artinya kendali negeri ini berpusat kepada satu orang saja. Yang berlainan arah politik hampir dipastikan tak akan berumur panjang dalam ranah politik dan gegap gempita pemerintahan, pasal-pasal subversif siap menanti bagi yang berbeda suara dengan sang pemimpin.
Harus diakui memang keamanan terkendali saat itu, bukan hanya kondisi dalam negeri yang kondusif bahkan negara tetangga Singapura dan Malaysia tidak berani petantang-petenteng seperti sekarang. Tak ada terdengar berita pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, pelecehan seksual, kasus-kasus intoleransi antar dan sesama umat beragama, seperti yang terjadi saat ini.
Kasus korupsi pun belum tentu kita dengar dalam satu periode kepemimpinan, tidak seperti saat ini ketika para tersangka korupsi begitu bangga tampil didepan umum dengan senyuman lebar meski mereka telah merampok uang negara dan menjadi sumber semakin sengsaranya rakyat yang menjadi konstituen partai politik yang mereka usung.
Hal-hal buruk yang terjadi saat orde baru berkuasa hanya jadi �bisik-bisik� rakyat dalam ruang-ruang yang steril dari para penjilat penguasa. Karena saat itu tercipta �keheningan� yang teramat luar biasa.
Era reformasi meskipun memberikan ruang yang teramat luas bagi individu-individu yang ada didalamnya untuk berekspresi dan mengeluarkan suara politiknya, namun sejatinya tak menambah baiknya negeri ini bahkan bertambah rapuh. Hilangnya rasa malu menjadi faktor utama yang kemudian kita saksikan dalam parade implementasi kebebasan yang kebablasan.
Kalau era Soeharto kejahatan kerah putih beraksi dibawah meja, di era reformasi kejahatan kerah putih diatas meja bahkan hingga mejanya pun ikutan hilang. Transparansi yang diharapkan hadir dalam era reformasi tidak seperti yang diharapkan karena yang terjadi adalah transparansi aneka kejahatan yang dahulu tidak tampak oleh mata dan tidak terdengar oleh telinga.
Bangsa ini tak mungkin terpaku kepada banding-membandingkan para pemimpinnya, karena kehadiran para pemimpin tersebut bukan tanpa andil rakyat yang dipimpinnya. Suatu masa ataupun era telah menghadirkan pemimpinnya masing-masing, jadi yang dapat kita lakukan saat ini adalah bagaimana kita bisa menghadirkan kepemimpinan yang lebih baik dari kepemimpinan sebelumnya.
Bila saat ini pemimpin yang kita lihat tidak sebaik pemimpin masa lalu boleh jadi karena kita tidak bergerak maju kearah perbaikan, tetapi kearah kehancuran.
</div>
[quote]
Banyak yang merindukan kondisi yang terjadi saat zaman orde baru, keamanan yang terkendali, suasana kehidupan beragama yang harmonis, harga-harga kebutuhan pokok terjangkau, dan lain sebagainya. Gerakan yang kemudian mengagung-agungkan masa kejayaan Soeharto dan membanding-bandingkan para pemimpin masa kini dengan sosok beliau mulai . Akankah era Soehartoisme menguasai negeri ini kembali?
http://img38.imageshack.us/img38/2162/sohartosby.jpg (http://imageshack.us/photo/my-images/38/sohartosby.jpg/)
Kebebasan dalam bersuara didepan umum tak kita temui dalam era orde baru, kalaupun ada yang berani bersuara hampir bisa dipastikan keberadaannya bisa dalam dua pilihan tempat, penjara atau menghilang entah dimana rimbanya.
Hampir dipastikan pada zaman tersebut tak ada gegap-gempita kebebasan bersuara dan kebebasan berpolitik, tiga partai menjadi satu suara dan kepentingan. Warna merah, kuning, hijau sejatinya hanya ada satu warna yang tampak, yaitu warna kekuasaan. Tak ada yang layak untuk menjadi pemimpin selama 32 tahun orde baru berkuasa melainkan hanya Soeharto seorang saja.
Kalaupun ada pemimpin yang berganti hanyalah pemimpin baris kedua dan seterusnya, itupun dengan kalimat sakti yang dihapal diluar kepala bila sang pemimpin baris kedua bersuara �menurut petunjuk bapak�. Artinya kendali negeri ini berpusat kepada satu orang saja. Yang berlainan arah politik hampir dipastikan tak akan berumur panjang dalam ranah politik dan gegap gempita pemerintahan, pasal-pasal subversif siap menanti bagi yang berbeda suara dengan sang pemimpin.
Harus diakui memang keamanan terkendali saat itu, bukan hanya kondisi dalam negeri yang kondusif bahkan negara tetangga Singapura dan Malaysia tidak berani petantang-petenteng seperti sekarang. Tak ada terdengar berita pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, pelecehan seksual, kasus-kasus intoleransi antar dan sesama umat beragama, seperti yang terjadi saat ini.
Kasus korupsi pun belum tentu kita dengar dalam satu periode kepemimpinan, tidak seperti saat ini ketika para tersangka korupsi begitu bangga tampil didepan umum dengan senyuman lebar meski mereka telah merampok uang negara dan menjadi sumber semakin sengsaranya rakyat yang menjadi konstituen partai politik yang mereka usung.
Hal-hal buruk yang terjadi saat orde baru berkuasa hanya jadi �bisik-bisik� rakyat dalam ruang-ruang yang steril dari para penjilat penguasa. Karena saat itu tercipta �keheningan� yang teramat luar biasa.
Era reformasi meskipun memberikan ruang yang teramat luas bagi individu-individu yang ada didalamnya untuk berekspresi dan mengeluarkan suara politiknya, namun sejatinya tak menambah baiknya negeri ini bahkan bertambah rapuh. Hilangnya rasa malu menjadi faktor utama yang kemudian kita saksikan dalam parade implementasi kebebasan yang kebablasan.
Kalau era Soeharto kejahatan kerah putih beraksi dibawah meja, di era reformasi kejahatan kerah putih diatas meja bahkan hingga mejanya pun ikutan hilang. Transparansi yang diharapkan hadir dalam era reformasi tidak seperti yang diharapkan karena yang terjadi adalah transparansi aneka kejahatan yang dahulu tidak tampak oleh mata dan tidak terdengar oleh telinga.
Bangsa ini tak mungkin terpaku kepada banding-membandingkan para pemimpinnya, karena kehadiran para pemimpin tersebut bukan tanpa andil rakyat yang dipimpinnya. Suatu masa ataupun era telah menghadirkan pemimpinnya masing-masing, jadi yang dapat kita lakukan saat ini adalah bagaimana kita bisa menghadirkan kepemimpinan yang lebih baik dari kepemimpinan sebelumnya.
Bila saat ini pemimpin yang kita lihat tidak sebaik pemimpin masa lalu boleh jadi karena kita tidak bergerak maju kearah perbaikan, tetapi kearah kehancuran.
</div>