jokowikotak
27th May 2012, 02:54 PM
Wah gan ini ada kisah usang yg kerap di lakukan oleh para istri" (dari pada arisan dan gosip para ibu" mending gerogotin Badan usaha milik negara)
[/quote][quote]
Istri Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila, istri Nazaruddin ternyata juga koruptor dan makelar proyek seperti suami mereka
Filed Under : koruptor by Icha
Sunday, July 17, 2011
Istri Anas Ternyata Makelar Proyek ?
by Nur Tjahjadi
Istri Anas Urbaningrum Ternyata Makelar Proyek ?
Koran TEMPO dalam liputannya minggu lalu, selama beberapa hari menyoroti kiprah istri Anas Urbaningrum dalam posisinya sebagai makelar proyek. Seorang istri anggota DPR selalu akan mendekati pengusaha atau pengusaha- pengusaha itu yang akan selalu mengadakan pendekatan terhadap anggota DPR untuk mempermudah ataupun menjembatani akses bisnisnya. Mereka akan selalu mengadakan pendekatan ke lingkungan kekuasaan, itu dilakukan bukan hanya terhadap Istri anggota DPR tetapi juga terhadap anak2 penjabat ataupun penguasa. Semua itu terjadi bukan hanya terjadi terhadap Istri anggota DPR saja, tetapi hampir ke semua Penjabat Pusat ataupun Daerah. Di tulisan saya yang ini :
http://politik.kompasiana.com/2011/0...ri-anggota-dpr (http://politik.kompasiana.com/2011/06/10/makelar-kerja-sampingan-istri-anggota-dpr)
saya membahas tentang istri Nazaruddin yang merupakan makelar proyek. Eh ternyata istri Anas Urbaningrum juga makelar proyek. Perusahaan Istri Anas Urbaningrum kebagian proyek BUMN sampai puluhan milyar rupiah (Koran TEMPO 15 Juli 2011). Athiyah Laila, istri Ketua Partai Demokrat itu menjadi komisaris dan pemegang saham PT Dutasari Citra Laras. Kiprah PT Dutasari yang kantornya saja kecil lagi terpencil belum banyak diketahui. Tetapi tampaknya PT Dutasari hanya makelar supaya PT lain mendapat proyek. Dan PT yang dapat proyek itu tentu saja akan setor ke PT Dutasari selaku makelarnya. (enak banget punya PT kaya gitu :D) Tahun 2008 tagihan PT milik istri Anas itu mencapai RP 64 milyar lebih, tahun 2009 tagihannya Rp 20 milyar, tahun 2010 Rp 3,9 milyar. Semua tagihan itu ditujukan kepada PT Adhi Karya, salah satu PT milik BUMN.
Tak ada larangan istri politikus ikut berbisnis (jadi makelar), asalkan tak memanfaatkan kedudukan suaminya. Anas sendiri mengaku bahwa istrinya memang pernah aktif di PT itu. Tetapi setelah ia jadi anggota DPR istrinya sudah mundur dari PT itu. Tetapi, terjunnya para istri politikus ke dunia bisnis terutama dalam menangani proyek2 BUMN, memang dapat menggerogoti perusahaan BUMN. Modus kerjasama bisnis dengan perusahaan2 BUMN itu mulai dari membantu menggolkan anggaran untuk proyek2 BUMN. Sampai2 ada istri anggota DPRyang ditemani suaminya mendatangi kementrian2 untuk minta proyek. �Tolong dibantu ya, nanti anggarannya saya atur deh� itu bahasa mereka dalam penggelembungan nilai proyek2di Kementrian ataupun di BUMN. Yang melakukan begituan biasanya anggota DPR dari partai besar.
Sementara itu, harian KOMPAS 16 Juli menyatakan bahwa untuk menang tender memang harus menyuap. Dari survei yang dilakukannya 89 persennya telah menyuap untuk dapat tender. Kadang pengumuman tender di surat kabar atau internet cuma basa basi saja, padahal sudah diketahui siapa yang bakal menang dalam suatu tender. Praktik kotor itu sudah berlangsung lama dan tak ada yang mampu menghentikannya, selain dari pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di negeri ini. Ya siapa lagi yang dapat menghentikannya selain Presiden. Lha kalau anak buah SBY sendiri juga sibuk main proyek, jadi makelar proyek, bagaimana ya menghentikannya. Sebab duit fee dari proyek juga diperlukan untuk membesarkan partai. Kiprah SBY dalam pemberantasan korupsi di negeri ini masih ditunggu oleh jutaan rakyat. Waktunya tinggal dua atau tiga tahun untuk pembuktiannya.
Pak SBY dalam pidato di depan para anggota NU yang sedang ulang tahun berkata bahwa negara ini perlu politik yang stabil. Lha bagaimana politik bisa stabil kalau politikusnya masih jadi koruptor dan masih merajalela di negeri ini. Pastilah media akan terus ribut berteriak sampai korupsi itu memang benar2 tak ada lagi di negeri ini�
TS
</div>
[/quote][quote]
Istri Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila, istri Nazaruddin ternyata juga koruptor dan makelar proyek seperti suami mereka
Filed Under : koruptor by Icha
Sunday, July 17, 2011
Istri Anas Ternyata Makelar Proyek ?
by Nur Tjahjadi
Istri Anas Urbaningrum Ternyata Makelar Proyek ?
Koran TEMPO dalam liputannya minggu lalu, selama beberapa hari menyoroti kiprah istri Anas Urbaningrum dalam posisinya sebagai makelar proyek. Seorang istri anggota DPR selalu akan mendekati pengusaha atau pengusaha- pengusaha itu yang akan selalu mengadakan pendekatan terhadap anggota DPR untuk mempermudah ataupun menjembatani akses bisnisnya. Mereka akan selalu mengadakan pendekatan ke lingkungan kekuasaan, itu dilakukan bukan hanya terhadap Istri anggota DPR tetapi juga terhadap anak2 penjabat ataupun penguasa. Semua itu terjadi bukan hanya terjadi terhadap Istri anggota DPR saja, tetapi hampir ke semua Penjabat Pusat ataupun Daerah. Di tulisan saya yang ini :
http://politik.kompasiana.com/2011/0...ri-anggota-dpr (http://politik.kompasiana.com/2011/06/10/makelar-kerja-sampingan-istri-anggota-dpr)
saya membahas tentang istri Nazaruddin yang merupakan makelar proyek. Eh ternyata istri Anas Urbaningrum juga makelar proyek. Perusahaan Istri Anas Urbaningrum kebagian proyek BUMN sampai puluhan milyar rupiah (Koran TEMPO 15 Juli 2011). Athiyah Laila, istri Ketua Partai Demokrat itu menjadi komisaris dan pemegang saham PT Dutasari Citra Laras. Kiprah PT Dutasari yang kantornya saja kecil lagi terpencil belum banyak diketahui. Tetapi tampaknya PT Dutasari hanya makelar supaya PT lain mendapat proyek. Dan PT yang dapat proyek itu tentu saja akan setor ke PT Dutasari selaku makelarnya. (enak banget punya PT kaya gitu :D) Tahun 2008 tagihan PT milik istri Anas itu mencapai RP 64 milyar lebih, tahun 2009 tagihannya Rp 20 milyar, tahun 2010 Rp 3,9 milyar. Semua tagihan itu ditujukan kepada PT Adhi Karya, salah satu PT milik BUMN.
Tak ada larangan istri politikus ikut berbisnis (jadi makelar), asalkan tak memanfaatkan kedudukan suaminya. Anas sendiri mengaku bahwa istrinya memang pernah aktif di PT itu. Tetapi setelah ia jadi anggota DPR istrinya sudah mundur dari PT itu. Tetapi, terjunnya para istri politikus ke dunia bisnis terutama dalam menangani proyek2 BUMN, memang dapat menggerogoti perusahaan BUMN. Modus kerjasama bisnis dengan perusahaan2 BUMN itu mulai dari membantu menggolkan anggaran untuk proyek2 BUMN. Sampai2 ada istri anggota DPRyang ditemani suaminya mendatangi kementrian2 untuk minta proyek. �Tolong dibantu ya, nanti anggarannya saya atur deh� itu bahasa mereka dalam penggelembungan nilai proyek2di Kementrian ataupun di BUMN. Yang melakukan begituan biasanya anggota DPR dari partai besar.
Sementara itu, harian KOMPAS 16 Juli menyatakan bahwa untuk menang tender memang harus menyuap. Dari survei yang dilakukannya 89 persennya telah menyuap untuk dapat tender. Kadang pengumuman tender di surat kabar atau internet cuma basa basi saja, padahal sudah diketahui siapa yang bakal menang dalam suatu tender. Praktik kotor itu sudah berlangsung lama dan tak ada yang mampu menghentikannya, selain dari pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di negeri ini. Ya siapa lagi yang dapat menghentikannya selain Presiden. Lha kalau anak buah SBY sendiri juga sibuk main proyek, jadi makelar proyek, bagaimana ya menghentikannya. Sebab duit fee dari proyek juga diperlukan untuk membesarkan partai. Kiprah SBY dalam pemberantasan korupsi di negeri ini masih ditunggu oleh jutaan rakyat. Waktunya tinggal dua atau tiga tahun untuk pembuktiannya.
Pak SBY dalam pidato di depan para anggota NU yang sedang ulang tahun berkata bahwa negara ini perlu politik yang stabil. Lha bagaimana politik bisa stabil kalau politikusnya masih jadi koruptor dan masih merajalela di negeri ini. Pastilah media akan terus ribut berteriak sampai korupsi itu memang benar2 tak ada lagi di negeri ini�
TS
</div>