golputaja
27th May 2012, 02:43 PM
Maaf gan jika sekiranya tread ini repost/repsol dsb, ane hanya bermaksud share kisah kehidupan John philip Walker Lindh seorang warga Amerika yang memeluk islam pada usia 16 tahun yang di tangkap oleh tentara Amerika di afghanistan pada tahun 2001.
harap baca dengan baik,mohon di rate,jangan ngejunk,jangan ada komen SARA/menjelekkan kelompok agama lain http://static.kaskus.co.id/images/smilies/s_sm_peace.gif atau siap menerima guyuran http://ceri.ws/smilies/small_cabe.gif
http://cdn-u.kaskus.co.id/53/pouggliv.png
[/quote]
Desember 2002, tepat setahun Sulaiman tertangkap di Afghanistan, lalu dijatuhi hukuman penjara 20 tahun oleh pengadilan AS. Bagaimana mulanya Sulaiman masuk Islam? Bagaimana pula kisah perjalanan jihadnya ke Afghanistan? Silakan ikuti kisahnya berikut ini:
Usianya masih sangat belia, baru 21 tahun. Teman-teman seangkatannya saat ini kebanyakan masih sibuk dengan urusan perkuliahan, pacaran, alkohol, narkotika dan hura-hura. Tapi pemuda bule asli Amerika ini sudah berurusan dengan perang dan pengembaraan di sejumlah negeri.
Sulaiman Al-Faris, nama pemuda itu, tahun lalu terlibat dalam perang di Afghanistan. Namun bukan sebagai tentara Amerika, melainkan justru sebagai tentara Taliban. Tentu saja ini bukan hal yang lazim. Dan tentunya ada cerita yang menarik di balik itu; sebuah sejarah panjang tentang lika-liku kehidupan seorang remaja yang mencari kebenaran, yang akhirnya mengantarkan dirinya berlabuh di Afghanistan dan berperang bersama Taliban.
Sulaiman terlahir dengan nama John Philip Walker Lindh, pada sore hari 9 Februari 1981 di Maryland, Washington DC, Amerika Serikat, sebagai anak kedua dari pasangan Frank Lindh dan Marilyn Walker. Mereka adalah keluarga keturunan Irlandia yang beragama Katolik.
Frank sangat bersuka cita atas kelahiran putra keduanya itu. Frank mengenang, malam itu ia pulang dari rumah sakit pada pukul satu dini hari, menyetir mobil sendirian sambil mendengarkan radio yang sedang memperdengarkan lagu �When Johnny Comes Marching Home� (Ketika Johnny Bergegas Pulang).
Sesampai di rumah, sebelum lelap, Frank mencatat momen itu di buku hariannya: �Sore tadi,� tulisnya, �kami mendapat seorang anak lelaki, bertubuh tegap dan berpipi merah yang akan kami beri nama John, seperti halnya John Lennon (si pemusik) dan John Marshall (hakim).� Proses persalinan sangat berat, tetapi Marilyn benar-benar hebat, ia menjalani semua itu tanpa sedikit pun obat penahan sakit. Karenanya, aku bersulang untuk anakku yang baru lahir, John, semoga panjang umur dan bermanfaat��
Saat bangun keesokan paginya Frank masih diliputi kegembiraan karena kelahiran John. �Aneh rasanya, mula-mula, kita memanggil mahluk-mahluk kecil itu dengan nama yang kita berikan kepada mereka, tapi lambat laun mereka memang akan tumbuh seperti nama yang kita berikan itu,� kata Frank dalam hati.
http://cdn-u.kaskus.co.id/53/wcczp2ez.jpg
Orang tua john
Dan ternyata, 21 tahun kemudian, ketika John bergegas pulang ke rumah, dia telah tumbuh menjadi orang dengan berbagai nama. Dia pernah menyebut dirinya doodoo dan John Doe dalam surat-surat email-nya. Ketika itu ia berpura-pura menjadi seorang penyanyi rap kulit hitam dan mencela anak-anak kulit putih yang berkelakuan seperti orang kulit hitam.
Ia juga pernah menjadi Dr J, Hine E Craque dan Brother Mujahid�nama-nama yang dipakainya ketika mengirim berbagai komentar di ruang bincang internet. Dengan nama-nama itu ia kerap mengecam Zionisme dan para homoseks.
Anak muda itu kemudian memilih nama Sulaiman Al-Faris untuk dirinya setelah ia memeluk agama Islam di usianya yang baru 16 tahun. Belakangan, ketika ia berperang di Afghanistan, para ikhwan Talibannya lebih mengenal dia sebagai Abdul Hamid.
Keluarga
Mungkin masih ada nama-nama lain yang pernah disandangnya. Tapi siapapun namanya, bagi masyarakat Amerika umumnya, Sulaiman Al-Faris adalah orang Amerika yang menjadi tentara Taliban, yang ikut dalam perang melawan tentara negeri asalnya. Sulaiman juga sempat menjabat tangan Usama bin Ladin, musuh Amerika nomor satu saat ini. Singkat kata, siapa pun nama pemuda itu, bagi orang kebanyakan masyarakat Amerika, dia adalah Si Pengkhianat.
Namun bagi sahabat-sahabat, keluarganya dan orang-orang yang membelanya, Sulaiman adalah seorang anak cerdas dari keluarga baik-baik yang tengah mencari kemurnian jiwa dan kedamaian dan malahan menemukan fanatisme dan perang. Oleh orang dekatnya, Sulaiman disebut sebagai Si Malang yang Tersesat.
Banyak masyarakat Amerika yang menyalahkan keluarga Lindh. Mereka menganggap keluarga Lindh adalah kaum hippies liberal dari Marin County yang begitu toleran terhadap pencarian diri Sulaiman sehingga membiarkan pemuda itu pergi berperang ke Afghanistan.
Seorang yang tidak dikenal pernah melontarkan makian kepada Marilyn, ibunda Sulaiman, lewat telepon, �Begini rupanya hasil didikanmu! Harusnya kamu ditembak dengan pistol yang sama untuk menembak putramu.�
Namun orang-orang yang mengenal keluarga itu dan tumbuh bersama mereka, di Maryland dan di Kalifornia, tidak sependapat dengan pandangan masyarakat umum. �Saya tidak sudi melihat sedikit pun penderitaan ditimpakan kepada keluarga atau pemuda ini,� kata Bill Gilcher, seorang tetangga lama di Maryland. �Menurut saya, terburu-buru sekali kalau kita gambarkan dia sebagai orang kelas menengah Amerika yang liberal dan tak memiliki nilai-nilai.�
Mula-mula keluarga Lindh tinggal di sebuah rumah kontrakan di Buffalo Avenue di Takoma Park, di pinggiran Washington. Bangunannya sangat kecil dibandingkan gedung-gedung bergaya Victorian di sekitarnya. Bahkan, menurut seorang tetangga, Jim Colwell, rumah keluarga Lindh nampak suram dan redup, �Piring-piring kotor bertumpuk di bak cuciannya. Ini yang membuat kami segan duduk-duduk bersama mereka� jelas Jim.
Tetapi mantan istri Jim, Judy, bisa menjelaskan sebabnya. �Marilyn adalah jenis ibu yang tidak segan-segan mengotori bajunya untuk bermain bersama anak-anaknya, dan ia akan lakukan itu meskipun rumahnya jadi berantakan.�
Masih menurut Judy, Marilyn adalah ibu yang telaten. �Agar anak-anaknya makan sayur, kadang-kadang Marilyn diam-diam memasukkan terong ke dalam bumbu Spagheti,� tambah mantan tetangganya itu.
Keluarga Lindh sangat hemat dan gemar menabung, terutama ketika Frank sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Georgetown. Mereka tak punya mobil. Mobil yang biasa mereka pakai adalah pemberian orang tua Marilyn.
Akhirnya tabungan keluarga Lindh cukup juga untuk membeli sebuah rumah bata putih di Walden Road, Silver Spring, Maryland. Tempat itu adalah lingkungan orang-orang kelas atas, yakni para profesional, pengacara, pelobi dan profesor. Frank senang memberi mereka kejutan, mengunjungi mereka sambil membawa sepiring kue brownies buatan sendiri.
[quote]
Ke san fransisco
Setelah lulus fakultas hukum, Frank mulai bekerja berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, dan sebagai pengacara litigasi pada Komisi Federal Urusan Energi dari 1987 hingga 1989. Pada tahun itu, ketika Sulaiman berusia 8 tahun, Frank bergabung dengan kantor pengacara Le Boeuf, Lamb, Leiby Mac Rae cabang Washington dan kemudian diminta pindah ke kantor cabang San Fransisco. Itu artinya, mereka sekeluarga harus pindah ke San Fransisco, yang berada di negara bagian Kalifornia.
http://cdn-u.kaskus.co.id/53/trhrobor.jpeg
bersama ayah nya
Ini permulaan sebuah babak baru bagi keluarga Lindh. �Kami tak pernah lagi berhubungan sesudah mereka pindah,� ujar Gilcher, tetangga mereka di Maryland. �Tetapi sulit rasanya bagi saya membayangkan mereka mengikuti gaya hidup khas Kalifornia. Berbagai laporan yang biasa saya baca, menggambarkan mereka sebagai sebuah keluarga hippies dari Takoma pindah ke daerah mewah di San Fransisco dan bergaya hidup mewah sesudahnya. Saya tidak percaya bahwa keadaannya seperti itu.�
Teman-teman Sulaiman juga tidak saling berhubungan lagi satu dengan lainnya. Hanya beberapa hari sebelum kepindahan mereka, beberapa temannya menginap terakhir kalinya di rumah Sulaiman. Ibunya memberi mereka masing-masing setumpuk amplop berperangko dan beralamat rumah baru mereka, agar mereka dapat tetap menjaga hubungan setelah pindah. �Tapi saya tidak perah mengirimkan surat sekali pun,� kata Madison. Baru setelah Sulaiman mengontaknya sekitar satu tahun sesudahnya, Madison merasa bersalah. �Kedengarannya dia kesepian,� kata Madison.
Bagi Sulaiman, yang saat itu berusia 10 tahun, masa transisi di Kalifornia berlangsung tidak mulus. Keluarganya tinggal di perbukitan San Anselmo, sebuah kota kecil yang indah�seindah pemandangan dalam lukisan�di daerah Marin County yang mewah, sekitar 20 mil sebelah utara San Fransisco. Tetapi Sulaiman tidak pernah benar-benar bisa menyesuaikan diri di lingkungan barunya. Dia berpindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya; dia melewati kelas lima di sebuah sekolah dan memulai kelas enam di sekolah lainnya.
Sulaiman dulu kurus dan �sakit-sakitan�, kenang seorang ibu teman sekelasnya, dan dia seringkali tidak masuk sekolah. Rupanya Sulaiman menderita gangguan usus, yang jadi memalukan untuk seorang pra-remaja, karena itu artinya dia harus sering bolak-balik ke kamar mandi. Akhirnya, pada tahun 1993 keluarga itu mengeluarkan Sulaiman dari sekolah dan memilih untuk mengajarnya di rumah saja.
Selama dua tahun Sulaiman terkurung di rumah. Dia belajar dengan seorang tutor dan jarang sekali keluar rumah untuk bermain. Tahun 1995 kesehatan Sulaiman mulai membaik, dan boleh muncul kembali� ke dunia luar. Dia kemudian masuk SMU Redwood. Sempat berjalan hingga lima bulan. Kemudian sempat pindah ke SMU belajar mandiri , Tamiscal. Setelah dua tahun, pada usia 16 tahun, Sulaiman mendapatkan ijazah persamaan SMU dan mulai bersiap masuk akademi.
</div>
harap baca dengan baik,mohon di rate,jangan ngejunk,jangan ada komen SARA/menjelekkan kelompok agama lain http://static.kaskus.co.id/images/smilies/s_sm_peace.gif atau siap menerima guyuran http://ceri.ws/smilies/small_cabe.gif
http://cdn-u.kaskus.co.id/53/pouggliv.png
[/quote]
Desember 2002, tepat setahun Sulaiman tertangkap di Afghanistan, lalu dijatuhi hukuman penjara 20 tahun oleh pengadilan AS. Bagaimana mulanya Sulaiman masuk Islam? Bagaimana pula kisah perjalanan jihadnya ke Afghanistan? Silakan ikuti kisahnya berikut ini:
Usianya masih sangat belia, baru 21 tahun. Teman-teman seangkatannya saat ini kebanyakan masih sibuk dengan urusan perkuliahan, pacaran, alkohol, narkotika dan hura-hura. Tapi pemuda bule asli Amerika ini sudah berurusan dengan perang dan pengembaraan di sejumlah negeri.
Sulaiman Al-Faris, nama pemuda itu, tahun lalu terlibat dalam perang di Afghanistan. Namun bukan sebagai tentara Amerika, melainkan justru sebagai tentara Taliban. Tentu saja ini bukan hal yang lazim. Dan tentunya ada cerita yang menarik di balik itu; sebuah sejarah panjang tentang lika-liku kehidupan seorang remaja yang mencari kebenaran, yang akhirnya mengantarkan dirinya berlabuh di Afghanistan dan berperang bersama Taliban.
Sulaiman terlahir dengan nama John Philip Walker Lindh, pada sore hari 9 Februari 1981 di Maryland, Washington DC, Amerika Serikat, sebagai anak kedua dari pasangan Frank Lindh dan Marilyn Walker. Mereka adalah keluarga keturunan Irlandia yang beragama Katolik.
Frank sangat bersuka cita atas kelahiran putra keduanya itu. Frank mengenang, malam itu ia pulang dari rumah sakit pada pukul satu dini hari, menyetir mobil sendirian sambil mendengarkan radio yang sedang memperdengarkan lagu �When Johnny Comes Marching Home� (Ketika Johnny Bergegas Pulang).
Sesampai di rumah, sebelum lelap, Frank mencatat momen itu di buku hariannya: �Sore tadi,� tulisnya, �kami mendapat seorang anak lelaki, bertubuh tegap dan berpipi merah yang akan kami beri nama John, seperti halnya John Lennon (si pemusik) dan John Marshall (hakim).� Proses persalinan sangat berat, tetapi Marilyn benar-benar hebat, ia menjalani semua itu tanpa sedikit pun obat penahan sakit. Karenanya, aku bersulang untuk anakku yang baru lahir, John, semoga panjang umur dan bermanfaat��
Saat bangun keesokan paginya Frank masih diliputi kegembiraan karena kelahiran John. �Aneh rasanya, mula-mula, kita memanggil mahluk-mahluk kecil itu dengan nama yang kita berikan kepada mereka, tapi lambat laun mereka memang akan tumbuh seperti nama yang kita berikan itu,� kata Frank dalam hati.
http://cdn-u.kaskus.co.id/53/wcczp2ez.jpg
Orang tua john
Dan ternyata, 21 tahun kemudian, ketika John bergegas pulang ke rumah, dia telah tumbuh menjadi orang dengan berbagai nama. Dia pernah menyebut dirinya doodoo dan John Doe dalam surat-surat email-nya. Ketika itu ia berpura-pura menjadi seorang penyanyi rap kulit hitam dan mencela anak-anak kulit putih yang berkelakuan seperti orang kulit hitam.
Ia juga pernah menjadi Dr J, Hine E Craque dan Brother Mujahid�nama-nama yang dipakainya ketika mengirim berbagai komentar di ruang bincang internet. Dengan nama-nama itu ia kerap mengecam Zionisme dan para homoseks.
Anak muda itu kemudian memilih nama Sulaiman Al-Faris untuk dirinya setelah ia memeluk agama Islam di usianya yang baru 16 tahun. Belakangan, ketika ia berperang di Afghanistan, para ikhwan Talibannya lebih mengenal dia sebagai Abdul Hamid.
Keluarga
Mungkin masih ada nama-nama lain yang pernah disandangnya. Tapi siapapun namanya, bagi masyarakat Amerika umumnya, Sulaiman Al-Faris adalah orang Amerika yang menjadi tentara Taliban, yang ikut dalam perang melawan tentara negeri asalnya. Sulaiman juga sempat menjabat tangan Usama bin Ladin, musuh Amerika nomor satu saat ini. Singkat kata, siapa pun nama pemuda itu, bagi orang kebanyakan masyarakat Amerika, dia adalah Si Pengkhianat.
Namun bagi sahabat-sahabat, keluarganya dan orang-orang yang membelanya, Sulaiman adalah seorang anak cerdas dari keluarga baik-baik yang tengah mencari kemurnian jiwa dan kedamaian dan malahan menemukan fanatisme dan perang. Oleh orang dekatnya, Sulaiman disebut sebagai Si Malang yang Tersesat.
Banyak masyarakat Amerika yang menyalahkan keluarga Lindh. Mereka menganggap keluarga Lindh adalah kaum hippies liberal dari Marin County yang begitu toleran terhadap pencarian diri Sulaiman sehingga membiarkan pemuda itu pergi berperang ke Afghanistan.
Seorang yang tidak dikenal pernah melontarkan makian kepada Marilyn, ibunda Sulaiman, lewat telepon, �Begini rupanya hasil didikanmu! Harusnya kamu ditembak dengan pistol yang sama untuk menembak putramu.�
Namun orang-orang yang mengenal keluarga itu dan tumbuh bersama mereka, di Maryland dan di Kalifornia, tidak sependapat dengan pandangan masyarakat umum. �Saya tidak sudi melihat sedikit pun penderitaan ditimpakan kepada keluarga atau pemuda ini,� kata Bill Gilcher, seorang tetangga lama di Maryland. �Menurut saya, terburu-buru sekali kalau kita gambarkan dia sebagai orang kelas menengah Amerika yang liberal dan tak memiliki nilai-nilai.�
Mula-mula keluarga Lindh tinggal di sebuah rumah kontrakan di Buffalo Avenue di Takoma Park, di pinggiran Washington. Bangunannya sangat kecil dibandingkan gedung-gedung bergaya Victorian di sekitarnya. Bahkan, menurut seorang tetangga, Jim Colwell, rumah keluarga Lindh nampak suram dan redup, �Piring-piring kotor bertumpuk di bak cuciannya. Ini yang membuat kami segan duduk-duduk bersama mereka� jelas Jim.
Tetapi mantan istri Jim, Judy, bisa menjelaskan sebabnya. �Marilyn adalah jenis ibu yang tidak segan-segan mengotori bajunya untuk bermain bersama anak-anaknya, dan ia akan lakukan itu meskipun rumahnya jadi berantakan.�
Masih menurut Judy, Marilyn adalah ibu yang telaten. �Agar anak-anaknya makan sayur, kadang-kadang Marilyn diam-diam memasukkan terong ke dalam bumbu Spagheti,� tambah mantan tetangganya itu.
Keluarga Lindh sangat hemat dan gemar menabung, terutama ketika Frank sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Georgetown. Mereka tak punya mobil. Mobil yang biasa mereka pakai adalah pemberian orang tua Marilyn.
Akhirnya tabungan keluarga Lindh cukup juga untuk membeli sebuah rumah bata putih di Walden Road, Silver Spring, Maryland. Tempat itu adalah lingkungan orang-orang kelas atas, yakni para profesional, pengacara, pelobi dan profesor. Frank senang memberi mereka kejutan, mengunjungi mereka sambil membawa sepiring kue brownies buatan sendiri.
[quote]
Ke san fransisco
Setelah lulus fakultas hukum, Frank mulai bekerja berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, dan sebagai pengacara litigasi pada Komisi Federal Urusan Energi dari 1987 hingga 1989. Pada tahun itu, ketika Sulaiman berusia 8 tahun, Frank bergabung dengan kantor pengacara Le Boeuf, Lamb, Leiby Mac Rae cabang Washington dan kemudian diminta pindah ke kantor cabang San Fransisco. Itu artinya, mereka sekeluarga harus pindah ke San Fransisco, yang berada di negara bagian Kalifornia.
http://cdn-u.kaskus.co.id/53/trhrobor.jpeg
bersama ayah nya
Ini permulaan sebuah babak baru bagi keluarga Lindh. �Kami tak pernah lagi berhubungan sesudah mereka pindah,� ujar Gilcher, tetangga mereka di Maryland. �Tetapi sulit rasanya bagi saya membayangkan mereka mengikuti gaya hidup khas Kalifornia. Berbagai laporan yang biasa saya baca, menggambarkan mereka sebagai sebuah keluarga hippies dari Takoma pindah ke daerah mewah di San Fransisco dan bergaya hidup mewah sesudahnya. Saya tidak percaya bahwa keadaannya seperti itu.�
Teman-teman Sulaiman juga tidak saling berhubungan lagi satu dengan lainnya. Hanya beberapa hari sebelum kepindahan mereka, beberapa temannya menginap terakhir kalinya di rumah Sulaiman. Ibunya memberi mereka masing-masing setumpuk amplop berperangko dan beralamat rumah baru mereka, agar mereka dapat tetap menjaga hubungan setelah pindah. �Tapi saya tidak perah mengirimkan surat sekali pun,� kata Madison. Baru setelah Sulaiman mengontaknya sekitar satu tahun sesudahnya, Madison merasa bersalah. �Kedengarannya dia kesepian,� kata Madison.
Bagi Sulaiman, yang saat itu berusia 10 tahun, masa transisi di Kalifornia berlangsung tidak mulus. Keluarganya tinggal di perbukitan San Anselmo, sebuah kota kecil yang indah�seindah pemandangan dalam lukisan�di daerah Marin County yang mewah, sekitar 20 mil sebelah utara San Fransisco. Tetapi Sulaiman tidak pernah benar-benar bisa menyesuaikan diri di lingkungan barunya. Dia berpindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya; dia melewati kelas lima di sebuah sekolah dan memulai kelas enam di sekolah lainnya.
Sulaiman dulu kurus dan �sakit-sakitan�, kenang seorang ibu teman sekelasnya, dan dia seringkali tidak masuk sekolah. Rupanya Sulaiman menderita gangguan usus, yang jadi memalukan untuk seorang pra-remaja, karena itu artinya dia harus sering bolak-balik ke kamar mandi. Akhirnya, pada tahun 1993 keluarga itu mengeluarkan Sulaiman dari sekolah dan memilih untuk mengajarnya di rumah saja.
Selama dua tahun Sulaiman terkurung di rumah. Dia belajar dengan seorang tutor dan jarang sekali keluar rumah untuk bermain. Tahun 1995 kesehatan Sulaiman mulai membaik, dan boleh muncul kembali� ke dunia luar. Dia kemudian masuk SMU Redwood. Sempat berjalan hingga lima bulan. Kemudian sempat pindah ke SMU belajar mandiri , Tamiscal. Setelah dua tahun, pada usia 16 tahun, Sulaiman mendapatkan ijazah persamaan SMU dan mulai bersiap masuk akademi.
</div>