anaklugu
7th March 2010, 11:09 AM
Asal Mula Ikrar Vegetarian
http://2.bp.blogspot.com/_nFPSVJ2GDpY/SghFOv95pQI/AAAAAAAAABg/6ldSt4ggcuM/s320/Pertapa.jpg
Dalam sutra Buddhis tersebutlah seorang Pertapa Sadar Cemerlang yang berpantang daging. Laksaan kalpa tahun yang lalu di dunia ini pernah terlahir Orang Suci dengan gelar Maitreya. Beliau memiliki kemampuan luar biasa dan kebijaksanaan tiada tara. Karena panggilan cinta kasih terhadap segenap umat manusia, Beliau meninggalkan keluarga dan membina di dalam hutan. Orang-orang menyebutnya Manusia Dewa.
Suatu saat, ketika Pertapa Sadar Cemerlang berada di tengah hutan terjadi bencana banjir yang menyebabkan gagal panen. Sang Manusia Dewa tidak mendapatkan sedekah selama 7 hari berturut-turut. Di atas gunung tinggallah 500 ekor kelinci. Ketika melihat keadaan Pertapa yang memprihatinkan, induk kelinci bertekad mengorbankan dirinya untuk menjadi santapan bagi si pertapa, dengan harapan agar Dharma Agung tetap tersebar lestari. Induk kelinci menyampaikan pesan terakhir kepada anak-anaknya bahwa ia akan mengorbankan diri dan pergi untuk selamanya. Ia berpesan agar semua kelinci menempuh kehidupan masing-masing dan menjaga diri dengan baik.
Dewa Gunung dan Dewa Hutan turut membantu induk kelinci dengan menyalakan api. Salah seekor anak kelinci tergugah atas perilaku bundanya, sehingga terpanggil untuk ikut melakukan pengorbanan diri. Setelah api menyala, anak kelinci langsung melompat ke dalam kobaran api, diikuti oleh induknya.
Saat daging kelinci tersaji dihidangkan, Dewa Gunung memberitahukan hal tersebut kepada Sang Pertapa. Begitu mendengar ucapan Dewa Gunung, Sang Pertapa tergugah dan menjadi sedih, lalu berkata, �Lebih baik aku membunuh diriku dan mengorbankan mataku, aku rela menerima berbagai penderitaan, daripada harus menyantap daging sesama makhluk hidup!� Bersamaan itu pula Beliau menegakkan Ikrar Agungnya, �Aku berjanji, di setiap kelahiranku yang berikutnya, sedikitpun tak akan berniat membunuh dan melukai sesama makhluk hidup, apalagi memakan daging mereka. Dengan semangat cinta kasih aku membina dan mencapai kesucian�� Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Sang Pertapa juga melompat ke dalam kobaran api! Buddha Sakyamuni bersabda, �Induk kelinci pada saat itu adalah diri-Ku, dan anak kelinci adalah anak-Ku Rahula, sedangkan Sang Pertapa adalah Bodhisatva Maitreya.
Sutra ini menyampaikan kepada kita bahwa sejak awal pembinaan-Nya, Buddha Maitreya telah berpantang makan daging. Kita sebagai siswa Maitreya, sepantasnya mengikuti langkah pembinaan Beliau. Tegakkan ikrar untuk menghindari pembunuhan dan berpantang makan daging. Hingga zaman sekarang pola vegetaris telah menjadi pola hidup yang mendunia. Semua ini berkat semangat kasih Buddha Maitreya. Inilah bukti nyata kehadiran era Maitreya pada masa sekarang ini.
http://2.bp.blogspot.com/_nFPSVJ2GDpY/SghFOv95pQI/AAAAAAAAABg/6ldSt4ggcuM/s320/Pertapa.jpg
Dalam sutra Buddhis tersebutlah seorang Pertapa Sadar Cemerlang yang berpantang daging. Laksaan kalpa tahun yang lalu di dunia ini pernah terlahir Orang Suci dengan gelar Maitreya. Beliau memiliki kemampuan luar biasa dan kebijaksanaan tiada tara. Karena panggilan cinta kasih terhadap segenap umat manusia, Beliau meninggalkan keluarga dan membina di dalam hutan. Orang-orang menyebutnya Manusia Dewa.
Suatu saat, ketika Pertapa Sadar Cemerlang berada di tengah hutan terjadi bencana banjir yang menyebabkan gagal panen. Sang Manusia Dewa tidak mendapatkan sedekah selama 7 hari berturut-turut. Di atas gunung tinggallah 500 ekor kelinci. Ketika melihat keadaan Pertapa yang memprihatinkan, induk kelinci bertekad mengorbankan dirinya untuk menjadi santapan bagi si pertapa, dengan harapan agar Dharma Agung tetap tersebar lestari. Induk kelinci menyampaikan pesan terakhir kepada anak-anaknya bahwa ia akan mengorbankan diri dan pergi untuk selamanya. Ia berpesan agar semua kelinci menempuh kehidupan masing-masing dan menjaga diri dengan baik.
Dewa Gunung dan Dewa Hutan turut membantu induk kelinci dengan menyalakan api. Salah seekor anak kelinci tergugah atas perilaku bundanya, sehingga terpanggil untuk ikut melakukan pengorbanan diri. Setelah api menyala, anak kelinci langsung melompat ke dalam kobaran api, diikuti oleh induknya.
Saat daging kelinci tersaji dihidangkan, Dewa Gunung memberitahukan hal tersebut kepada Sang Pertapa. Begitu mendengar ucapan Dewa Gunung, Sang Pertapa tergugah dan menjadi sedih, lalu berkata, �Lebih baik aku membunuh diriku dan mengorbankan mataku, aku rela menerima berbagai penderitaan, daripada harus menyantap daging sesama makhluk hidup!� Bersamaan itu pula Beliau menegakkan Ikrar Agungnya, �Aku berjanji, di setiap kelahiranku yang berikutnya, sedikitpun tak akan berniat membunuh dan melukai sesama makhluk hidup, apalagi memakan daging mereka. Dengan semangat cinta kasih aku membina dan mencapai kesucian�� Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Sang Pertapa juga melompat ke dalam kobaran api! Buddha Sakyamuni bersabda, �Induk kelinci pada saat itu adalah diri-Ku, dan anak kelinci adalah anak-Ku Rahula, sedangkan Sang Pertapa adalah Bodhisatva Maitreya.
Sutra ini menyampaikan kepada kita bahwa sejak awal pembinaan-Nya, Buddha Maitreya telah berpantang makan daging. Kita sebagai siswa Maitreya, sepantasnya mengikuti langkah pembinaan Beliau. Tegakkan ikrar untuk menghindari pembunuhan dan berpantang makan daging. Hingga zaman sekarang pola vegetaris telah menjadi pola hidup yang mendunia. Semua ini berkat semangat kasih Buddha Maitreya. Inilah bukti nyata kehadiran era Maitreya pada masa sekarang ini.