Buddha
18th November 2010, 10:54 AM
SANJIVA-JATAKA
Cerita ini dikisahkan oleh Sang Buddha ketika berada di hutan Bambu, mengenai kesetiaan raja Ajatasattu kepada gurunya yang sesat dalam memusuhi Sang Buddha. Sumbernya adalah Devadatta dan dalam kegilaannya, menjalankan keinginan Devadatta untuk memperluas pengaruh di Gayasisa. Dan selanjutnya Devadatta memberikan nasehat jahat kepadanya untuk membunuh raja tua. Raja tua itu dimasukkan ke dalam patha. Dengan cara demikian merusak kesempatannya untuk memperoleh kemuliaan dan kehormatan dan ini akan mendatangkan bencana besar bagi dirinya sendiri.
Pada suatu ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta terlahir di keluarga Brahmana yang kaya raya. Ketika menginjak dewasa, ia (Bodhisatta) pergi belajar ke Takkasila, di sana ia mendapatkan pendidikan yang lengkap. Di Benares ia menjadi seorang guru yang sangat termashyur dan memiliki lima ratus pengikut Brahmana muda. Di antara mereka terdapat seoarang murid bernama Sanjiva. Kepadanya, Bodhisatta mengajarkan mantra untuk menghidupkan kembali makhluk yang telah mati, kemudian, Sanjiva berpikir akan mempraktikkan mantra yang telah diajarkan tersebut, tetapi ia tidak mempelajari mantra penangkalnya (penghentinya). Bangga dengan kekuatan barunya tersebut, ia pergi dengan diikuti siswa lainnya menuju hutan belantara dan berkumpul di sana. Di hutan tersebut mereka menemukan harimau yang telah mati.
"Sekarang lihatlah, saya akan membuat harimau ini hidup kembali", kata Sanjiva.
"Kamu tidak bisa", kata yang lainnya. "Lihatlah, dan kamu melihat saya akan membuktikannya", kata Sanjiva.
"Silahkan, jika kamu bisa, lakukanlah", kata mereka dan dengan segera mereka memanjat pohon
Kemudian Sanjiva mulai membaca mantranya dan mengulanginya sambil menghadap harimau yang telah mati tersebut sambil duduk bersila. Harimau itu mulai bangkit dengan secepat kilat harimau menerkam dan menggigit leher Sanjiva. Seketika itu matilah ia. Harimau itu lalu ambruk dan mati di tempat, sama halnya dengan Sanjiva, di sana terbaring dua mayat yang bersebelahan.
Para brahmana itu meninggalkan hutan dan kembali kepada Bodhisatta untuk menceritakan apa yang telah mereka lihat. "Para siswaku," kata Beliau, "inilah akibat dari menyalahgunakan suatu berkah dan harus dibayar mahal, semestinya hal itu tidak boleh terjadi. Dia telah menimbulkan malapetaka bagi dirinya sendiri."
Kemudian Beliau membabarkan syair berikut ini:
Menolong seorang penjahat, membantu segala kebutuhannya, bagaikan seekor harimau yang dibangkitkan oleh Sanjiva, Dia langsung menelanmu untuk menyakitimu.
Demikianlah Bodhisatta menjelaskan kepada para brahmana muda, dan sesudah mendharmabaktikan hidupnya dalam kebajikan, kemudian beliau meninggal dunia dan sebagai akibatnya beliau terlahir di alam bahagia.
Cerita ini dikisahkan oleh Sang Buddha ketika berada di hutan Bambu, mengenai kesetiaan raja Ajatasattu kepada gurunya yang sesat dalam memusuhi Sang Buddha. Sumbernya adalah Devadatta dan dalam kegilaannya, menjalankan keinginan Devadatta untuk memperluas pengaruh di Gayasisa. Dan selanjutnya Devadatta memberikan nasehat jahat kepadanya untuk membunuh raja tua. Raja tua itu dimasukkan ke dalam patha. Dengan cara demikian merusak kesempatannya untuk memperoleh kemuliaan dan kehormatan dan ini akan mendatangkan bencana besar bagi dirinya sendiri.
Pada suatu ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta terlahir di keluarga Brahmana yang kaya raya. Ketika menginjak dewasa, ia (Bodhisatta) pergi belajar ke Takkasila, di sana ia mendapatkan pendidikan yang lengkap. Di Benares ia menjadi seorang guru yang sangat termashyur dan memiliki lima ratus pengikut Brahmana muda. Di antara mereka terdapat seoarang murid bernama Sanjiva. Kepadanya, Bodhisatta mengajarkan mantra untuk menghidupkan kembali makhluk yang telah mati, kemudian, Sanjiva berpikir akan mempraktikkan mantra yang telah diajarkan tersebut, tetapi ia tidak mempelajari mantra penangkalnya (penghentinya). Bangga dengan kekuatan barunya tersebut, ia pergi dengan diikuti siswa lainnya menuju hutan belantara dan berkumpul di sana. Di hutan tersebut mereka menemukan harimau yang telah mati.
"Sekarang lihatlah, saya akan membuat harimau ini hidup kembali", kata Sanjiva.
"Kamu tidak bisa", kata yang lainnya. "Lihatlah, dan kamu melihat saya akan membuktikannya", kata Sanjiva.
"Silahkan, jika kamu bisa, lakukanlah", kata mereka dan dengan segera mereka memanjat pohon
Kemudian Sanjiva mulai membaca mantranya dan mengulanginya sambil menghadap harimau yang telah mati tersebut sambil duduk bersila. Harimau itu mulai bangkit dengan secepat kilat harimau menerkam dan menggigit leher Sanjiva. Seketika itu matilah ia. Harimau itu lalu ambruk dan mati di tempat, sama halnya dengan Sanjiva, di sana terbaring dua mayat yang bersebelahan.
Para brahmana itu meninggalkan hutan dan kembali kepada Bodhisatta untuk menceritakan apa yang telah mereka lihat. "Para siswaku," kata Beliau, "inilah akibat dari menyalahgunakan suatu berkah dan harus dibayar mahal, semestinya hal itu tidak boleh terjadi. Dia telah menimbulkan malapetaka bagi dirinya sendiri."
Kemudian Beliau membabarkan syair berikut ini:
Menolong seorang penjahat, membantu segala kebutuhannya, bagaikan seekor harimau yang dibangkitkan oleh Sanjiva, Dia langsung menelanmu untuk menyakitimu.
Demikianlah Bodhisatta menjelaskan kepada para brahmana muda, dan sesudah mendharmabaktikan hidupnya dalam kebajikan, kemudian beliau meninggal dunia dan sebagai akibatnya beliau terlahir di alam bahagia.