Ulama
18th November 2010, 08:50 AM
Seringkali aku berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini
HANYA TITIPAN��.
bahwa mobilku hanya titipanNya�
bahwa rumahku hanyalah titipanNya�
bahwa hartaku hanyalah titipanNya�
bahwa putra putriku hanyalah titipanNya�
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku�..
Apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu
yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali
oleh-Nya?
Ketika diminta kembali,
Kusebut itu sebagai musibah�
Kusebut itu sebagai ujian�
Kusebut itu sebagai petaka�
Kusebut itu dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah DERITA ��
Ketika aku berdo'a�..
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku�..
Aku ingin lebih banyak harta�..
Aku ingin lebih banyak mobil�..
Aku ingin lebih banyak popularitas�..
Dan kutolak sakit�..
Kutolak kemiskinan,
seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku�..
Seolah keadilan dan kasihNya harus
berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknya
derita menjauh dariku,
dan nikmat kerap menghampiriku�..
Kuperlakukan dia seolah mitra dagang,
dan bukanlah kekasih�..
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak
sesuai keinginanku���
Gusti�������.
Padahal tiap hari kuucapkan,
Hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah.....
"Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"
Adalah ANUGERAH��������
(WS Rendra)
Bagaimana menurut Kk" semuanya/?
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini
HANYA TITIPAN��.
bahwa mobilku hanya titipanNya�
bahwa rumahku hanyalah titipanNya�
bahwa hartaku hanyalah titipanNya�
bahwa putra putriku hanyalah titipanNya�
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku�..
Apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu
yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
Ketika titipan itu diminta kembali
oleh-Nya?
Ketika diminta kembali,
Kusebut itu sebagai musibah�
Kusebut itu sebagai ujian�
Kusebut itu sebagai petaka�
Kusebut itu dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah DERITA ��
Ketika aku berdo'a�..
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku�..
Aku ingin lebih banyak harta�..
Aku ingin lebih banyak mobil�..
Aku ingin lebih banyak popularitas�..
Dan kutolak sakit�..
Kutolak kemiskinan,
seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku�..
Seolah keadilan dan kasihNya harus
berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknya
derita menjauh dariku,
dan nikmat kerap menghampiriku�..
Kuperlakukan dia seolah mitra dagang,
dan bukanlah kekasih�..
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak
sesuai keinginanku���
Gusti�������.
Padahal tiap hari kuucapkan,
Hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah.....
"Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"
Adalah ANUGERAH��������
(WS Rendra)
Bagaimana menurut Kk" semuanya/?