PDA

View Full Version : Detik-detik sakratul maut rasulullah saw


Ulama
18th November 2010, 08:15 AM
Maaf kalo repost

Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta , yang telah dicontohkan Allah SWT melalui kehidupan Rasul -Nya. Pagi itu , meski langit mulai menguning di ufuk timur , burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya .

Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya , � Wahai umatku , kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya . Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya . Kuwariskan dua perkara pada kalian, al- Qur�an dan sunnahku . Barang siapa mencintai sunnahku , bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku , akan masuk syurga bersama-sama aku .�

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu . Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca , Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam . � Isyarat itu telah datang , saatnya sudah tiba . Rasulullah akan meninggalkan kita semua ,� keluh hati semua sahabat kala itu .

Manusia tercinta itu , hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia . Tanda-tanda itu semakin kuat , tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar . Di saat itu , kalau mampu , seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu . Matahari kian tinggi , tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup . Sedang di dalamnya , Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya .

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam .

� Bolehkah saya masuk ?� tanyanya . Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk .

� Maafkanlah , ayahku sedang demam ,� kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu .

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah .

� Siapakah itu wahai anakku ?�
� Tak tahulah ayahku , orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya ,� tutur Fatimah lembut .

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan . Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang .

� Ketahuilah , dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara , dialah yang memisahkan pertemuan di dunia . Dialah malakul maut ,� kata Rasulullah .

Fatimah menahan ledakkan tangisnya .

Malaikat maut telah datang menghampiri . Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya . Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini .

� Jibril , jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?� tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah .

�Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,� kata Jibril.

Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya.

�Engkau tidak senang mendengar kabar ini?� tanya Jibril lagi.

�Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?�

�Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: �Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,� kata Jibril meyakinkan.

Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

�Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.� Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh.

Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.

�Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?� tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

�Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,� kata Jibril sambil terus berpaling.

Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

�Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,� pinta Rasul pada Allah.

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya.

�Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.�

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

�Ummatii, ummatii, ummatiii?� Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli �ala Muhammad wa baarik wa salim �alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.