Log in

View Full Version : Iman dan Ujian


Ulama
18th November 2010, 07:49 AM
Asaalammualaikum.Wr.Wb

IMAN DAN UJIAN

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: �Kami Telah Beriman�, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al Ankabut ayat 2)



Ujian adalah sebuah konsekuensi dari syahadat yang telah kita ucapkan, selayaknya seperti sebuah ucapan jaji setia pada kekasih hati, maka kelak tentu saja kekasih hati kita akan meminta sesuatu dari diri kita dalam bentuk sebuah pengorbanan, untuk membuktikan tulusnya janji setia yang telah kita ucapkan.

Bila ujian dari kekasih bisa kita lalui dengan selamat, maka hasilnya adaah semakin cinta dan sayang perasaan kekasih kita pada diri kita, demikian juga Allah Swt, Dia adalah tuhan yang memiliki nama Ar Rohman dan Ar Rahim, Bila mehluk-Nya saja bisa sedemikian setianya kerena pembuktian kalmiat cinta, maka Allah akan lebih membalas hamba-hamba-Nya melebihi semua rasa yang ada yang mengaku beriman pada-Nya.

Ujian adalah sarana bagi mahluk untuk membuktikan kesungguhan pangabdian dan cintanya pada mahluk pada Allah Swt dan utusan-Nya Muhammad Saw. Bentuk dari ujian yang Allah berikan pada manusia itu sangat beragam macamnya dan dapat dalam bentuk yang tak disangka oleh kita.
Ujian dan Cobaan dalam hidup adalah seperti dua tepi sisi mata uang logam, ujian lebih sering Allah gunakan dalam dasar sayang-Nya untuk mengetahui derajat cinta dan iman hamba-Nya yang lulus ujian itu beberapa derajat lebih tinggi dari hamba-hamba-Nya yang lain.

Cobaan lebih sering Allah gunakan dengan rasa sayang Nya untuk menegur, meyapa hamba-Nya dengan sapaan mesra dan sayang, sapaan yang oenuh pengajaran, supaya hamba yang dicintainya itu kembali lagi pada jalur cintaNya. Sedangkan Azab adalah sarana yang Allah Swt. Gunakan untuk membalas perbuatan mahluk yang Dia ciptakan dan Dia perintahkan untuk tunduk taat pada-Nya. Namun, mahluk tersebut dengan lancangnya berani menentang kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.

Adzab Allah bisa ditumpahkan di dunia maupun kelak di akherat. Salah satu bentuk ujian atau cobaan yang Allah Swt berikan pada manusia adalah dengan manusia yang lainnya sebagaimana Allah Swt jelaskan dalam firman-Nya:
�Dan Kamu jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat� (QS. Al Furqon ayat 20)
Jadi, sangat tidak aneh dan mengherankan kenapa kok didunia ini ada orang-orang jahat atau orang-orang jahil yang suka mengganggu sebagian orang-orang baik lainnya. Mereka Allah ciptakan untuk mengasah ke-Imanan kita. Saat melihat suatu kejahatan dilakukan oleh orang lain maka yang harus kita lakukan adalah menegakan nahi mungkar;
Dari Abu Sa�id Al-Khudri rodhiallohu �anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Bersabda: � Barang siapa di antara kalian melihat siatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.� ( HR Muslim)

Mengubah kemungkaran dengan tangan, berarti mengubah/mencegah kemungkaran yang terjadi dengan kekuasaan atau denagn kekuatan yang ia memiliki. Mencegah dengan kekuasaan atau dengan kekuatan bukan berarti kita boleh memukuli, atau pelaku kejahatan kemungkaran atau kejahian sehingga orang tersebut akhirnya mati ditangan kita atau ditangan masa, Dan bila orang tersebut tidak sampai mati, maka orang tersebut sekarat kesakitan dirumah sakit.

Coba kita pikirkan, bila orang tersebut yang dihajar masa adalah benar pelaku kejahatan maka saat dia sembuh dari rumah sakit kemungkinan besar dia akan insyaf dari perbuatannya malah akan sangat tipis sekali, kenapa demikian? Karena tabiat manusia adalah mendendam.

Bila yang dipukuli oleh masa itu ternyata bukan pelaku kejahatan yang sebenarnya, tapi ternyata korban salah tangkap? Maka sama halnya bahwa kita telah melakukan kemunkaran itu pada orang lain. Dan bila ini dilakukan sampai orang tersebut meninggal dunia, maka kita telah melakukan dosa besar karena telah berani mengambil hak Allah akan kehidupan seseorang.

"Maka berjalanlah keduannya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:�Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kemu telah melakukan suatu yang mungkar.�(Al Kahfi ayat 74)

�Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alas an) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara alim, maka sesungguhnya Kami telah memberikan kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang memdapat pertolongan.� (Al Israa ayat 30)


Jika kita menjadikan hadist mencegah kemungkaran tersebut dan Al Israa ayat 30 ini sebagai dalil diperbolehkan untuk membunuh, atau melakukan kemungkaran (main hakim sendiri/mengeroyok orang lain), maka artinya kita bukan termasuk orang-orang yang disebut muslim dan mukmin.

Membunuh jiwa mahluk lain (termasuk manusia ) telah Allah atur dalam keadaan bagaimana dan kapan boleh membunuh tersebut. Kita boleh membunuh manusia lain bila untuk hal berikut ini, membela diri( dan ini membunuh/menghakimi namun tak sengaja dalamm pembelaan diri tersebut, terpaksa kita harus membunuh orang lain), yang kedua adalah dalam keadaan parang (jihad) dan dalam keadaan Jihad pun niat kita membela agama Allah bukan nafsu kita, seperti kisay syaidina Ali ra., saat beliau dalam keadaan jihad dan hamper saja batang pedang beliau menebas leher musuhnya, dan pada saat itu pula ia mengurungkan niatnya untuk membunuh musuh beliau tersebut. Saat ditanya oleh musuhnya kenapa beliau lakukan itu, jawab beliau aku takut aku membunuhmu bukan karena Allah tapi karena nafsuku.

Dan bahkan sekalipun dalam keadaan jihad, membunuh mush atau membunuh karena Qishos pun Allah Swt telah memberikan batasan aturan, yaotu kita tadak boleh berlebihan dalam cara membunuh, maksudnya tidak boleh meyiksa musuh. Lalu bagaimanakah kita harus meyikapi bila ada seseorang jahil yang suka mengganggu dan menjahati diri kita, seolah-olah kesabaran kita telah habis dibuatny sedang tingkah laku jahilnya tidak juga berhenti? Allah Swt menjawabnya dalam firman-Nya;
� Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. (39)Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah(40). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.(41) dan sesungguhnya orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap meraka. (42) Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. (43) Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS Asy Syuura ayat 39-43)

Dan Allah menegaskan kembali dalam firman-Nya; jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma�ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Al A�raf ayat 199)

Bahkan Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita untuk tidak ikut-ikutan menjadi orang yang berbuat kemungkaran dalam menegakan nahi munkar, dalam sabdanya ;Janganlah kamu menjadi orang yang �ikut-ikutan� dengan mengatakan �Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim�. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya.� (HR Tirmidzi)

Kenapa kita harus berbuat demikian? Karena Allah jadikan diri kita adalah sebuah ujian untuk manusia yang lain, dan Allah jadikan manusia lain adalah sebagai ujian abgi kita, dan setiap dari diri kita telah Allah ilhami dengan taqwa dan fujur, dan tiap diri kita telah mengerti atas dasar taqwa dan fujur tersebut apa yang dinamakan dengan kebaikan dan keburukan, maka dari itu pada hakikatnya tiap diri kita tidak berhak sombong menganggap kita yang paling baik dan taqwa saat kita menatap kejahatan yang dilakukan saudara kita yang lain.

Bencilah pada kejahatan dan kejahilan yang diperbuatnya, namun jangan benci induvidunya, serulah kejahatan itu dengan hikmah dan kebaikan, tolaklah dengan kekuatan sayang dan cinta, belalah dirimu denagn pembelaan yang sewajarnya dan jangan menaniyaya.

Bila semua itu telah kita kerjakan namun kejahatan masih menganggu kita maka pasrahkan saja semuanya pada Allah swt, dan doakan kebaikan;
�Ya Allah hamba pasrah pada-Mu atas sikap dan perilaku kaum dholimin, ya Allah engkau maha mengetahui keadaan hamba Mu maka tolonglah aku, berikanlah mereka kebaikan dan kesadaran atas sikap mereka dengan cara-Mu ya Allah, dan amppunilah mereka dalam kasih sayang-Mu.�

Wassalammualaikum.Wr.Wb