jenglotman
22nd April 2012, 08:49 PM
Just Share My Story, Gan!
saya mempunyai seorang adik perempuan, namanya Maya Nurmayani. Maya tidak tinggal bersama ibu dan bapak ku. Ia tinggal jauh di kota lain, karena bekerja. Di dalam keluarga, Maya termasuk anak yang dianggap bandel. Pergaulannya cukup bebas dan ia bergaul dengan anak-anak berandal. Ia sering pergi ke tempat-tempat hiburan malam, seperti tempat karaoke dan diskotik, tempat-tempat yang adik-adik maupun kakaknya tidak pernah mengenal. Sungguh mengherankan anak yang satu ini, karena saudara-saudaranya yang lain dikenal sebagai santri, bercitra positif, justru Maya dikenal bercitra negatif di tengah masyarakat.
pada waktu itu, adik perempuan saya bersikukuh meminta agar saya mengajarinya cara berkomunikasi dengan jin atau para makhluk halus. Saya tidak mengabulkan permintaannya. Saya menganggap bahwa mempelajari ilmu kejinan sangat berbahaya, bila seseorang tidak memiliki akidah yang cukup kuat. Maka dari itu, kepada adik saya tersebut, justru saya menyuruhnya untuk belajar mengaji. Lagi pula adikku sudah berumur 21 tahun, tapi ia masih belum bisa mengaji, membaca alQuran.
Tapi rupanya, Maya sudah sangat tertarik dengan ilmu kejinanan, maka tanpa sepengetahuanku ia pergi ke Kota Sumedang, untuk berguru ilmu kejinanan pada seorang dukun. Dan ia berhasil mempelajarinya.
Setelah 2 tahun tidak berjumpa, suatu hari tiba-tiba adikku ada di dalam rumahku.Ia mengenakan jilbab, rapi dan anggun. Aneh, sebelumnya adikku tidak pernah mengenakan jilbab. Melihatku datang, ia segera memelukku dengan erat. Dan ia berkata, "Kakak, tolonglah aku! Aku ada masalah berat!"
saya terkejut, "Masalah apa? Ceritakanlah!" sambil berusaha melepaskan pelukannya.
"tidak saya tidak bisa menceritakannya dengan lisan. Tapi saya akan menceritakannya secara telapati." Demikian kata Maya.
Dalam hati saya berguma,"waduh, kok pake telepati segala. Apa adikku bisa? Apa ia bermaksud pamer ilmu?" saya menolak dan berkata padanya, "katakan saja secara lisan, itu lebih mudah!" tapi adikku menangis. Ia bersikukuh tidak ingin menyampaikan semua permasalahannya secara lisan, melainkan ingin dengan telepati. Akhirnya, saya mengabulkan permintaannya.
Saya duduk dihadapan adikku dengan posisi meditasi, mulai menarik nafas pelan, serta mengeluarkannya pelan, mengosongkan pikiran untuk bersiap-siap menerima sinyal "sms" dari batin adikku. Apakah itu gerangan? Tapi ketika saya membuka mata, saya melihat ada 3 jin yang menyertai adikku. Mereka semua menatap kepada ku dan lalu salah satu dari mereka berkata,"Gadis ini adalah murid kami. Dengan susah payah kami mencoba menasihati dia agar hidup di jalan yang benar. Tapi gadis ini berwatak keras, sering tidak mengikuti nasihat kami yang baik. Oleh karena itu, kami ingin menyerahkan pendidikan gadis ini kepada mu, kakaknya. Kami nasihatkan kepada mu, sebagai kakak, janganlah mencari jalan keselamatan sendiri, kamu harus bisa menasihati dan membimbing adik mu ke jalan yang benar."
"Tentu saja. Selama ini, kami saudara-saudarinya, serta orang tuanya selalu menasihatinya, agar ia menjadi wanita yang shalehah". Jawab saya.
"Tapi, mengapa selama adik mu tak mendengarkan? Tapi justru setelah bertemu dengan kami, ia rajin shalat dan puasa sunnah. Yang wajib tentu tak pernah ketinggalan." kata Jin tersebut.
"terima kasih karena anda semua telah mendidik adik kami. Tapi kalau Anda merasa telah berhasil mendidik adik saya, lalu mengapa tadi anda katakan hendak menyerahkan pendidikan Maya kepada kami kembali?" tanya saya.
"Itu artinya kerjasama. Anda harus ikut ambil bagian dalam misi kami, bersama-sama membina gadis ini. Apa Anda mau? Tanya Jin itu.
"selama itu hal yang baik dan positif, yang bisa menimbulkan keinsyafan pada adik saya, maka saya tentu mau bekerja sama dengan Anda dalam mendidik adik saya ini." Demikian kata saya.
Usai dialog dengan 3 Jin tadi, saya menyentuh bahu Maya yang sejak tadi tersungkur diatas karpet. "Maya, saya sudah tau masalahmu." Lalu saya bermaksud menceritakan kembali isi dialog saya dengan para Jin itu, tapi maya menempelkan jarinya ke bibir agar saya berhenti bicara, "Ssst! Tidak usah diceritakan lagi, saya sudah mendengar semua dialog itu." Lalu Maya menangis.
"Maya, mengapa kau menangis, padahal para Jin itu menyuruhmu berbuat baik, tidak menyuruhmu melakukan kejahatan? Ikutilah nasihat mereka, selama nasihat itu menyuruhmu berbuat baik!" kata saya kepada Maya.
"Kakak, " Maya dengan matanya yang berkaca-kaca,"mereka menyuruhku memakai jilbab, pantaskah saya? Padahal saya merasa belum pantas memakai jilbab, tidak sesuai dengan kelakuanku yang buruk. Saya belum niat sendiri untuk memakai jilbab, tapi para jin ini memaksa. Bila saya tidak mau melakukannya, mereka meremas jantungku sampai aku kesakitan dan takut mati. Jadi apa gunanya semua ini, bila saya melakuannya dengan terpaksa?"
bersambung....
</div>
saya mempunyai seorang adik perempuan, namanya Maya Nurmayani. Maya tidak tinggal bersama ibu dan bapak ku. Ia tinggal jauh di kota lain, karena bekerja. Di dalam keluarga, Maya termasuk anak yang dianggap bandel. Pergaulannya cukup bebas dan ia bergaul dengan anak-anak berandal. Ia sering pergi ke tempat-tempat hiburan malam, seperti tempat karaoke dan diskotik, tempat-tempat yang adik-adik maupun kakaknya tidak pernah mengenal. Sungguh mengherankan anak yang satu ini, karena saudara-saudaranya yang lain dikenal sebagai santri, bercitra positif, justru Maya dikenal bercitra negatif di tengah masyarakat.
pada waktu itu, adik perempuan saya bersikukuh meminta agar saya mengajarinya cara berkomunikasi dengan jin atau para makhluk halus. Saya tidak mengabulkan permintaannya. Saya menganggap bahwa mempelajari ilmu kejinan sangat berbahaya, bila seseorang tidak memiliki akidah yang cukup kuat. Maka dari itu, kepada adik saya tersebut, justru saya menyuruhnya untuk belajar mengaji. Lagi pula adikku sudah berumur 21 tahun, tapi ia masih belum bisa mengaji, membaca alQuran.
Tapi rupanya, Maya sudah sangat tertarik dengan ilmu kejinanan, maka tanpa sepengetahuanku ia pergi ke Kota Sumedang, untuk berguru ilmu kejinanan pada seorang dukun. Dan ia berhasil mempelajarinya.
Setelah 2 tahun tidak berjumpa, suatu hari tiba-tiba adikku ada di dalam rumahku.Ia mengenakan jilbab, rapi dan anggun. Aneh, sebelumnya adikku tidak pernah mengenakan jilbab. Melihatku datang, ia segera memelukku dengan erat. Dan ia berkata, "Kakak, tolonglah aku! Aku ada masalah berat!"
saya terkejut, "Masalah apa? Ceritakanlah!" sambil berusaha melepaskan pelukannya.
"tidak saya tidak bisa menceritakannya dengan lisan. Tapi saya akan menceritakannya secara telapati." Demikian kata Maya.
Dalam hati saya berguma,"waduh, kok pake telepati segala. Apa adikku bisa? Apa ia bermaksud pamer ilmu?" saya menolak dan berkata padanya, "katakan saja secara lisan, itu lebih mudah!" tapi adikku menangis. Ia bersikukuh tidak ingin menyampaikan semua permasalahannya secara lisan, melainkan ingin dengan telepati. Akhirnya, saya mengabulkan permintaannya.
Saya duduk dihadapan adikku dengan posisi meditasi, mulai menarik nafas pelan, serta mengeluarkannya pelan, mengosongkan pikiran untuk bersiap-siap menerima sinyal "sms" dari batin adikku. Apakah itu gerangan? Tapi ketika saya membuka mata, saya melihat ada 3 jin yang menyertai adikku. Mereka semua menatap kepada ku dan lalu salah satu dari mereka berkata,"Gadis ini adalah murid kami. Dengan susah payah kami mencoba menasihati dia agar hidup di jalan yang benar. Tapi gadis ini berwatak keras, sering tidak mengikuti nasihat kami yang baik. Oleh karena itu, kami ingin menyerahkan pendidikan gadis ini kepada mu, kakaknya. Kami nasihatkan kepada mu, sebagai kakak, janganlah mencari jalan keselamatan sendiri, kamu harus bisa menasihati dan membimbing adik mu ke jalan yang benar."
"Tentu saja. Selama ini, kami saudara-saudarinya, serta orang tuanya selalu menasihatinya, agar ia menjadi wanita yang shalehah". Jawab saya.
"Tapi, mengapa selama adik mu tak mendengarkan? Tapi justru setelah bertemu dengan kami, ia rajin shalat dan puasa sunnah. Yang wajib tentu tak pernah ketinggalan." kata Jin tersebut.
"terima kasih karena anda semua telah mendidik adik kami. Tapi kalau Anda merasa telah berhasil mendidik adik saya, lalu mengapa tadi anda katakan hendak menyerahkan pendidikan Maya kepada kami kembali?" tanya saya.
"Itu artinya kerjasama. Anda harus ikut ambil bagian dalam misi kami, bersama-sama membina gadis ini. Apa Anda mau? Tanya Jin itu.
"selama itu hal yang baik dan positif, yang bisa menimbulkan keinsyafan pada adik saya, maka saya tentu mau bekerja sama dengan Anda dalam mendidik adik saya ini." Demikian kata saya.
Usai dialog dengan 3 Jin tadi, saya menyentuh bahu Maya yang sejak tadi tersungkur diatas karpet. "Maya, saya sudah tau masalahmu." Lalu saya bermaksud menceritakan kembali isi dialog saya dengan para Jin itu, tapi maya menempelkan jarinya ke bibir agar saya berhenti bicara, "Ssst! Tidak usah diceritakan lagi, saya sudah mendengar semua dialog itu." Lalu Maya menangis.
"Maya, mengapa kau menangis, padahal para Jin itu menyuruhmu berbuat baik, tidak menyuruhmu melakukan kejahatan? Ikutilah nasihat mereka, selama nasihat itu menyuruhmu berbuat baik!" kata saya kepada Maya.
"Kakak, " Maya dengan matanya yang berkaca-kaca,"mereka menyuruhku memakai jilbab, pantaskah saya? Padahal saya merasa belum pantas memakai jilbab, tidak sesuai dengan kelakuanku yang buruk. Saya belum niat sendiri untuk memakai jilbab, tapi para jin ini memaksa. Bila saya tidak mau melakukannya, mereka meremas jantungku sampai aku kesakitan dan takut mati. Jadi apa gunanya semua ini, bila saya melakuannya dengan terpaksa?"
bersambung....
</div>