vals
27th March 2012, 07:00 AM
Kampanye Kebersihan dengan Mengotori Lingkungan
Kita yang tinggal di wilayah perkotaan (bukan hanya Jakarta dan sekitarnya) pasti sudah sangat mahfum dengan polusi yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan politik. Spanduk, poster, iklan politik, dsb, semua ditampilkan secara vulgar tanpa sedikit pun mencerminkan rasa keindahan. Akibatnya, lingkungan perkotaan penuh dengan �sampah politik� yang tak enak dipandang. Salah-salah bisa bikin penduduknya stress.
Saya selalu bertanya-tanya, apakah model kampanye seperti itu efektif atau tidak. Karena alih-alih bikin seneng, orang malah bayak yang sebel dan seneb melihatnya. Tapi ada yang bilang, yang penting �nyantol di hati dan pikiran orang�, sehingga nanti kalau pas waktunya pemilihan, itu yang terlintas di benak para pemilih. Masalah �benci� atau �senang�, itu kan cuma soal �beda ruangan� aja, yang pasti keduanya ada di dalam pikiran orang..
Saya pun sudah lama cukup sampai pada tingkat �mengurut dada� saja atas segala polusi lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai kegiatan politik itu. Habis, mau apa lagi? Mungkin ini salah satu harga yang harus kita bayar dalam kehidupan berdemokrasi. Sampai kemudian saya tak mampu lagi menahan diri�
Pasalnya, ada spanduk bernada �lain� yang terpasang di antara spanduk/poster berbau politik. Sama polutifnya, sama tidak enak dipandangnya, sama nyebelin-nya. Masalahnya, yang satu ini merupakan spanduk yang berisi kampanye kebersihan lingkungan (lihat Gambar)�
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/03/1332758149904640124.jpg
Entah apa yang ada dalam benak para perancangnya. Yang pasti, saya langsung teringat kejadian beberapa tahun lalu. Saya melihat orang naik motor memakai jaket bertuliskan �Penegak Disiplin�, sedang menyerobot lampu merah..
Mudah-mudahan kita semua tidak lupa, bahwa kegiatan pembangunan tidak identik dengan pemasangan spanduk. Memasang poster/spanduk anti korupsi, misalnya, tidak lantas otomatis kita boleh ge-er menjadi bagian dari gerakan pemberantasan korupsi, kecuali kalau kita benar-benar konsisten dengan apa yang kita tuliskan dalam spanduk/poster itu. Apalagi kalau dari cara memasangnya saja sudah kontradiktif dengan isi seruan spanduk/poster yang dipasang..
Hidup Indonesia Membangun (tanpa spanduk)!
Kita yang tinggal di wilayah perkotaan (bukan hanya Jakarta dan sekitarnya) pasti sudah sangat mahfum dengan polusi yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan politik. Spanduk, poster, iklan politik, dsb, semua ditampilkan secara vulgar tanpa sedikit pun mencerminkan rasa keindahan. Akibatnya, lingkungan perkotaan penuh dengan �sampah politik� yang tak enak dipandang. Salah-salah bisa bikin penduduknya stress.
Saya selalu bertanya-tanya, apakah model kampanye seperti itu efektif atau tidak. Karena alih-alih bikin seneng, orang malah bayak yang sebel dan seneb melihatnya. Tapi ada yang bilang, yang penting �nyantol di hati dan pikiran orang�, sehingga nanti kalau pas waktunya pemilihan, itu yang terlintas di benak para pemilih. Masalah �benci� atau �senang�, itu kan cuma soal �beda ruangan� aja, yang pasti keduanya ada di dalam pikiran orang..
Saya pun sudah lama cukup sampai pada tingkat �mengurut dada� saja atas segala polusi lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai kegiatan politik itu. Habis, mau apa lagi? Mungkin ini salah satu harga yang harus kita bayar dalam kehidupan berdemokrasi. Sampai kemudian saya tak mampu lagi menahan diri�
Pasalnya, ada spanduk bernada �lain� yang terpasang di antara spanduk/poster berbau politik. Sama polutifnya, sama tidak enak dipandangnya, sama nyebelin-nya. Masalahnya, yang satu ini merupakan spanduk yang berisi kampanye kebersihan lingkungan (lihat Gambar)�
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/03/1332758149904640124.jpg
Entah apa yang ada dalam benak para perancangnya. Yang pasti, saya langsung teringat kejadian beberapa tahun lalu. Saya melihat orang naik motor memakai jaket bertuliskan �Penegak Disiplin�, sedang menyerobot lampu merah..
Mudah-mudahan kita semua tidak lupa, bahwa kegiatan pembangunan tidak identik dengan pemasangan spanduk. Memasang poster/spanduk anti korupsi, misalnya, tidak lantas otomatis kita boleh ge-er menjadi bagian dari gerakan pemberantasan korupsi, kecuali kalau kita benar-benar konsisten dengan apa yang kita tuliskan dalam spanduk/poster itu. Apalagi kalau dari cara memasangnya saja sudah kontradiktif dengan isi seruan spanduk/poster yang dipasang..
Hidup Indonesia Membangun (tanpa spanduk)!