librilz
4th January 2012, 04:48 PM
Kurang afdal membicarakan pembinaan usia muda tanpa menyebut Spanyol, negeri ketiga yang dalam tempo bersamaan menyandang predikat juara Eropa dan juara dunia setelah Jerman Barat (1972 dan 1974) dan Perancis (1998 dan 2000). Di level yunior, Spanyol juga juara Eropa U-19 dan U-21 serta finalis Piala Eropa U-17 2010.
Dengan melimpahnya stok talenta muda, kolumnis sepak bola Jonathan Wilson memprediksi Spanyol masih akan menguasai sepak bola dunia hingga satu dekade ke depan. Spanyol masih akan berbicara di Piala Dunia 2018 ketimbang Brasil, misalnya. �Yang dilihat orang (dari sukses Spanyol) hanya puncak gunung es yang muncul di permukaan laut,� kata Gines Melendez, Direktur Teknik Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), November 2010. �Ada bongkahan es di bawah permukaan laut yang justru lebih besar, tetapi tidak terlihat.�
Itulah sistem pembinaan usia muda yang terstruktur rapi, dijalankan konsisten, dan berkesinambungan. Phil Ball, penulis buku Morbo: The Story of Spanish Football, menyebut sistem pembinaan di Spanyol komprehensif. Kombinasi sepak bola di sekolah dan sepak bola di klub-klub menjadi awal penggodokan talenta-talenta muda negeri itu.
Pada akhir pekan, anak-anak Spanyol biasa bermain sepak bola di sekolah mereka dan pada pekan berikutnya bermain di klub-klub lokal. Klub-klub lokal itu menjadi pemasok (feeder) klub-klub besar profesional. Klub-klub besar ini mengucurkan �upah� kepada klub-klub pemasok untuk memastikan bakal mendapatkan pasokan pemain terbaik.
Xabi Alonso (Real Madrid) dan Mikel Arteta (Arsenal), misalnya, sebelum digaet Real Sociedad, adalah binaan klub amatir di Basque, Antiguoko. Real Sociedad telah memiliki semacam perjanjian dengan Antiguoko selama bertahun-tahun.
Puluhan ribu pelatih
Spanyol memiliki infrastruktur dan sumber daya pelatih yang memadai untuk memonitor bibit-bibit pemain muda di seluruh negeri itu. Majalah FourFourTwo edisi September 2011 menulis, Spanyol mempunyai 23.995 pelatih pemegang lisensi UEFA A, UEFA B, dan UEFA Pro. Angka ini termasuk di jajaran tertinggi di Eropa selain Perancis dengan 17.588 pelatih, Italia (29.240 pelatih), dan Jerman (34.970 pelatih).
Dengan melimpahnya pelatih, waktu kontak bibit-bibit muda Spanyol dengan pelatih dalam rentang usia mereka 9-21 tahun juga tinggi, yakni 4.880 jam. Meski masih di bawah Belanda (5.940 jam) dan Perancis (5.740 jam), dengan kompetisi lokal berjenjang di tingkat regional dan sistem pembinaan berkelanjutan di setiap level usia, Spanyol memproduksi segudang talenta yang siap dipanggil masuk tim nasional.
�Para pemain itu bergabung dengan kami pada usia 15 tahun dan ditempa bermain dengan kerangka tertentu yang tidak berubah, hingga mereka menembus level senior,� kata Melendez. Pemain tak hanya dipoles dengan berbagai teknik sepak bola, tetapi juga diasah mental serta kebersamaan. Semua itu sudah dimulai di akademi-akademi klub dan tinggal dimatangkan saat mereka masuk tim nasional.
�Penting menunjukkan kepada para pemain belia itu nilai-nilai kerja keras dan rendah hati,� ujar Carles Folguera, Direktur Asrama �La Masia�, akademi milik Barcelona. �Bakat saja kurang. Anda harus rendah hati dan tetap bersikap normal, sesuatu yang bisa membuat bangga orangtua masing-masing.�
Menurut Melendez, semua proses itu mulai digarap serius pada 1996. Setelah berjalan 10 tahun lebih, Spanyol memanen hasil tidak tanggung-tanggung: trofi juara Eropa dan juara dunia. Sukses ini digarisbawahi mantan bintang sepak bola Fernando Hierro saat menjabat Direktur Olahraga RFEF dengan ucapan, �Ketika pembinaan usia muda dikerjakan dengan baik, pastilah kami memanen hasilnya.�
Dengan melimpahnya stok talenta muda, kolumnis sepak bola Jonathan Wilson memprediksi Spanyol masih akan menguasai sepak bola dunia hingga satu dekade ke depan. Spanyol masih akan berbicara di Piala Dunia 2018 ketimbang Brasil, misalnya. �Yang dilihat orang (dari sukses Spanyol) hanya puncak gunung es yang muncul di permukaan laut,� kata Gines Melendez, Direktur Teknik Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), November 2010. �Ada bongkahan es di bawah permukaan laut yang justru lebih besar, tetapi tidak terlihat.�
Itulah sistem pembinaan usia muda yang terstruktur rapi, dijalankan konsisten, dan berkesinambungan. Phil Ball, penulis buku Morbo: The Story of Spanish Football, menyebut sistem pembinaan di Spanyol komprehensif. Kombinasi sepak bola di sekolah dan sepak bola di klub-klub menjadi awal penggodokan talenta-talenta muda negeri itu.
Pada akhir pekan, anak-anak Spanyol biasa bermain sepak bola di sekolah mereka dan pada pekan berikutnya bermain di klub-klub lokal. Klub-klub lokal itu menjadi pemasok (feeder) klub-klub besar profesional. Klub-klub besar ini mengucurkan �upah� kepada klub-klub pemasok untuk memastikan bakal mendapatkan pasokan pemain terbaik.
Xabi Alonso (Real Madrid) dan Mikel Arteta (Arsenal), misalnya, sebelum digaet Real Sociedad, adalah binaan klub amatir di Basque, Antiguoko. Real Sociedad telah memiliki semacam perjanjian dengan Antiguoko selama bertahun-tahun.
Puluhan ribu pelatih
Spanyol memiliki infrastruktur dan sumber daya pelatih yang memadai untuk memonitor bibit-bibit pemain muda di seluruh negeri itu. Majalah FourFourTwo edisi September 2011 menulis, Spanyol mempunyai 23.995 pelatih pemegang lisensi UEFA A, UEFA B, dan UEFA Pro. Angka ini termasuk di jajaran tertinggi di Eropa selain Perancis dengan 17.588 pelatih, Italia (29.240 pelatih), dan Jerman (34.970 pelatih).
Dengan melimpahnya pelatih, waktu kontak bibit-bibit muda Spanyol dengan pelatih dalam rentang usia mereka 9-21 tahun juga tinggi, yakni 4.880 jam. Meski masih di bawah Belanda (5.940 jam) dan Perancis (5.740 jam), dengan kompetisi lokal berjenjang di tingkat regional dan sistem pembinaan berkelanjutan di setiap level usia, Spanyol memproduksi segudang talenta yang siap dipanggil masuk tim nasional.
�Para pemain itu bergabung dengan kami pada usia 15 tahun dan ditempa bermain dengan kerangka tertentu yang tidak berubah, hingga mereka menembus level senior,� kata Melendez. Pemain tak hanya dipoles dengan berbagai teknik sepak bola, tetapi juga diasah mental serta kebersamaan. Semua itu sudah dimulai di akademi-akademi klub dan tinggal dimatangkan saat mereka masuk tim nasional.
�Penting menunjukkan kepada para pemain belia itu nilai-nilai kerja keras dan rendah hati,� ujar Carles Folguera, Direktur Asrama �La Masia�, akademi milik Barcelona. �Bakat saja kurang. Anda harus rendah hati dan tetap bersikap normal, sesuatu yang bisa membuat bangga orangtua masing-masing.�
Menurut Melendez, semua proses itu mulai digarap serius pada 1996. Setelah berjalan 10 tahun lebih, Spanyol memanen hasil tidak tanggung-tanggung: trofi juara Eropa dan juara dunia. Sukses ini digarisbawahi mantan bintang sepak bola Fernando Hierro saat menjabat Direktur Olahraga RFEF dengan ucapan, �Ketika pembinaan usia muda dikerjakan dengan baik, pastilah kami memanen hasilnya.�