NoNeed
21st December 2011, 09:06 PM
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/21/21122011foto_19.jpg
Kapolda Aceh Irjen Pol Iskandar Hasan (kanan) bernyanyi bersama anak punk seusai apel di Lapangan Kompleks Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12). Pembinaan secara mental dan spiritual 60 punker asal Aceh, Sumatera Utara, dan Pulau Jawa tersebut akan berakhir pada Jumat (23/12) mendatang. SERAMBI/M ANSHAR
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/21/21122011foto_20.jpg
Anak punk berseragam dinas lapangan mengangkat tangan sebagai refleksi kegembiraan seusai apel di Lapangan Kompleks Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12). Foto kanan atas, Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan nyanyi bareng anak punk sedangkan foto bawah punker wanita sempat menangis saat menyanyikan lagu "Rindu Mama".SERAMBI/M ANSHAR
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/21/21122011foto_21.jpg
Punker perempuan menangis saat menyanyikan lagu "Rindu Mama" seusai apel di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12). Pembinaan secara mental dan spiritual 60 punker asal Aceh, Sumatera Utara, dan Pulau Jawa tersebut akan berakhir pada Jumat (23/12) mendatang. SERAMBI/M ANSHAR
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Tangis_CM.jpg
Acehkita.com - Remaja putri yang dibina polisi di SPN Seulawah tidak kuasa menahan tangisnya saat menyanyikan lagu Film Murahan secara bersama di Lapangan Hitam, Selasa (20/12). Hari Jumat nanti, mereka rencananya akan dikembalikan setelah dibina selama 10 hari.
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Pembinaan-Punker-4.jpg
Menyanyi bersama
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Doa-Punk_CM.jpg
Berdoa usai wudhu :kiss
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Punk_salat_sunat.jpg
Anak Punk lagi shalat :mewek
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/20/20111220AAN_P1.jpg
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/20/20111220AAN7.jpg
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/20/20111220AAN_P81.jpg
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/13/20111213_BUD12.jpg
Punkers Ceria di SPN Seulawah (http://aceh.tribunnews.com/2011/12/21/punkers-ceria-di-spn-seulawah)
SEBANYAK 65 punkers (anak punk) yang sedang dibina di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, tak mampu menyembunyikan keceriaan saat Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan berbaur bersama mereka, bahkan diajak nyanyi bareng.
Suasana itu terekam Selasa (20/12) ketika Kapolda melihat langsung perkembangan pembinaan anak punk yang beberapa hari lalu ditertibkan oleh Pemko Banda Aceh dan selanjutnya diserahkan pembinaannya ke pihak kepolisian. Keceriaan bukan hanya memancar dari wajah anak punk yang kini berbungkus pakaian seragam dan berambut cepak. Bahkan istri Kapolda Aceh bersama petinggi Polri dan siswa SPN Seulawah ikut larut dalam suasana langka itu.
�Banyak hal yang selama ini kami tinggalkan, seperti shalat lima waktu, makan teratur, dan kebersihan diri. Semua itu kami dapatkan kembali di sini,� kata Andri, seorang anak punk dari Lhong Raya, Kota Banda Aceh, kepada Serambi.
Pengakuan juga diutarakan Ayi, remaja asal Medan. Ayi membantah bila ada pernyataan pihak yang menyebutkan mereka diperlakukan keras di SPN. Menurutnya mereka dibina secara sangat manusiawi. �Jangankan dipukul, dicubit saja tidak,� ungkap Ayi. �Pembina kami sudah seperti kakak dan abang,� lanjut Ayi.
Dengan wajah haru, Ayi menuturkan, sekembali dari SPN Seulawah nantinya, dia ingin menemui ayah dan ibu. �Saya sangat kangen dengan mereka,� ujar Ayi.
Salah seorang dari enam punkers wanita, Oja asal Langsa juga bertekad bisa kembali ke kehidupan normal setelah proses pembinaan di SPN Seulawah. �Saya mau sekolah lagi,� katanya.
Melihat realita di lapangan, Kapolda Aceh mengatakan sangat bertolak belakang dengan apa yang diisukan selama ini. �Silakan rekan-rekan media melihat dan menanyakan langsung pendapat mereka selama menjalani pembinaan di sini,� kata Kapolda Aceh kepada awak media yang menyertainya ke SPN Seulawah.
Pantauan Serambi, 65 punkers yang berada di sudut kanan dari arah depan itu memakai seragam mirip yang dikenakan polisi dan 107 personel yang mengikuti upacara penututpan pendidikan alih golongan dari Brigadir ke Inspektur Dua (Ipda). Bahkan, bila tidak diperhatikan dengan seksama, sulit dibedakan mana punkers dan mana personel polisi. Hal yang membedakan hanya simbol dan kepangkatan, dan juga tato yang masih menempel di bagian-bagian tertentu tubuh sang punkers.
Dan Punk Pun Menangis (http://aceh.tribunnews.com/2011/12/20/nyanyikan-lagu-rindu-mama-punker-menangis)
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Aku pulang mama ... sendu dideramu... Kurindu semeja nikmati teh bersamamu.
Para punker perempuan dari 65 anak punk yang terjaring beberapa waktu lalu dan saat ini sedang dibina di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12/2011) tak kuasa menahan tangis saat mereka menyanyikan lagu "Rindu Mama". Mereka mengaku memperoleh pengalaman berarti selama dibina di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar.
Oja salah satu punker perempuan yang ikut menanyikan lagu itu mengaku saat ini ia ingin sekolah lagi dan sudah rindu kedua orangtuanya. "Setelah keluar dari sini, semoga apa yang kami dapat menjadi wawasan bagi kami," kata Oja.
Selain Oja, Andri punker dari Gampong Lhoong Raya, Aceh Besar mengaku banyak mendapat pelajaran yang dia dapati selama di SPN Seulawah. "Banyak hal yang selama ini kami tinggalkan di luar, seperti melaksanakan shalat lima waktu, makan teratur dan menjaga kebersihan. Dan semua itu kami dapatkan di sini," kata Andri, kepada Serambinews.com.
Ungkapan yang sama juga diutarakan oleh Ayi. Menurutnya mereka diperlakukan sangat manusiawi. Malah, pembina-pembina itu sudah seperti kakak dan abang bagi mereka. "Tidak benar kalau ada yang menyebutkan kami didik dengan cara-cara kekerasan. Sepulang dari sini, saya ingin pulang ke rumah," kata Ayi, asal Medan.
Pantaua Serambinews.com, anak-anak punk itu tidak sanggup menahan kesedihannya, ketika secara serempak menyanyikan lagu "Rindu Mama".
"Kalau sudah jauh begini, kami terasa begitu kangen dengan orang tua dan keluarga kami. Semoga keluar dari sini, pelajaran yang telah kami dapatkan dapat menjadi bekal berharga bagi kami," tambah Oyi, seorang anak punk wanita asal Langsa.(*)
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Mandipunk_CM.jpg
Mandi bareng :D
Gubernur Aceh Setuju Penertiban Anak Punk (http://aceh.tribunnews.com/2011/12/20/gubernur-aceh-setuju-penertiban-anak-punk)
JAKARTA, SERAMBINEWS.COM - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, kepolisian di Aceh mungkin saja melanggar hak asasi manusia universal ketika menangkap anak-anak punk di Kota Banda Aceh pada pekan lalu.
Namun, Irwandi mengatakan, Pemerintah Daerah Aceh peduli dengan masa depan anak punk di wilayahnya. Penertiban dilakukan semata-mata bertujuan memasyarakatkan mereka kembali.
"Okelah kalau dilihat universal, memang ada salahnya juga sedikit. Tapi siapa yang memikirkan HAM mereka di masa depan? Di Aceh ada sekitar 700 anak punk. Mereka tidak mau pulang ke rumah orang tua. Hidup di taman-taman. Mau jadi apa mereka? Nge-punk-nya masa muda saja, dan membuang masa sekolah, masa mengaji. Suatu saat mereka akan sadar mau jadi apa mereka. Kalau tidak bekerja, mereka mau menjadi apa?" kata Irwandi kepada para wartawan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (20/12/2011).
Irwandi menjelaskan pola hidup anak punk di Aceh. Umumnya, mereka tidur di taman, bernyanyi sepanjang malam, dan tak jarang bermabuk-mabukan dan mengonsumsi narkoba.
Para punker, demikian mereka disapa, juga dikatakan terbukti memalsukan surat izin terkait acara konser di Taman Budaya, Banda Aceh. Mereka mengatasnamakan organisasi lain agar mendapatkan izin dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU).
Irwandi mengaku setuju dengan langkah kepolisian yang membina 65 anak punk di Sekolah Polisi Negara (SPN) Saree, Aceh Besar. Irwandi berharap, setelah dibina, para anak punk tersebut dapat kembali hidup bermasyarakat. Tak menutup kemungkinan beberapa di antaranya akan diberikan pelatihan menjadi tenaga satuan pengamanan (satpam). "Atau jika ada yang mau sekolah, kita berikan beasiswa atau yang lain," katanya.
Ketika ditanya mengapa kepala anak punk tersebut dicukur sampai botak dan diceburkan di kolam, Irwandi hanya mengatakan, "Kalau itu, ya, cara polisi. Polisi saja digitukan kalau masuk."
Kapolda Aceh Irjen Pol Iskandar Hasan (kanan) bernyanyi bersama anak punk seusai apel di Lapangan Kompleks Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12). Pembinaan secara mental dan spiritual 60 punker asal Aceh, Sumatera Utara, dan Pulau Jawa tersebut akan berakhir pada Jumat (23/12) mendatang. SERAMBI/M ANSHAR
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/21/21122011foto_20.jpg
Anak punk berseragam dinas lapangan mengangkat tangan sebagai refleksi kegembiraan seusai apel di Lapangan Kompleks Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12). Foto kanan atas, Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan nyanyi bareng anak punk sedangkan foto bawah punker wanita sempat menangis saat menyanyikan lagu "Rindu Mama".SERAMBI/M ANSHAR
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/21/21122011foto_21.jpg
Punker perempuan menangis saat menyanyikan lagu "Rindu Mama" seusai apel di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12). Pembinaan secara mental dan spiritual 60 punker asal Aceh, Sumatera Utara, dan Pulau Jawa tersebut akan berakhir pada Jumat (23/12) mendatang. SERAMBI/M ANSHAR
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Tangis_CM.jpg
Acehkita.com - Remaja putri yang dibina polisi di SPN Seulawah tidak kuasa menahan tangisnya saat menyanyikan lagu Film Murahan secara bersama di Lapangan Hitam, Selasa (20/12). Hari Jumat nanti, mereka rencananya akan dikembalikan setelah dibina selama 10 hari.
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Pembinaan-Punker-4.jpg
Menyanyi bersama
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Doa-Punk_CM.jpg
Berdoa usai wudhu :kiss
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Punk_salat_sunat.jpg
Anak Punk lagi shalat :mewek
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/20/20111220AAN_P1.jpg
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/20/20111220AAN7.jpg
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/20/20111220AAN_P81.jpg
http://aceh.tribunnews.com/foto/berita/2011/12/13/20111213_BUD12.jpg
Punkers Ceria di SPN Seulawah (http://aceh.tribunnews.com/2011/12/21/punkers-ceria-di-spn-seulawah)
SEBANYAK 65 punkers (anak punk) yang sedang dibina di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, tak mampu menyembunyikan keceriaan saat Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan berbaur bersama mereka, bahkan diajak nyanyi bareng.
Suasana itu terekam Selasa (20/12) ketika Kapolda melihat langsung perkembangan pembinaan anak punk yang beberapa hari lalu ditertibkan oleh Pemko Banda Aceh dan selanjutnya diserahkan pembinaannya ke pihak kepolisian. Keceriaan bukan hanya memancar dari wajah anak punk yang kini berbungkus pakaian seragam dan berambut cepak. Bahkan istri Kapolda Aceh bersama petinggi Polri dan siswa SPN Seulawah ikut larut dalam suasana langka itu.
�Banyak hal yang selama ini kami tinggalkan, seperti shalat lima waktu, makan teratur, dan kebersihan diri. Semua itu kami dapatkan kembali di sini,� kata Andri, seorang anak punk dari Lhong Raya, Kota Banda Aceh, kepada Serambi.
Pengakuan juga diutarakan Ayi, remaja asal Medan. Ayi membantah bila ada pernyataan pihak yang menyebutkan mereka diperlakukan keras di SPN. Menurutnya mereka dibina secara sangat manusiawi. �Jangankan dipukul, dicubit saja tidak,� ungkap Ayi. �Pembina kami sudah seperti kakak dan abang,� lanjut Ayi.
Dengan wajah haru, Ayi menuturkan, sekembali dari SPN Seulawah nantinya, dia ingin menemui ayah dan ibu. �Saya sangat kangen dengan mereka,� ujar Ayi.
Salah seorang dari enam punkers wanita, Oja asal Langsa juga bertekad bisa kembali ke kehidupan normal setelah proses pembinaan di SPN Seulawah. �Saya mau sekolah lagi,� katanya.
Melihat realita di lapangan, Kapolda Aceh mengatakan sangat bertolak belakang dengan apa yang diisukan selama ini. �Silakan rekan-rekan media melihat dan menanyakan langsung pendapat mereka selama menjalani pembinaan di sini,� kata Kapolda Aceh kepada awak media yang menyertainya ke SPN Seulawah.
Pantauan Serambi, 65 punkers yang berada di sudut kanan dari arah depan itu memakai seragam mirip yang dikenakan polisi dan 107 personel yang mengikuti upacara penututpan pendidikan alih golongan dari Brigadir ke Inspektur Dua (Ipda). Bahkan, bila tidak diperhatikan dengan seksama, sulit dibedakan mana punkers dan mana personel polisi. Hal yang membedakan hanya simbol dan kepangkatan, dan juga tato yang masih menempel di bagian-bagian tertentu tubuh sang punkers.
Dan Punk Pun Menangis (http://aceh.tribunnews.com/2011/12/20/nyanyikan-lagu-rindu-mama-punker-menangis)
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Aku pulang mama ... sendu dideramu... Kurindu semeja nikmati teh bersamamu.
Para punker perempuan dari 65 anak punk yang terjaring beberapa waktu lalu dan saat ini sedang dibina di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12/2011) tak kuasa menahan tangis saat mereka menyanyikan lagu "Rindu Mama". Mereka mengaku memperoleh pengalaman berarti selama dibina di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar.
Oja salah satu punker perempuan yang ikut menanyikan lagu itu mengaku saat ini ia ingin sekolah lagi dan sudah rindu kedua orangtuanya. "Setelah keluar dari sini, semoga apa yang kami dapat menjadi wawasan bagi kami," kata Oja.
Selain Oja, Andri punker dari Gampong Lhoong Raya, Aceh Besar mengaku banyak mendapat pelajaran yang dia dapati selama di SPN Seulawah. "Banyak hal yang selama ini kami tinggalkan di luar, seperti melaksanakan shalat lima waktu, makan teratur dan menjaga kebersihan. Dan semua itu kami dapatkan di sini," kata Andri, kepada Serambinews.com.
Ungkapan yang sama juga diutarakan oleh Ayi. Menurutnya mereka diperlakukan sangat manusiawi. Malah, pembina-pembina itu sudah seperti kakak dan abang bagi mereka. "Tidak benar kalau ada yang menyebutkan kami didik dengan cara-cara kekerasan. Sepulang dari sini, saya ingin pulang ke rumah," kata Ayi, asal Medan.
Pantaua Serambinews.com, anak-anak punk itu tidak sanggup menahan kesedihannya, ketika secara serempak menyanyikan lagu "Rindu Mama".
"Kalau sudah jauh begini, kami terasa begitu kangen dengan orang tua dan keluarga kami. Semoga keluar dari sini, pelajaran yang telah kami dapatkan dapat menjadi bekal berharga bagi kami," tambah Oyi, seorang anak punk wanita asal Langsa.(*)
http://www.acehkita.com/wp-content/uploads/2011/12/Mandipunk_CM.jpg
Mandi bareng :D
Gubernur Aceh Setuju Penertiban Anak Punk (http://aceh.tribunnews.com/2011/12/20/gubernur-aceh-setuju-penertiban-anak-punk)
JAKARTA, SERAMBINEWS.COM - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, kepolisian di Aceh mungkin saja melanggar hak asasi manusia universal ketika menangkap anak-anak punk di Kota Banda Aceh pada pekan lalu.
Namun, Irwandi mengatakan, Pemerintah Daerah Aceh peduli dengan masa depan anak punk di wilayahnya. Penertiban dilakukan semata-mata bertujuan memasyarakatkan mereka kembali.
"Okelah kalau dilihat universal, memang ada salahnya juga sedikit. Tapi siapa yang memikirkan HAM mereka di masa depan? Di Aceh ada sekitar 700 anak punk. Mereka tidak mau pulang ke rumah orang tua. Hidup di taman-taman. Mau jadi apa mereka? Nge-punk-nya masa muda saja, dan membuang masa sekolah, masa mengaji. Suatu saat mereka akan sadar mau jadi apa mereka. Kalau tidak bekerja, mereka mau menjadi apa?" kata Irwandi kepada para wartawan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (20/12/2011).
Irwandi menjelaskan pola hidup anak punk di Aceh. Umumnya, mereka tidur di taman, bernyanyi sepanjang malam, dan tak jarang bermabuk-mabukan dan mengonsumsi narkoba.
Para punker, demikian mereka disapa, juga dikatakan terbukti memalsukan surat izin terkait acara konser di Taman Budaya, Banda Aceh. Mereka mengatasnamakan organisasi lain agar mendapatkan izin dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU).
Irwandi mengaku setuju dengan langkah kepolisian yang membina 65 anak punk di Sekolah Polisi Negara (SPN) Saree, Aceh Besar. Irwandi berharap, setelah dibina, para anak punk tersebut dapat kembali hidup bermasyarakat. Tak menutup kemungkinan beberapa di antaranya akan diberikan pelatihan menjadi tenaga satuan pengamanan (satpam). "Atau jika ada yang mau sekolah, kita berikan beasiswa atau yang lain," katanya.
Ketika ditanya mengapa kepala anak punk tersebut dicukur sampai botak dan diceburkan di kolam, Irwandi hanya mengatakan, "Kalau itu, ya, cara polisi. Polisi saja digitukan kalau masuk."