ketawamulu
10th November 2011, 11:49 PM
[Kujalani kekasih.]
Kujalani kekasih di jalan setapak hatimu
hasratku adalah sungai sepanjang pengembaraan berliku
mengalir bersama arus kerinduan dan doa
sampai muara; laut atas namamu
bahagia aku di keluasan cintamu. Sangat bahagia
dalam sajak yang kubacakan berkali-kali
di hatimu segala menjadi prasasti
segala kata terpahat abadi.
Kususuri pantai hingga jejak kakimu
aku menunggu. Hingga kaugulung ombak ke dalam kalbu
menyertakan kelepak merpati yang membawa surat-suratmu
alangkah indahnya tulisan tanganmu
kaulukis senja di lengkung langit, kaubawa malam kepadaku
kaunyalakan bintang-bintang dengan api cinta
dengan apa kubalas hembusan angin laut
bukankah aku telah berlayar di kedalaman semestamu.
[Senandung Cinta.]
Dengarlah dedaunan yang berbisik lirih pada angin
di sore itu, musim gugur memapas cemasku di sebuah taman
pepohonan meranggas dan daun-daun kering, serta merahnya daun maple
menyaksikan kita, juga warna-warni bagai kupu-kupu berterbangan
tiada yang lebih indah dari pemandangan ketika kau tersenyum di pangkuan.
Lihatlah bulan tak takut pada kegelapan
dibiarkan cahayanya hanyut bersama angin malam
selaksa puisi bersahutan di celah-celah ranting keheningan
memekik gemuruh rindu di matamu cinta yang tak pernah lekang
seperti rembulan di atas pelataran, kau menatap indah di pangkuan.
[Cinta Hanya berahir di hati mu.]
Pelangi berkilau di langit jauh
teduh mengambang menjalin untai gerimis
gradasi warna adalah selendang para bidadari
yang menarinari digelitik angin bukit
dan kamu, yang turun ke dalam jiwaku.
Sungguh indah rahasiamu
semburat merah di wajahmu. Cinta itu. Di senja itu
pohonpohon waru berebut menjadi bayanganmu
lalu melukisnya di dadaku. Untuk kudekap
agar cinta tak ke manamana dari hatimu.
Jangan lagi kaurisaukan
cinta ini hanya berakhir di hatimu
sungai yang mengalirkan kejernihan jiwa
melewati rimba waktu dan padang penuh bunga
aku, yang selalu hanyut bersamamu.
</div>
Kujalani kekasih di jalan setapak hatimu
hasratku adalah sungai sepanjang pengembaraan berliku
mengalir bersama arus kerinduan dan doa
sampai muara; laut atas namamu
bahagia aku di keluasan cintamu. Sangat bahagia
dalam sajak yang kubacakan berkali-kali
di hatimu segala menjadi prasasti
segala kata terpahat abadi.
Kususuri pantai hingga jejak kakimu
aku menunggu. Hingga kaugulung ombak ke dalam kalbu
menyertakan kelepak merpati yang membawa surat-suratmu
alangkah indahnya tulisan tanganmu
kaulukis senja di lengkung langit, kaubawa malam kepadaku
kaunyalakan bintang-bintang dengan api cinta
dengan apa kubalas hembusan angin laut
bukankah aku telah berlayar di kedalaman semestamu.
[Senandung Cinta.]
Dengarlah dedaunan yang berbisik lirih pada angin
di sore itu, musim gugur memapas cemasku di sebuah taman
pepohonan meranggas dan daun-daun kering, serta merahnya daun maple
menyaksikan kita, juga warna-warni bagai kupu-kupu berterbangan
tiada yang lebih indah dari pemandangan ketika kau tersenyum di pangkuan.
Lihatlah bulan tak takut pada kegelapan
dibiarkan cahayanya hanyut bersama angin malam
selaksa puisi bersahutan di celah-celah ranting keheningan
memekik gemuruh rindu di matamu cinta yang tak pernah lekang
seperti rembulan di atas pelataran, kau menatap indah di pangkuan.
[Cinta Hanya berahir di hati mu.]
Pelangi berkilau di langit jauh
teduh mengambang menjalin untai gerimis
gradasi warna adalah selendang para bidadari
yang menarinari digelitik angin bukit
dan kamu, yang turun ke dalam jiwaku.
Sungguh indah rahasiamu
semburat merah di wajahmu. Cinta itu. Di senja itu
pohonpohon waru berebut menjadi bayanganmu
lalu melukisnya di dadaku. Untuk kudekap
agar cinta tak ke manamana dari hatimu.
Jangan lagi kaurisaukan
cinta ini hanya berakhir di hatimu
sungai yang mengalirkan kejernihan jiwa
melewati rimba waktu dan padang penuh bunga
aku, yang selalu hanyut bersamamu.
</div>