vals
24th August 2011, 08:39 AM
Sisi Lain Kota Peraih Penghargaan Adipura(-pura)
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/13141141901028644904.jpg
Kabupaten saya, Sumenep, untuk ke 4 kalinya meraih penghargaan Adipura untuk katagori kota kecil (beritanya baca di sini (http://www.harianbhirawa.co.id/demo-section/copy-of-sosok/31801-sumenep-kembali-terima-penghargaan-adipura)). Penghargaan adipura diserahkan oleh presiden kepada bupati Sumenep pada awal bulan Juli di istana Negara. Terpilihnya kabupaten Sumenep meraih adipura untuk ke 4 kalinya disambut �meriah�. Paling tidak di kota saya rame dengan spanduk yang hanya dipasang oleh satuan kerja pemerintah daerah atau perusahaan swasta. Dari masyarakat? Tak ada satu pun.
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/13141143061679951846.jpg
Ketika itu saya iseng menulis satus di fb, �selamat, sumenep meraih penghargaan adipura(-pura)�. Kontan saja status saya ditanggapi pro-kontra. Saya lebih suka membahas yang kontra, karena menurutnya saya dianggap tidak menghargai kerjakeras pemda sumenep. Terus terang sebagai warga sumenep saya bangga meski dengan �catatan�.
Apa Adipura dan Bagaimana Kreterianya?
Menurut Wikipidia Adipura adalah penghargaan yang diberikan kepada kota di Indonesia karena dinilai berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Penyelenggara Adipura adalah kementerian Negara lingkungan hidup (baca di sini (http://id.wikipedia.org/wiki/Adipura) ). Ada lagi penjelasan bahwa adipura adalah penghargaan pada keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup perkotaan di Indonesia yang dinilai bersih dan hijau (clean and green city) dengan menggunakan Good Governance (lihat di sini (http://koranopini.com/detil.php?x67gQu=41-2011-06-8))
Sementara kreterianya ada dua indicator pokok yang dinilai yaitu (1) Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan keteduhan kota, dan (2) Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi, manajemen, dan daya tanggap (lihat di sini (http://id.wikipedia.org/wiki/Adipura) ).
Di tahun 2011 ini ada penurunan jumlah penerima adipura yaitu hanya 63 kota. Bandingkan dengan penghargaan tahun 2010 yang mencapai 140 kota. Penurunan jumlah ini menurut kementerian lingkungan hidup karena proses penilaannya yang lebih ketat daripada sebelumnya. Untuk kota-kora metropolitan dan besar seperti Jakarta, Surabaya, medan, dan semarang standar evaluasinya menggunakan konsep 3R (Reduce Reuse Recyle), pengelolaan air dan kualitas udara. Sementara kota kecil tetap menggunakan kreteria sebelumnya (lihat di sini (http://koranopini.com/detil.php?x67gQu=41-2011-06-8)).
Beberapa Catatan
Tanpa mengurangi kerja keras pemerintah daerah, ada beberapa catatan dibalik penghargaan adipura yang diperoleh kota saya untuk ke empat kalinya.
Penghargaan Adipura di kota saya sepi dari partisipasi warga. Sebut saja misalnya kebersihan kota seluruhnya diproyekkan kepada CV dan tentu saja kontraknya sangat mahal. Kebersihan dan pengelolaan lingkungan yang bersifat top-down seperti itu relative mudah dilakukan. Yang penting punya duit, maka kota seluruhnya bisa bersih. Akan berbeda jika kebersihan dan pengelolaan lingkungan kota melibatkan partisipasi warga, tentu akan lebih membanggakan, karena penghargaan itu betul-betul diperoleh berangkat dari kesadaran dan partisipasi warga. Ada duit atau tidak, kota tetap bersih dan hijau. Wajar jika ucapan selamat di spanduk yang banyak bertebaran tak ada satu pun dari warga. Semuanya dari satker pamerintah daerah.
Sama dengan kota lain, setiap menjelang penilaian adipura selalu saja rakyat kecil terutama PKL dipinggirkan. Di kota saya juga sama. Berita-berita di media local seringkali memberitakan masalah ini setiap kali ada penilaian Adaipura.
Ini yang membuat saya terkesima sambil manggut-manggut. Bagaimana sebenarnya tim asesor dari pusat menilai kota saya yang sampai detik ini tidak memiliki peraturan daerah tentang tata ruang kota? Apakah tim asesor hanya menilai secara parsial dengan melihat kebersihan dan hijaunya sudut-sudut kota, tanpa melihat kota secara lebih utuh? Bukankah tata ruang kota saya amburadul, terutama banyaknya developer membangun perumahan di sawah-sawah yang sebenarnya masih produktif? Pada hal lahan produktif ini berjarak kira-kira 100 meter dari kota? Sebelum saya menulis saya sempatkan diri mengambil gambar sawah-sawah produktif yang sekarang beralih fungsi menjadi tempat hunian/perkantoran/hotel seperti di bawah ini. Maaf saya bukan tukang jepret professional, jadi nikmati saja.
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/1314114738145397934.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/131411489353721366.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/13141149591016294241.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/1314115063843846013.jpg
Nah tidak salah kan jika saya bilang, kota saya sebenarnya memperoleh penghargaan Adipura(-pura?)
oleh A. Dardiri Zubairi (http://www.kompasiana.com/www.kompasiana.com-dardiri)
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/13141141901028644904.jpg
Kabupaten saya, Sumenep, untuk ke 4 kalinya meraih penghargaan Adipura untuk katagori kota kecil (beritanya baca di sini (http://www.harianbhirawa.co.id/demo-section/copy-of-sosok/31801-sumenep-kembali-terima-penghargaan-adipura)). Penghargaan adipura diserahkan oleh presiden kepada bupati Sumenep pada awal bulan Juli di istana Negara. Terpilihnya kabupaten Sumenep meraih adipura untuk ke 4 kalinya disambut �meriah�. Paling tidak di kota saya rame dengan spanduk yang hanya dipasang oleh satuan kerja pemerintah daerah atau perusahaan swasta. Dari masyarakat? Tak ada satu pun.
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/13141143061679951846.jpg
Ketika itu saya iseng menulis satus di fb, �selamat, sumenep meraih penghargaan adipura(-pura)�. Kontan saja status saya ditanggapi pro-kontra. Saya lebih suka membahas yang kontra, karena menurutnya saya dianggap tidak menghargai kerjakeras pemda sumenep. Terus terang sebagai warga sumenep saya bangga meski dengan �catatan�.
Apa Adipura dan Bagaimana Kreterianya?
Menurut Wikipidia Adipura adalah penghargaan yang diberikan kepada kota di Indonesia karena dinilai berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Penyelenggara Adipura adalah kementerian Negara lingkungan hidup (baca di sini (http://id.wikipedia.org/wiki/Adipura) ). Ada lagi penjelasan bahwa adipura adalah penghargaan pada keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup perkotaan di Indonesia yang dinilai bersih dan hijau (clean and green city) dengan menggunakan Good Governance (lihat di sini (http://koranopini.com/detil.php?x67gQu=41-2011-06-8))
Sementara kreterianya ada dua indicator pokok yang dinilai yaitu (1) Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan keteduhan kota, dan (2) Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi, manajemen, dan daya tanggap (lihat di sini (http://id.wikipedia.org/wiki/Adipura) ).
Di tahun 2011 ini ada penurunan jumlah penerima adipura yaitu hanya 63 kota. Bandingkan dengan penghargaan tahun 2010 yang mencapai 140 kota. Penurunan jumlah ini menurut kementerian lingkungan hidup karena proses penilaannya yang lebih ketat daripada sebelumnya. Untuk kota-kora metropolitan dan besar seperti Jakarta, Surabaya, medan, dan semarang standar evaluasinya menggunakan konsep 3R (Reduce Reuse Recyle), pengelolaan air dan kualitas udara. Sementara kota kecil tetap menggunakan kreteria sebelumnya (lihat di sini (http://koranopini.com/detil.php?x67gQu=41-2011-06-8)).
Beberapa Catatan
Tanpa mengurangi kerja keras pemerintah daerah, ada beberapa catatan dibalik penghargaan adipura yang diperoleh kota saya untuk ke empat kalinya.
Penghargaan Adipura di kota saya sepi dari partisipasi warga. Sebut saja misalnya kebersihan kota seluruhnya diproyekkan kepada CV dan tentu saja kontraknya sangat mahal. Kebersihan dan pengelolaan lingkungan yang bersifat top-down seperti itu relative mudah dilakukan. Yang penting punya duit, maka kota seluruhnya bisa bersih. Akan berbeda jika kebersihan dan pengelolaan lingkungan kota melibatkan partisipasi warga, tentu akan lebih membanggakan, karena penghargaan itu betul-betul diperoleh berangkat dari kesadaran dan partisipasi warga. Ada duit atau tidak, kota tetap bersih dan hijau. Wajar jika ucapan selamat di spanduk yang banyak bertebaran tak ada satu pun dari warga. Semuanya dari satker pamerintah daerah.
Sama dengan kota lain, setiap menjelang penilaian adipura selalu saja rakyat kecil terutama PKL dipinggirkan. Di kota saya juga sama. Berita-berita di media local seringkali memberitakan masalah ini setiap kali ada penilaian Adaipura.
Ini yang membuat saya terkesima sambil manggut-manggut. Bagaimana sebenarnya tim asesor dari pusat menilai kota saya yang sampai detik ini tidak memiliki peraturan daerah tentang tata ruang kota? Apakah tim asesor hanya menilai secara parsial dengan melihat kebersihan dan hijaunya sudut-sudut kota, tanpa melihat kota secara lebih utuh? Bukankah tata ruang kota saya amburadul, terutama banyaknya developer membangun perumahan di sawah-sawah yang sebenarnya masih produktif? Pada hal lahan produktif ini berjarak kira-kira 100 meter dari kota? Sebelum saya menulis saya sempatkan diri mengambil gambar sawah-sawah produktif yang sekarang beralih fungsi menjadi tempat hunian/perkantoran/hotel seperti di bawah ini. Maaf saya bukan tukang jepret professional, jadi nikmati saja.
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/1314114738145397934.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/131411489353721366.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/13141149591016294241.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/1314115063843846013.jpg
Nah tidak salah kan jika saya bilang, kota saya sebenarnya memperoleh penghargaan Adipura(-pura?)
oleh A. Dardiri Zubairi (http://www.kompasiana.com/www.kompasiana.com-dardiri)