masukamasukin
23rd August 2011, 05:44 AM
PADANG--MICOM: Meski Indonesia telah merdeka dari Belanda sejak 66 tahun silam, tapi secara kearsipan Indonesia masih terjajah. Buktinya, Belanda menjadi tujuan utama bagi ilmuwan yang melakukan studi tentang Indonesia dari berbagai disiplin ilmu.
Dosen dan Peneliti di Leiden University Institute for Area Studies Suryadi, dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Komunitas Padang Membaca (KPM) di Aula Museum Adityawarman Padang, Minggu (17/7), mencontohkan, Kota Leiden sebagai gambaran kedigdayaan Belanda atas arsip tentang Indonesia.
"Leiden, kota kecil berpenduduk 100 ribu jiwa di Belanda merupakan salah satu tempat penyimpanan banyak buku dan arsip mengenai Indonesia, termasuk Minangkabau. Bahkan, kalangan ilmuwan sosial dan humaniora menyebutnya Mecca of Indonesian Studies," ungkapnya.
Dia menambahkan, dua perpustakaan yang ada disana yakni, di Universitetsbiliootheek Leiden dan Koninklijk Institut voor Taal- Land- en- Volkenkunde (KITLV), tersimpan berbagai buku, naskah, brosur, pamflet, majalah, koran tua, sketsa, peta, surat-surat, foto, rekaman audio visual,
dan lainnya yang terkait dengan masa lalu dan masa kini Indonesia.
Menurutnya, sumber pertama yang dibawa dari Indonesia adalah foto, surat menyurat, jurnal, catatan kawin. "Tiap tahunnya sekitar ratusan yang dikirim. Sekarang masih tetap, tapi dengan cara membeli kepada masyarakat maupun lembaga," ujarnya.
"Selama 350 tahun dijajah tersebut, orang Belanda yang terdiri dari pegawai Binnenlands Bestuur, guru, peneliti, petualang, juru tulis kapal, telah menulis dan mencatat banyak hal mengenai budaya dan masyarakat Indonesia," jelasnya.
Suryadi menilai, bangsa Indonesia baik rakyat maupun pemerintahnya masih lemah memiliki kesadaran arsip.
"Tradisi pengarsipan kantor-kantor pemerintah sama lemahnya dengan instansi-instansi swasta," tandasnya.
Padahal, salah satu ciri penting bangsa yang maju, menurut pria yang akrab dipanggil Ajo ini adalah kuatnya tradisi membaca, mencata dan menulis apapun, mengumpulkan benda-benda budaya, dan mengarsipkannya dengan rapi.
sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/07/242777/293/14/Belanda_Kuasai_Arsip_Tentang_Indonesia
Dosen dan Peneliti di Leiden University Institute for Area Studies Suryadi, dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Komunitas Padang Membaca (KPM) di Aula Museum Adityawarman Padang, Minggu (17/7), mencontohkan, Kota Leiden sebagai gambaran kedigdayaan Belanda atas arsip tentang Indonesia.
"Leiden, kota kecil berpenduduk 100 ribu jiwa di Belanda merupakan salah satu tempat penyimpanan banyak buku dan arsip mengenai Indonesia, termasuk Minangkabau. Bahkan, kalangan ilmuwan sosial dan humaniora menyebutnya Mecca of Indonesian Studies," ungkapnya.
Dia menambahkan, dua perpustakaan yang ada disana yakni, di Universitetsbiliootheek Leiden dan Koninklijk Institut voor Taal- Land- en- Volkenkunde (KITLV), tersimpan berbagai buku, naskah, brosur, pamflet, majalah, koran tua, sketsa, peta, surat-surat, foto, rekaman audio visual,
dan lainnya yang terkait dengan masa lalu dan masa kini Indonesia.
Menurutnya, sumber pertama yang dibawa dari Indonesia adalah foto, surat menyurat, jurnal, catatan kawin. "Tiap tahunnya sekitar ratusan yang dikirim. Sekarang masih tetap, tapi dengan cara membeli kepada masyarakat maupun lembaga," ujarnya.
"Selama 350 tahun dijajah tersebut, orang Belanda yang terdiri dari pegawai Binnenlands Bestuur, guru, peneliti, petualang, juru tulis kapal, telah menulis dan mencatat banyak hal mengenai budaya dan masyarakat Indonesia," jelasnya.
Suryadi menilai, bangsa Indonesia baik rakyat maupun pemerintahnya masih lemah memiliki kesadaran arsip.
"Tradisi pengarsipan kantor-kantor pemerintah sama lemahnya dengan instansi-instansi swasta," tandasnya.
Padahal, salah satu ciri penting bangsa yang maju, menurut pria yang akrab dipanggil Ajo ini adalah kuatnya tradisi membaca, mencata dan menulis apapun, mengumpulkan benda-benda budaya, dan mengarsipkannya dengan rapi.
sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/07/242777/293/14/Belanda_Kuasai_Arsip_Tentang_Indonesia