vals
5th August 2011, 09:57 AM
Redupnya Api Kemerdekaan
http://1.bp.blogspot.com/__GBUutCZPmQ/TGlRi1dBrUI/AAAAAAAAAJ0/TutXNOaHB_8/s1600/Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jp g
Pintu gerbang yang telah mengantarkan bangsa Indonesia ke episode kehidupan yang bebas dari ketertindasan, baik secara fisik maupun psikis tak mempengaruhi nasib bangsa. Kata �merdeka� masih berada pada tataran �formalisme�, dan tetap membelenggu manusia-manusia yang ada di dalam negara �Indonesia�. Paradigma merdeka dalam konteks �merdeka yang sesungguhnya� lebih mengedepankan prinsip kebebasan �individu tertentu�.
Enam puluh enam tahun (66 tahun) bukan waktu yang singkat untuk membangun dan mensejahterakan suatu bangsa. Namun sistem pemerintahan seolah-olah mengabaikan kepentingan rakyat jelata. Orientasi kemerdekaan menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45 diselewengkan oleh rezim (penguasa) terdahulu dan diwarisi oleh rezim berikutnya. Kelompok masyarakat �rakyat jelata� menjadi tumbal penindasan secara sistemik. Inilah kenyataan yang ada di depan mata.
Tak dirasa telah terjadi proses pembunuhan secara perlahan dan secara massal bagi masyarakat miskin. Jerit tangis masyarakat miskin dianggap sebagai nyanyian yang melegenda sepanjang masa. Setiap kebijakan tak berpihak kepada kaum lemah, dan tak berpengaruh terhadap hidup dan penghidupan secara merata.
Kondisi yang ada sekarang bukan disebabkan karena faktor takdir dan faktor alamiah, tetapi lebih disebabkan oleh kesewenang-wenangan kekuasaan yang otoriter. Banyak rakyat yang dimiskinkan oleh serangkaian kebijakan yang terkesan tak berpihak kepada rakyat jelata.
Sangat disayangkan, negara terkaya di dunia karena sumberdaya alam yang melimpah dan jumlah sumberdaya manusia yang banyak sebagai pendukung terciptanya negara yang Sejahtera Adil dan Makmur, tak dijamin oleh sistem pemerintah yang bersih dan berwibawa. Jika dicermati secara seksama, maka bangsa yang telah merdeka 66 tahun yang lalu hanya melahirkan sistem yang penuh dengan nepotisme, korupsi dan kolusi.
Mimpi memasuki Indonesia baru yang aman dan bersih, tidak terlalu banyak menghasilkan dampak yang mendasar pada sektor kehidupan berbangsa. Perubahan di segala bidang seperti yang didengung-dengungkan pada masa kampanye tersendat oleh pertikaian dan konflik yang tak berkesudahan, serta tidak adanya kepastian hukum yang berlaku.
Kemerdekaan yang telah mencapai usia 66tahun, tak berbanding lurus dengan pembangunan kehidupan yang ada di dalamnya. Harusnya, sekarang kita sedang mengenyam manisnya �kemerdekaan� dengan berbagai kemudahan dan kenikmatan. Namun, sekarang kita masih berpacu dalam melodi kehidupan yang tak menentu serta nasib bangsa yang sulit ditebak. Disintegrasi kembali mengancam di saat kita menjelang memperingati bulan bersejarah �Peringatan Kemerdekaan 17 Agustus 1945�.
Api kemerdekaan yang seharusnya menjadi pelita di seluruh pelosok negeri ini kian meredup. Sejatinya, bangsa yang merdeka selalu dinamis dan mampu mengubah hidup masyarakatnya. Faktor lemahnya Imtaq, mental, moral, nilai dan etika berbangsa dan bernegara, menjadi penyebab atau sumber ketimpangan dalam sebuah struktur masyarakat Indonesia.(sumber) (http://sosbud.kompasiana.com/2011/08/05/redupnya-api-kemerdekaan/)
http://1.bp.blogspot.com/__GBUutCZPmQ/TGlRi1dBrUI/AAAAAAAAAJ0/TutXNOaHB_8/s1600/Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jp g
Pintu gerbang yang telah mengantarkan bangsa Indonesia ke episode kehidupan yang bebas dari ketertindasan, baik secara fisik maupun psikis tak mempengaruhi nasib bangsa. Kata �merdeka� masih berada pada tataran �formalisme�, dan tetap membelenggu manusia-manusia yang ada di dalam negara �Indonesia�. Paradigma merdeka dalam konteks �merdeka yang sesungguhnya� lebih mengedepankan prinsip kebebasan �individu tertentu�.
Enam puluh enam tahun (66 tahun) bukan waktu yang singkat untuk membangun dan mensejahterakan suatu bangsa. Namun sistem pemerintahan seolah-olah mengabaikan kepentingan rakyat jelata. Orientasi kemerdekaan menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45 diselewengkan oleh rezim (penguasa) terdahulu dan diwarisi oleh rezim berikutnya. Kelompok masyarakat �rakyat jelata� menjadi tumbal penindasan secara sistemik. Inilah kenyataan yang ada di depan mata.
Tak dirasa telah terjadi proses pembunuhan secara perlahan dan secara massal bagi masyarakat miskin. Jerit tangis masyarakat miskin dianggap sebagai nyanyian yang melegenda sepanjang masa. Setiap kebijakan tak berpihak kepada kaum lemah, dan tak berpengaruh terhadap hidup dan penghidupan secara merata.
Kondisi yang ada sekarang bukan disebabkan karena faktor takdir dan faktor alamiah, tetapi lebih disebabkan oleh kesewenang-wenangan kekuasaan yang otoriter. Banyak rakyat yang dimiskinkan oleh serangkaian kebijakan yang terkesan tak berpihak kepada rakyat jelata.
Sangat disayangkan, negara terkaya di dunia karena sumberdaya alam yang melimpah dan jumlah sumberdaya manusia yang banyak sebagai pendukung terciptanya negara yang Sejahtera Adil dan Makmur, tak dijamin oleh sistem pemerintah yang bersih dan berwibawa. Jika dicermati secara seksama, maka bangsa yang telah merdeka 66 tahun yang lalu hanya melahirkan sistem yang penuh dengan nepotisme, korupsi dan kolusi.
Mimpi memasuki Indonesia baru yang aman dan bersih, tidak terlalu banyak menghasilkan dampak yang mendasar pada sektor kehidupan berbangsa. Perubahan di segala bidang seperti yang didengung-dengungkan pada masa kampanye tersendat oleh pertikaian dan konflik yang tak berkesudahan, serta tidak adanya kepastian hukum yang berlaku.
Kemerdekaan yang telah mencapai usia 66tahun, tak berbanding lurus dengan pembangunan kehidupan yang ada di dalamnya. Harusnya, sekarang kita sedang mengenyam manisnya �kemerdekaan� dengan berbagai kemudahan dan kenikmatan. Namun, sekarang kita masih berpacu dalam melodi kehidupan yang tak menentu serta nasib bangsa yang sulit ditebak. Disintegrasi kembali mengancam di saat kita menjelang memperingati bulan bersejarah �Peringatan Kemerdekaan 17 Agustus 1945�.
Api kemerdekaan yang seharusnya menjadi pelita di seluruh pelosok negeri ini kian meredup. Sejatinya, bangsa yang merdeka selalu dinamis dan mampu mengubah hidup masyarakatnya. Faktor lemahnya Imtaq, mental, moral, nilai dan etika berbangsa dan bernegara, menjadi penyebab atau sumber ketimpangan dalam sebuah struktur masyarakat Indonesia.(sumber) (http://sosbud.kompasiana.com/2011/08/05/redupnya-api-kemerdekaan/)