sehatq
18th June 2019, 04:59 PM
Oleh Guiness World Record, Sultan Kosen dinyatakan sebagai manusia tertinggi di dunia. Namun oleh para ahli medis, pria asal Turki dengan tinggi badan 251 cm itu divonis menderita penyakit yang disebut sebagai gigantisme atau disebut juga akromegali pada orang dewasa.
Akromegali (https://www.sehatq.com/penyakit/akromegali) adalah istilah bagi orang yang homon pertumbuhannya meroket setelah menginjak usia dewasa (biasanya 30-50 tahun). Jika proses ini terjadi sebelum pubertas, orang itu disebut menderita gigantisme.
Apa sebenarnya penyebab akromegali?
Akromegali dan gigantisme sama-sama merupakan penyakit langka yang menyebabkan tinggi badan seseorang berlebihan sehingga terlihat seperti raksasa. Pada penderita akromegali, tubuh memproduksi hormon pertumbuhan yang terlalu banyak. Akibatnya, jaringan lunak dan tulang tumbuh sangat cepat dan berlebihan.
Seiring berjalannya waktu, tangan, kaki, rahang, dan tulang wajah penderita umumnya menjadi lebih besar dari ukuran normal. Namun berbanding terbalik dengan fisik yang makin besar, kemampuan otot penderita akromegali dan gigantisme justru kian lemah. Karena itu, mereka lebih cepat lelah dibanding manusia dengan ukuran normal.
Apakah akromegali bisa disembuhkan?
Dari luar, penderita akromegali tampak biasa saja. Mereka tetap bisa tersenyum, berjalan, maupun bersosialisasi layaknya manusia awam.
Namun, 95% penderita akromegali memiliki tumor bernama adenoma yang tumbuh di kelenjar pituitari. Tumor ini harus segera diangkat atau diobati agar pelepasan hormon pertumbuhan mereka kembali normal.
Penderita akromegali memiliki 3 opsi penyembuhan:
1. Operasi pengangkatan tumor pituitari: efektif untuk sebagian besar penderita akromegali meski penderita biasanya tetap harus meminum obat atau melakukan beberapa sesi radioterapi.
2. Obat: jika hormon pertumbuhan penderita akromegali masih tinggi setelah operasi, atau operasi tidak memungkinkan, dokter akan memberi resep obat untuk si pasien. Sayangnya, cara ini hanya terbukti bekerja pada sebagian kecil penderita akromegali.
3. Radioterapi: cara inilah yang dipilih oleh Sultan Kosen untuk menghentikan hormon pertumbuhan dalam tubuhnya. Dan memang berhasil! Hanya saja, butuh beberapa tahun sebelum radioterapi benar-benar menunjukkan efeknya, sehingga pasien tetap harus mengonsumsi obat dalam jangka waktu tersebut.
Perlu diingat bahwa opsi penyembuhan ini hanya menormalkan atau menghentikan hormon pertumbuhan, bukan mengembalikan tubuh ke ukuran normal. Jadi, seperti Sultan Kosen, ketika hormon pertumbuhan berhenti saat tingginya mencapai 251 cm, ukuran itulah yang akan ia bawa hingga akhir hayat.
Akromegali (https://www.sehatq.com/penyakit/akromegali) adalah istilah bagi orang yang homon pertumbuhannya meroket setelah menginjak usia dewasa (biasanya 30-50 tahun). Jika proses ini terjadi sebelum pubertas, orang itu disebut menderita gigantisme.
Apa sebenarnya penyebab akromegali?
Akromegali dan gigantisme sama-sama merupakan penyakit langka yang menyebabkan tinggi badan seseorang berlebihan sehingga terlihat seperti raksasa. Pada penderita akromegali, tubuh memproduksi hormon pertumbuhan yang terlalu banyak. Akibatnya, jaringan lunak dan tulang tumbuh sangat cepat dan berlebihan.
Seiring berjalannya waktu, tangan, kaki, rahang, dan tulang wajah penderita umumnya menjadi lebih besar dari ukuran normal. Namun berbanding terbalik dengan fisik yang makin besar, kemampuan otot penderita akromegali dan gigantisme justru kian lemah. Karena itu, mereka lebih cepat lelah dibanding manusia dengan ukuran normal.
Apakah akromegali bisa disembuhkan?
Dari luar, penderita akromegali tampak biasa saja. Mereka tetap bisa tersenyum, berjalan, maupun bersosialisasi layaknya manusia awam.
Namun, 95% penderita akromegali memiliki tumor bernama adenoma yang tumbuh di kelenjar pituitari. Tumor ini harus segera diangkat atau diobati agar pelepasan hormon pertumbuhan mereka kembali normal.
Penderita akromegali memiliki 3 opsi penyembuhan:
1. Operasi pengangkatan tumor pituitari: efektif untuk sebagian besar penderita akromegali meski penderita biasanya tetap harus meminum obat atau melakukan beberapa sesi radioterapi.
2. Obat: jika hormon pertumbuhan penderita akromegali masih tinggi setelah operasi, atau operasi tidak memungkinkan, dokter akan memberi resep obat untuk si pasien. Sayangnya, cara ini hanya terbukti bekerja pada sebagian kecil penderita akromegali.
3. Radioterapi: cara inilah yang dipilih oleh Sultan Kosen untuk menghentikan hormon pertumbuhan dalam tubuhnya. Dan memang berhasil! Hanya saja, butuh beberapa tahun sebelum radioterapi benar-benar menunjukkan efeknya, sehingga pasien tetap harus mengonsumsi obat dalam jangka waktu tersebut.
Perlu diingat bahwa opsi penyembuhan ini hanya menormalkan atau menghentikan hormon pertumbuhan, bukan mengembalikan tubuh ke ukuran normal. Jadi, seperti Sultan Kosen, ketika hormon pertumbuhan berhenti saat tingginya mencapai 251 cm, ukuran itulah yang akan ia bawa hingga akhir hayat.