Log in

View Full Version : Kasus Siami Mencuat, Saatnya Gerakan Jujur Nasional


Reporter
15th June 2011, 11:10 AM
http://images.detik.com/content/2011/06/15/10/ortu-AL-D.jpg


Jakarta - Mau jujur malah hancur. Itulah yang dialami Siami dan AL, putranya, yang mengungkap kasus contek massal SDN Gadel II/577 Tandes, Surabaya. Padahal ketidakjujuran justru membawa ke jurang kehancuran. Karenanya, sudah saatnya gerakan jujur nasional digalakkan.

"Saya kira sudah saatnya sekarang ini gerakan jujur nasional. Mau jadi apa bangsa kita kalau yang tidak jujur malah dibela. Ketidakjujuran itu tidak bisa dihindari," ujar pengamat pendidikan Arief Rachman kala berbincang dengan detikcom, Rabu (15/6/2011).

Arief mendukung apa yang telah dilakukan Siami dan putranya, yang berani berkata jujur. Dia meminta Siami agar tidak perlu takut, dan untuk memberi keamanan bagi yang bersangkutan, maka aparat keamanan dan pemerintah harus memberikan jaminan keamanan.

"Sementara Ibu Siami mungkin perlu hijrah dulu agar semua tenang. Masyarakat juga harus diberi pencerahan dan penjelasan. Kejujuran itu harus dimenangkan," sambung Arief.

Guru besar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menambahkan, tidak ada toleransi bagi ketidakjujuran. Karena itu dia mendukung diberikannya sanksi kepada pihak sekolah yang dianggap bertanggung jawab atas peristiwa mencontek massal.

"Sanksi itu harus sesuai aturan yang berlaku. Tidak ada kompromi pada kecurangan. Kalau kecurangan dibela, negara ini bisa tumbang. Sanksi harus dilaksanakan dan yang bersangkutan harus menerima dan menjalankannya," sambung pria berkacamata ini.

Soal contek mencontek di sekolah, menurutnya, akan terus ada dan tidak akan berhenti. Seolah mencontek sudah menjadi penyakit yang tidak sembuh-sembuh. Bahkan menurut Arief, di tingkat profesor pun masih ada yang berlaku curang.

"Karenanya, di tingkat rumahtangga dan sekolah harus dibina ke arah yang benar. Sikap bertanggung jawab harus ditanamkan," tambah Arief.

Menurutnya, Kemendiknas harus melakukan evaluasi dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Harus ada pengawasan yang lebih ketat agar kecurangan di kegiatan apapun semakin minim.

Kasus ini bermula dari laporan AL kepada ibunya, Siami. AL mengaku diminta untuk memberi contekan kepada teman-temannya saat mengikuti ujian. Siami lalu mengadu ke Komite Sekolah, namun tidak ditanggapi.

Siami lantas membawa kasus ini ke media massa. Setelah diberitakan, kasus ini sampai ke telinga Walikota Surabaya. Kasus ini pun diproses. Berbagai tanggapan muncul setelah kasus ini mencuat. Termasuk dari wali murid lain yang menuding Siami tidak punya hati.

Karena dianggap melakukan pembiaran terjadinya contekan massal, Kasek SDN Gadel II, Sukatman dianggap bersalah. Sukatman dikategorikan melakukan pelanggaran berat yang paling ringan dengan sanksi penurunan pangkat dari IVa menjadi IIId.

Sukatman juga dicopot dari jabatan kepala sekolah. Sukatman juga tidak diperkenankan menjadi guru selama tiga tahun. Kini Sukatman ditempatkan di Dinas Pendidikan Kota Surabaya sebagai staf.

Sementara dua guru yakni Fatchur Rohman yang juga wali kelas VIA dan Prayitno guru kelas VIB dianggap melakukan pelanggaran disiplin. Sanksi yang diterima yakni, penurunan pangkat satu tingkat di bawahnya dan jabatan fungsional sebagai guru juga ikut lepas. Sanksi tersebut berlaku selama satu tahun.

Sanksi yang diterima ketiga pendidik ini membuat sejumlah wali murid lainnya marah. Mereka menuding Siami dan keluarganya tidak punya hati. Mereka bahkan mengusir keluarga Siami.

Mereka juga meminta Siami meminta maaf ke sekolah. Meski tuntutan itu sudah dilakukan, warga juga masih mengusir Siami. Peristiwa ini membuat AL ketakutan.

sumber (http://www.detiknews.com/read/2011/06/15/100354/1660536/10/kasus-siami-mencuat-saatnya-gerakan-jujur-nasional)

Reporter
15th June 2011, 11:12 AM
http://images.detik.com/content/2011/06/15/10/siami-fb.jpg


Jakarta - Keberanian Siami untuk menegakkan kejujuran meraih simpati. Sekelompok aktivis akan memberikan dukungan pada kejujuran penjahit gorden dari kampung Gadel, Tandes, Surabaya, itu pada Kamis (16/6/2011).

Undangan pemberian dukungan itu meruak di media sosial Twitter. "Acara pemberian dukungan pada kejujuran ibu Siami direncanakan hari Kamis 16 Juni pukul 10.00 di aula Mahkamah Konstitusi. Mohon kehadirannya," demikian salah satu bunyi undangan itu.

Undangan lainnya berbunyi, "Ibu Siami akan hadir di Mahkamah Konstitusi besok 16 Juni pukul 10. Terbuka untuk umum kok."

"Saya sangat bangga dengan Ibu Siami. Saya setuju akan tindakannya dan saya akan memberikan dia apresiasi. Di MK saya akan datang memberikan respek saya pada Ibu Siami," kata pengacara Todung Mulya Lubis pada detikcom, Rabu (15/6/2011). Todung terlibat dalam gerakan pemberian apresiasi itu.

Saat ini Siami, ibu dari siswa Alif, yang bersekolah di SDN Gadel 2, berada di Jakarta. Selain tampil di talkshow MetroTV, Siami juga akan diundang untuk bertemu dengan pimpinan MPR.

Kisah Siami bermula dari laporan buah hatinya, Alif, yang cukup cerdas. Saat Ujian Nasional (UN), Alif diminta gurunya untuk memberikan contekan pada teman-temannya. Sesampai di rumah, Alif mengadu kepada ibunya, seorang mantan buruh pabrik sepatu. Siami lalu mengadu ke kepala sekolah dan komite sekolah, namun tidak digubris.

Kasus ini lalu masuk media massa sehingga menarik perhatian Walikota Surabaya. Kepala sekolah dan dua guru SD tersebut mendapat sanksi. Sedangkan warga Gadel marah besar pada Siami dan keluarganya dan menyebutnya sebagai "sok pahlawan" dan "tak punya hati nurani". Warga mendesak Siami minta maaf. Siami memenuhi tuntutan warga.

Namun warga tetap marah dan mencaci keluarga itu.Warga juga mengusir mereka dari kampung Gadel. Akhirnya, Siami dan keluarga mengungsi ke keluarganya di Gresik.

sumber (http://www.detiknews.com/read/2011/06/15/102053/1660552/10/apresiasi-pada-kejujuran-siami-akan-digelar-di-aula-mk)

Reporter
15th June 2011, 11:25 AM
http://images.detik.com/content/2011/06/15/10/siami.jpg


Jakarta - Anggota DPR Hidayat Nur Wahid berharap, pemerintah memberikan apresiasi pada Siami, sang pembongkar contekan massal. Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh juga harus berpihak pada Siami dan anaknya, Alif.

"Saya berharap Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim, Kanwil Pendidikan Kabupaten dan Kota termasuk Menteri Pendidikan M Nuh berpihak pada orangtua dan murid yang berani mengungkapkan kejujuran," ujar Hidayat.

Hidayat mengatakan itu sebelum acara saresehan budaya bertajuk Pancasila sebagai Modal Sosial Bangsa dan Konsensus Nasional dalam Bingkai NRKI di Gedung Nusantara IV, Senayan, Jakarta, Rabu (15/6/2011).

Mantan Presiden PKS ini menilai, dengan terungkapnya kasus ini, perlu dilakukan pembenahan pada ujian nasional (UN). UN tidak hanya sekadar nilai, tapi karakter kejujuran baik kejujuran pada murid dan guru-guru, sesuai dengan reformasi pendidikan nasional.

Sementara pengucilan yang diterima Siami dan Alif dari masyarakat, lanjut Hidayat, mencerminkan mahalnya nilai kejujuran. Masyarakat yang mengucilkan harus diberi pengertian.

"Masyarakat yang mengucilkan harus diberi pemahaman, mana yang benar, mana yang salah," kata mantan Ketua MPR ini.

Kisah Siami bermula dari laporan Alif, anak Siami, yang tergolong anak pintar. Alif disarankan gurunya untuk memberikan jawaban ke kawan-kawannya saat UN SD. Siami mengadu ke kepsek dan komite sekolah, namun tak digubris. Kisah ini lalu tercium media. Dan buah dari kejujuran si "whistleblower" itu justru kepahitan.

Siami dan keluarganya dimusuhi warga dan walimurid. Bahkan keluarga jujur itu didemo dan diusir meninggalkan rumahnya di Gadel Sari Barat, Tandes, Surabaya. Siami dan keluarga lalu mengungsi ke Gresik.

sumber (http://www.detiknews.com/read/2011/06/15/105627/1660593/10/mendiknas-harus-berpihak-pada-siami-un-harus-dibenahi)

Reporter
15th June 2011, 11:28 AM
http://images.detik.com/content/2011/06/15/10/Todung-D.jpg


Jakarta - Siami, seorang ibu tamatan SMP menggugat guru-guru anaknya, Alif, yang menyuruh memberikan contekan saat Ujian Nasional (UN). Tindakan Siami ini patut didukung. Karena bila guru-guru itu membiarkan bahkan menyuruh muridnya mencontek, sama saja menyemai bibit koruptor.

"Kejujuran itu senjata yang paling ampuh untuk melawan korupsi dan kita seharusnya memiliki kejujuran itu. Nah, inilah nilai-nilai yang kita warisi sebagai manusia dari pendahulu kita, para nabi, seperti Nabi Muhammad basisnya kejujuran, semua agama juga mengajarkan kejujuran," ujar aktivis antikorupsi yang juga Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia (TII) Todung Mulya Lubis ketika berbincang dengan detikcom, Rabu (15/6/2011).

Todung tersentak ketika mengetahui bahwa guru sekolah di satu SD di Surabaya meminta pada siswanya untuk memberikan contekan supaya semua siswanya lulus. Dalam sistem pendidikan yang ada sekarang, pikiran untuk meluluskan semua siswa itu tidak salah. Namun menyuruh untuk mencontek untuk lulus, sama saja menyemai bibit koruptor di sekolah.

"Tidak boleh meluluskan siswa dengan membolehkan mencontek jawaban siswa yang lain. Nah kita sudah menyemai benih-benih korupsi karena masyarakat yang bersangkutan tidak jujur. Sama saja dengan kamu bisa menjadi kaya dengan mendapatkan hak orang lain, kamu bisa jadi pintar jika ada orang lain yang memberikan contekan," tegas Todung.

Apa yang dilakukan guru Alif di Surabaya itu, bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Siami, imbuh Todung, 'membangunkan' masyarakat dari ketidakjujuran yang sepele.

"Hal itu terjadi di lingkungan sekolah pada ujian akhir nasional. Tapi kita memberikan pembenaran terhadap ketidakjujuran, kita juga menanam benih-benih untuk korupsi di masa depan. Dia (Siami) menunjukkan masyarakat Indonesia sedang sakit nilai, diajarkan untuk nyontek, nyolong. Kalau mengeluh korupsi begitu sistemik, endemik di Indonesia, karena nilai-nilai kejujuran sudah ditinggalkan," jelas Todung.

sumber (http://www.detiknews.com/read/2011/06/15/110228/1660596/10/guru-biarkan-mencontek-sekolah-jadi-persemaian-bibit-koruptor)

Reporter
15th June 2011, 11:30 AM
http://images.detik.com/content/2011/06/15/10/ujian-nasional-ilustrasi.jpg


Jakarta - Siami dan putranya, Alif, terusir dari kampungnya gara-gara membongkar kasus mencontek massal di SDN Gadel II/577 Tandes, Surabaya. Mencontek massal ini juga dilaporkan terjadi di SDN 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Ujian Nasional (UN) dinilai mencekam sehingga memicu siswa mencontek massal.

"Ini adalah salah satu dampak UN yang mencekam dan mengkhawatirkan karena ada target tentang kelulusan," kata Ketua Komnas Anak, Arist Merdeka Sirait, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (15/6/2011).

UN menjadi mencekam karena ada target yang harus dicapai. Target yang penting lulus itu lantas meminggirkan moralitas, disadari atau tidak. UN yang demikian, menurut Arist, mendidik anak menjadi tidak jujur dan plagiator.

"Padahal lingkungan sekolah itu bukan hanya mendidik intelektualitas tapi juga moralitas," sambung pria berkecamata ini.

Arist berpendapat, ketimbang menggelar UN, sebaiknya yang dilakukan adalah melakukan evaluasi tahap akhir. Evaluasi ini untuk menguji apakah siswa mampu bersaing atau tidak di masa mendatang dan untuk melihat karakter siswa.

"Ini bukan game tapi evaluasi. Kalau siswa tidak pernah siap karena tidak suka dengan pelajaran yang harus dihadapi dalam UN yang saya sebut game, bagaimana mereka bisa menghadapi game," tuturnya.

Seperti diketahui, Siami dan keluarganya harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi demi menghindari kemarahan warga. Warga menuding Siami tidak punya hati karena akibat kejujurannya mengungkap mencontek massal, kepala sekolah dan dua guru SDN Gadel II/577 Tandes diberi sanksi.

Sedangkan kasus yang terjadi di SDN 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dilaporkan Irma Lubis ke Komisi Nasional Perlindungan Anak. Menurut pengakuan anak Irma, menjelang UN 2011 siswa diminta membuat kesepakatan di mana anak yang pintar harus membantu murid yang kurang pintar.

sumber (http://www.detiknews.com/read/2011/06/15/111759/1660621/10/un-mencekam-picu-siswa-mencontek-massal)

Reporter
15th June 2011, 12:27 PM
http://images.detik.com/content/2011/06/15/10/Todung-D.jpg


Jakarta - Siami, seorang ibu yang melaporkan guru anaknya karena menyuruh memberikan contekan saat Ujian Nasional (UN), menimbulkan pertanyaan, apa yang salah dengan UN dalam sistem pendidikan nasional? UN dinilai membebani guru bak sopir bus yang dikejar setoran.

"Tentu saya juga masih bertanya, bagaimana UN itu efektif? Ini kan seperti sopir bus, guru dibebani target untuk meluluskan siswanya," ujar aktivis antikorupsi yang juga Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia (TII) Todung Mulya Lubis ketika berbincang dengan detikcom, Rabu (15/6/2011).

UN, imbuhnya, tidak bisa dijadikan batu uji karena menyamaratakan UN dan kualitas sekolah di seluruh Indonesia. Hal ini akibat masih adanya sentralisasi pendidikan di Indonesia.

"Harusnya (tiap sekolah) ada standar yang diaudit Kemendiknas karena yang kenal dengan siswanya kan guru sekolahnya. Perlu meninjau sejauh mana UN itu fungsional, mencapai sasaran yang kita inginkan," jelasnya.

Selain UN dalam sistem pendidikan nasional, Todung menyoroti minimnya keteladanan yang semakin memudar dalam kegiatan belajar mengajar.

"Tidak ada teladan, itu kan semakin lama semakin memudar. Saya tidak mengatakan semua guru seperti itu, masih banyak guru yang sangat mulia memperjuangkan nilai-nilai kejujuran," jelas Todung yang menyatakan tak pernah mencontek selama bersekolah itu.

Seperti diketahui, Siami dan keluarganya harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi demi menghindari kemarahan warga. Warga menuding Siami tidak punya hati karena akibat kejujurannya mengungkap mencontek massal, kepala sekolah dan dua guru SDN Gadel II/577 Tandes diberi sanksi.

Kasus contek massal serupa juga terjadi di SDN 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, sebagaimana yang dilaporkan Irma Lubis ke Komisi Nasional Perlindungan Anak. Menurut pengakuan anak Irma, menjelang UN 2011 siswa diminta membuat kesepakatan di mana anak yang pintar harus membantu murid yang kurang pintar.

sumber (http://www.detiknews.com/read/2011/06/15/114710/1660647/10/un-perlu-di-review-jangan-jadikan-guru-bak-sopir-kejar-setoran)

Reporter
15th June 2011, 12:28 PM
http://images.detik.com/content/2011/06/15/10/ujian-nasional-ilustrasi.jpg


Jakarta - Ujian Nasional (UN) diusulkan dilakukan sekolah yang siswanya kedapatan mencontek massal. Namun Komnas Anak menilai UN ulang tidak tepat dilakukan. Tidak selayaknya anak-anak seolah mendapat hukuman untuk melakukan UN lagi.

"Anak-anak tidak bersalah. UN ulang itu tidak mengedepankan prinsip perlindungan anak," ujar Ketua Komnas Anak, Arist Merdeka Sirait, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (15/6/2011).

UN ulang, imbuhnya, terlihat seperti melimpahkan kesalahan kepada anak didik. Padahal mencontek massal muncul sebagai potret desain sistem yang tidak baik, di mana menjadikan UN menjadi menakutkan karena ada target kelulusan yang harus dicapai.

"Kalau UN ulang dilakukan, maka itu keputusan emosional yang tidak berpihak kepada anak," tambah Arist.

Menurutnya, adanya UN diterjemahkan oleh Dinas Pendidikan dan sekolah bahwa siswanya harus 100 persen lulus. Itulah yang kemudian menyebabkan munculnya target yang penting lulus sehingga disadari atau tidak jadi meminggirkan moralitas. UN yang demikian, menurut Arist, mendidik anak menjadi tidak jujur dan plagiator.

"Jika UN ulang digelar, maka itu bentuk teror negara dalam bentuk psikis. Tidak mengedepankan prisip perlindungan anak," ucap Arist.

Daripada UN ulang, Arist mengusulkan agar penyelenggaraan UN dievaluasi lagi oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Ke depannya dia berharap, evaluasi tahap akhir akan digelar sebagai pengganti UN.

"Evaluasi ini untuk menguji apakah siswa mampu bersaing atau tidak di masa mendatang. Evaluasi ini juga untuk melihat karakter siswa," kata Arist.

Seperti diketahui, Siami dan keluarganya harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi demi menghindari kemarahan warga. Warga menuding Siami tidak punya hati karena akibat kejujurannya mengungkap mencontek massal, kepala sekolah dan dua guru SDN Gadel II/577 Tandes diberi sanksi.

Kasus mencontek massal juga dilaporkan terjadi di SDN 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Hal itu dilaporkan Irma Lubis ke Komisi Nasional Perlindungan Anak. Menurut pengakuan anak Irma, menjelang UN 2011 siswa diminta membuat kesepakatan di mana anak yang pintar harus membantu murid yang kurang pintar.

sumber (http://www.detiknews.com/read/2011/06/15/115304/1660658/10/komnas-anak-un-ulang-tak-tepat-di-sekolah-yang-contek-massal)

meR
15th June 2011, 12:37 PM
yang ga punya hati yang mendukung acara nyontek masal...... udah ga punya hati, ga punya malu dan ga punya otak.......

nilai tinggi kalo ga jujur apa gunanya??? ..... karena itu banyak pejabat kita yang katanya punya IP tinggi (mau jadi PNS harus IP tinggi) tapi pas udah jadi PNS ga jujur.... karena emang untuk punya IP tinggi jujur itu ga perlu

hktoyshop
15th June 2011, 01:28 PM
wah.
bagus tuh bikin gerakan jujur nasional..

DreamWorld
15th June 2011, 08:39 PM
:belajar:jujur adalah sebagian perbuatan dari iman,ayo galakan kejujuran d negara ini

FloatToGfx
15th June 2011, 09:54 PM
This thread's brought to you by FloatToGfx (http://ceriwis.us/member.php?u=9441)

:ceriwislove::loveceriwis::ceriwislove:
http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/05/05/89144_ujian_akhir_berstandar_nasional_300_225.jpg


VIVAnews - Menyikapi kemelut 'nyontek massal' yang ditudingkan terjadi di SDN Gadel II, Surabaya, Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto menilai kedua belah pihak, baik orang tua siswa sebagai pelapor dan warga setempat sama-sama menjadi korban.

"Keduanya sebagai korban dari fenomena dunai pendidikan yang terjadi akhir-akhir ini. Karena mereka terlihat ketakutan dari pelaksanaan ujian nasional (UN)," kata Bagong, Rabu, 15 Juni 2011.

Dijelaskan, kasus SDN Gadel harus segera diseleseikan. Terutama dari sisi reaksi masyarakat. Sebab, menurutnya, jika dibiarkan berlarut-larut fenomena itu akan menjadi gunung es dan bisa merembet kemana-mana.

Menurutnya, reaksi masyarakat di sekitar sekolah dalam menyikapi permasalahan itu sangat berlebihan. Terlebih, telah mengarah ke persoalan kriminal yang dialami orangtua Alif, Siami dan Widodo. Dan, itu harus menjadi pengalaman bagi keluarga Siami.

"Pemerintah harus memberikan jaminan. Yakni, jaminan keamanan, jaminan bersekolah dengan aman. Kalau tidak maka keluarga ini akan mengalami trauma," jelasnya.

Sebelumnya, Siami tidak terima anaknya diduga 'diperalat' dengan memberikan contekan ke teman sekelasnya saat mengerjakan UN di SDN Gadel II Surabaya. Kasus itu kemudian bergulir dan menjadi perhatian publik.

Imbasnya, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini memberikan "vonis", kepala sekolah dan dua guru harus menerima sanksi penurunan pangkat 1-3 tahun dan tidak diperbolehkan menjabat sebagai kepala sekolah maupun guru. Sebaliknya, Siami dan keluarga harus menyingkir dari tempat tinggalnya karena mendapat tekanan dari masyarakat, 'diusir' dari rumahnya. Siami dituding berlebihan melaporkan pihak sekolah ke Diknas Pendidikan Kota Surabaya. Laporan : Tudji Martudji | Surabaya (adi)

http://content.boostmobile.com/boostwebapp/images/loading_bar.gif

Alright. Thanks for your visit in this thread.

Regards


FloatToGfx
:dance: (http://ceriwis.us/member.php?u=9441)

Source? Here it is. (http://nasional.vivanews.com/news/read/227086-siami-jadi-korban-pelaksanaan-ujian-nasional)

sonodhanny
16th June 2011, 12:51 PM
masalah yg terlalu dibesar - besarkan nih,,, kasian banget,,, :mewek:

hktoyshop
16th June 2011, 02:33 PM
wah..
kasian banget tuh si siami..

atheis
16th June 2011, 03:12 PM
http://image.tempointeraktif.com/?id=79926&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=79926&width=490)
Ibu Siami (kerudung hijau). TEMPO/Fully Syafi




TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono berharap kejujuran Siami, ibu Al yang diperintah gurunya memberi sontekan bagi teman-temannya di Sekolah Dasar Negeri 2 Gadel Surabaya, bisa diterima warga Gadel. Harapan itu tertuang dalam pesan pendeknya yang dibacakan Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Bambang Harymurti pada deklarasi Koalisi Masyarakat Pendukung Kejujuran Ibu Siami di Mahkamah Konstitusi, Kamis, 16 Juni 2011.

"Kejujuran, solidaritas, dan kebersamaan adalah nilai-nilai luhur yang seharusnya tidak saling berbenturan. Semoga kejujuran Ibu Siami bisa berbaur kembali dengan solidaritas dan kebersamaan warga Gadel," kata Bambang Harymurti.

Siami hingga kini masih enggan kembali tinggal di Gadel setelah kontroversi sontekan itu membuatnya diusir warga.

Sedianya Boediono akan berbicara lewat telewicara video dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, namun kendala teknis tak memungkinkannya.

Pesan singkat tersebut disampaikannya kepada Siami melalui telewicara video dari gedung Mahkamah Konstitusi. Al, Siami, dan Widodo, suami Siami, melakukan telewicara dari kampus Universitas Airlangga Surabaya.

Dalam telewicara itu Bambang menyampaikan, Staf Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim Agus Purnomo mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ingin pula mengundang Siami ke Istana untuk bertemu. "Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas juga ingin mengundang Bu Siami untuk memberikan penghargaan," kata Bambang.

Siami pun menjawab melalui telewicara, "Insya Allah (datang) Pak."

BUNGA MANGGIASIH

~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/06/16/brk,20110616-341155,id.html)

atheis
16th June 2011, 03:14 PM
http://image.tempointeraktif.com/?id=79926&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=79926&width=490)
Ibu Siami (kerudung hijau). TEMPO/Fully Syafi




TEMPO Interaktif, Jakarta - Sosiolog Imam Prasodjo berpendapat kontroversi Siami, ibu Al yang diperintah gurunya memberi sontekan bagi teman-temannya di Sekolah Dasar Negeri 2 Gadel Surabaya, adalah momentum bagus membangun kejujuran bangsa. Pendukung kejujuran harus kompak melawan praktisi kebohongan yang disebutnya rajin berkoalisi.

"Ini simbol bahwa suara kejujuran hati nurani masih mendapat tempat di masyarakat," kata Imam di sela-sela deklarasi Koalisi Masyarakat Pendukung Kejujuran Ibu Siami di Mahkamah Konstitusi, Kamis, 16 Juni 2011.

Menurut Imam, kebijakan pemerintah kini sering mendorong masyarakat ke arah keliru. Sebab, sistem membuat orang terpaku pada hasil, bukannya proses, sehingga jalan pintas ditempuh. "Bukan hanya Ujian Nasional, di kepolisian, peradilan, orang baik pun akan jadi jahat," papar Imam.

Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia, Todung Mulya Lubis, mengatakan Indonesia yang korupsinya sistemik, endemik, dan tersebar luas tak akan tertolong jika masyarakatnya tak bergerak mengubah diri. "Salam hormat pada Ibu Siami, Anda telah menjadi tonggak kehidupan bangsa yang sakit ini, pengingat kita semua untuk masa depan yang lebih baik," papar Todung.

Todung mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak saja bicara tentang memberantas korupsi, tapi juga turun tangan memerangi kecurangan di bidang pendidikan.

Sejumlah tokoh masyarakat menghadiri deklarasi Koalisi itu. Selain Imam dan Todung, ada Koordinator Indonesia Corruption Watch Danang Widoyoko, Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Abdul Harris Semendawai, anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum Mas Achmad Santosa, mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris, serta Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Indonesia, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid. Ada pula Direktur Umum PT Tempo Inti Media Tbk Bambang Harymurti dan Direktur Eksekutif Tempo Institute Mardiyah Chamim.

Sebagian dari mereka menandatangani poster bergambar Siami bertuliskan "Jujur itu Hebat", yang bakal diberikan pada Siami. Yenny Wahid menuliskan, "Kejujuran adalah yang sunyi, tapi kemenangan ada di ujung jalan itu apabila kita tetap kukuh menapaknya."

BUNGA MANGGIASIH

~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/06/16/brk,20110616-341163,id.html)

FloatToGfx
16th June 2011, 03:25 PM
Thread ane dimerge gak taunya... :gg:

atheis
16th June 2011, 03:28 PM
Thread ane dimerge gak taunya... :gg:
semua trit yg sejenis biasanya kami jadiin satu biar memudahkan pembaca :D

atheis
16th June 2011, 03:30 PM
TEMPO Interaktif, Surabaya - Dukungan bagi Siami, ibu rumah tangga yang membongkar praktek sontek massal di Sekolah Dasar Negeri Gadel 2 Surabaya, Jawa Timur, terus mengalir. Di dunia maya, dukungan bagi siami mengalir dari beberapa akun baik Facebook maupun Twitter.

Di Facebook, misalnya, setidaknya terdapat sekitar lima grup di antaranya "Dukung Ibu Siami dan Alifah membongkar contek massal di SDN Gadel 2 Surabaya", juga grup "Berjuta Dukungan untuk Bu Siami", "Dukungan untuk Ny Siami", "Dukungan untuk Ibu Siami dan Anaknya AAm Agar Tetep Menegakkan Kejujuran", serta "Sejuta Dukungan untuk Keluarga AL yang Bongkar Contekan Massal di Surabaya".

Budi Sugiarto, pendiri grup "Sejuta Dukungan untuk Keluarga AL yang Bongkar Contekan Massal di Surabaya", mengatakan dirinya sengaja membuat grup ini untuk menarik simpati sebanyak-banyaknya pengguna Facebook dan mendukung upaya Siami menegakkan kejujuran.

Uglu--panggilan Budi Sugiarto--yang juga jurnalis senior di salah satu mediaonline di Surabaya itu mengatakan dirinya semula tidak berniat membuat grup ini. "Saya awalnya cari grup untuk gabung ke grup mendukung Ibu Siami, tapi kok belum ada," kata Uglu, "Malam itu juga akhirnya saya putuskan untuk bikin grup ini," ujarnya.

Hingga saat ini, grup bikinannya ini telah mendapatkan 9.520 anggota. Meski tak menargetkan berapa jumlah anggota grupnya ini, ia optimistis pendukung grup ini akan menembus angka satu juta dukungan.

Rupa-rupa dukungan disampaikan di grup yang mulai dibikin pada Sabtu 11 Juni 2011 sekitar pukul 20.00 malam lalu itu. Di antaranya status yang dikirimkan Zaitin Noor: "Tanda akhir zaman, semua di balik, kejujuran tak berarti lagi, malah kejujuran seperti hal yang tabu untuk dilakukan, Masya Allah." Demikian juga akun Louis Arifullah: "Jujur menjadi sesuatu yang teramat langka, mari mulailah dari diri kita."

Pemilik akun Rizal Rosadi menulis lain lagi: "Kita begitu mudahnya menemukan fakta atau bukti atau saksi aksi nyontek UN di sekitar kita, seperti mudahnya mencari batu di halaman, tapi sayang orang sehebat Pak Nuh tidak bisa menemukannya, Aneh."

Tak hanya itu, beberapa pemilik akun bahkan minta moderator grup membikin rekening khusus untuk membantu Siami membeli rumah baru pasca-pengusiran dari kampung halamannya. Namun, permintaan pembukaan rekening ini ditolak moderator grup.

"Saya tidak mau, kejujuran tidak harus dibeli, tidak harus diberi hadiah karena nanti akhirnya orang malah termotivasi jujur karena imbalan," kata Uglu. Selain itu, "Saya juga tidak mau terjebak soal duit, rekening kan pribadi nanti siapa yang mengaudit, kalau memang ada yang berminat silakan buka rekening sendiri. Saya hanya memfasilitasi saja lewat grup ini," tulis dia.

Tak hanya di akun Facebook, dukungan serupa juga muncul di jejaring Twitter. Akun Twitter milik budayawan Sudjiwo Tedjo menuliskan "Tambah lagi dua museum di Indonesia, museum kejujuran Irma Winda Lubis di Jakarta dan museum kejujuran Siami di Surabaya".

Para jancukers--begitu Sudjiwo menyebut pengikut Twitter-nya--mengomentari kicauan budayawan ini dengan meraneka ocehan di antaranya: "Museum koruptor ada ndak?" tanya jancukers bernama Dtoet.

Bahkan Wakil Presiden Boedino juga berkicau dengan judul "Semoga kejujuran Ibu Siami bisa berbaur kembali dalam solidaritas dan kebersamaan dengan warga Gadel". Ocehan Boediono ini langsung mendapat beberapa tanggapan di antaranya Widartoadi: "Datengin aja Pak warga Gadelnya".

Yang pasti, setelah bermunculan dukungan di situs jejaring sosial ini, berbagai dukungan yang konkret terus bermunculan. Ada yang memberikan piagam, trofi, ataupun dukungan lainnya.

FATKHURROHMAN TAUFIQ

~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/06/16/brk,20110616-341172,id.html)

FloatToGfx
16th June 2011, 03:46 PM
This post's brought to you by FloatToGfx (http://ceriwis.us/member.php?u=9441)

:ceriwislove::loveceriwis::ceriwislove:
http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/06/15/113487_dukungan-untuk-siami_300_225.jpg

VIVAnews - Tragedi dugaan contek massal di SDN Gadel 2, Surabaya, Jawa Timur, berbuntut gerakan dukung Siami sebagai sebuah ikon kejujuran. Mengapa peristiwa contek massal yang akan dibongkar Siami, ibu dari Alif si murid yang dipaksa memberikan contekan.

Alif akhirnya membeberkan bahwa memang ada dugaan pencontekan massal secara sistematis. Pengarahan agar saling memberikan contekan itu dikomandoi sang guru.

"Waktu H-1 diadakan simulasi mencontek," kata Alif saat telekonfrens dari Universitas Airlangga Surabaya dengan aktivis di Aula gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis 16 Juni 2011.

Simulasi mencontek? Alif dengan tegas bahwa memang ada arahan seperti 'gladi bersih' untuk mencontek. Bagaimana teknis pencontekan dalam ujian nasional yang digelar 10-12 Mei lalu?

"Nanti, kertas itu ditulis dengan kode-kode. Misalnya, angka 001 itu untuk jawaban A. Nanti, kode itu dilihatkan teman di belakang. Biar yang belakang tahu," kata Alif yang didampingi ibunya, Siami.

Alif sendiri kini sudah mengaku tenang tidak seperti kejadian awal-awal. Alif, tetap memegang prinsip yang diajarkan sang ibu. "Hidup itu harus jujur dan percaya," kata murid kelas VI SD ini mengutip sang ibu.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menegaskan tidak ada peristiwa mencontek massal di Sekolah Dasar Negeri Gadel 2, Surabaya, Jawa Timur. M Nuh memiliki sejumlah bukti tidak ada insiden atau mobilisasi pencontekan massal dalam ujian.

Bukti yang paling menguatkan adalah tidak ada pola jawaban yang sama dari semua peserta ujian.

"Bukti lain, hasil nilainya. Di sini, baik Matematika atau yang lain-lain itu tidak menampakkan adanya kesamaan. Artinya, tidak terjadi kecurangan atau contekan massal," kata M Nuh di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Rabu 15 Juni 2011. (eh)


http://content.boostmobile.com/boostwebapp/images/loading_bar.gif

Alright. Thanks for your visit in this thread.
Regards


FloatToGfx
:dance: (http://ceriwis.us/member.php?u=9441)

Source? Here it is. (http://nasional.vivanews.com/news/read/227272-alif--ada-simulasi-mencontek-di-sdn-gadel)

jonkemplu
18th June 2011, 01:10 PM
kejujuran harus menang.. Dukung Bu Siami,, usut sampai tuntas... Kecil2 aja nyontek, gi mana gedenya?? Mau adi koruptor...

DreamWorld
18th June 2011, 06:56 PM
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2011/06/16/1159485620X310.jpg


JAKARTA, KOMPAS.com � Budayawan Hardi berharap Siami (32) tidak diperlakukan seperti selebriti, terkait sikap jujurnya yang mengungkapkan kasus contek massal dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) 2011 di SDN Gadel II, Surabaya, Jawa Timur.


"Jangan sampai ibu Siami nanti diseret menjadi selebritas oleh pemerintah, seperti kasus Briptu Norman. Diberi penghargaan dan lain-lain. Menurut saya, itu justru mengerdilkan kejujuran Siami sendiri," kata Hardi dalam acara diskusi di Jakarta, Sabtu (18/6/2011).


Harapan itu disampaikan Hardi menanggapi rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan mengundang Siami.


Hardi pun mengkritik pernyataan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, yang menyimpulkan tidak ada contek massal di SDN Gadel II, meskipun kepala sekolah dan guru sudah diberi sanksi. "Sikap itu menunjukkan kultur ketidakjujuran para penguasa di pemerintahan," katanya.


"Bangsa kita adalah bangsa korup. Seluruh posisi-posisi penting dalam pemerintah dikuasai kaum-kaum pencuri. Keputusan itu blunder. Dia tidak jujur karena kasus itu sudah transparan. Itu membuktikan Muhammad Nuh bukan nabi," ujarnya.


Hardi masih percaya, masih banyak masyarakat seperti Siami yang tidak terekspos. Dia berharap sikap seperti Siami itu digaungkan lebih besar lagi. "Kalau tidak, akan jadi peristiwa seminggu saja," katanya.


Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2011/06/18/17322364/Jangan.Seret.Siami.Jadi.Selebriti

mikirin
21st June 2011, 05:27 AM
Orang bener dan jujur kho di perangi dan di musuhi yah??? anehhhhh mau jadi apa masa depan bangsa ini hiks..