nairin
12th August 2010, 03:47 PM
Kondisi Alam Mulai Berubah
Dewasa ini perkembangan situasi global telah mengerucut pada kekhawatiran terhadap ancaman krisis energi dan pemanasan global atau sering dikenal dengan istilah (global warming). Praktek ekslpoitasi sumber daya energi, polusi udara, tingginya emisi karbon dan tingginya efek rumah kaca menyebabkan kondisi alam semakin tak menentu. Disamping itu penegakan hukum maupun good will dari negara pemrakarsa Protokol Kyoto masih menunjukkan adanya kepedulian yang besifat setengah hati.
Kondisi pemanasan global (global warming) yang terjadi sebagai akibat peningkatan suhu udara akibat zat polutan (Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), CO2, CH4, N2O, HFC, PFC, SF yang ada diudara dan berkurangnya kemampuan penyerapan CO2 oleh tumbuhan, mengakibatkan adanya ketidakmampuan untuk menahan panas sinar matahari sehingga menimbulkan efek rumah kaca, yang berimplikasi pada terganggunya ekosistem bumi. Dalam skala global maupun nasional jelas efek pemanasan global akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Setidaknya terdapat lima implikasi yang luar biasa kon disi pemanasan global terhadap ketahanan manusia maupun ketahanan lingkungan. Adapun implikasi yang dimaksud antara lain:
Implikasi terhadap ketahanan pangan, menurunnya hasil panen di banyak daerah, khususnya di negera berkembang
Implikasi terhadap kualitas air, Pegunungan es kecil mulai menghilang, persediaan air menipis di beberapa daerah, penurunan ketersediaan air di banyak daerah, meningkatnya muka air laut yang akan mengancam kota-kota besar,
Implikasi terhadap ekosistem semisal kerusakan terumbu karang, Meningkatnya kepunahan jumlah spesies.
Implikasi terhadap cuaca, Meningkatnya intensitas badai, kebakaran hutan, kekeringan, banjir, dan gelombang panas.
Implikasi terhadap resiko dari perubahan besar yang bersifat mendadak, Meningkatnya resiko dampak balik yang berbahaya dan mendadak, perubahan skala besar pada sistem iklim. Perubahan Iklim diperkirakan mengakibatkan peningkatan 2-3% curah hujan pertahun Indonesia
Berbagai macam ikhtiar telah dilakukan dalam rangka mengatasi krisis lingkungan yang berimplikasi terjadinya pemanasan bumi secara global. Salah satu wujud pertemuan Internasional yang bertajuk tentang pembangunan berkelanjutan dan pelasetarian lingkungan telah diselenggarakan di Bali yang telah melahirkan konsepsi Bali Road Map yang isnya antara lain:
Perlunya pengurangan emisi global yang besar (deep cuts), Negara Annex 1 harus mengurangi 25-40% dibawah tahun 1990 pada tahun 2020.
Visi bersama untuk aksi kerjasama dengan prinsip (common but differentiated responsibilities and respective capabilities)
REDD (Reducief Emission from deforestation and forest degradation in developing countries) disepakati, sedangkan konservasi, sustainable managament of forestry, peningkatan carbon stocks dibicarakan lebih lanjut.
GEF diminta bantuan finasial untuk alih teknologi ramah lingkungan untuk mitigasi dan adaptasi.
Disepakati Carbon Capture and Storage (CCS) untuk dibahas pertemuan mendatang.
Berpangkal pada realitas tersebut saatnya kita untuk merubah prilaku tidak ramah lingkungan dengan:
Gunakan Barang yang Mudah Didaur ulang
Buang sampah pada tempatnya
Pisahkan Sampah yang akan dibuang
Sebisa mungkin mengolah sampah organik rumah tangga yang anda hasilkan
Tidak Membakar sampah dan Mengurangi emisi Co2 serta zat-zat perusak ozon
Tanam Pohon Disekitar rumah anda dan merawatnya
Tanam Pohon di daerah kritis dan daerah rawan bencana
Menggagas Konsep Green Architecture
Konsep Green architecture yaitu suatu konsep perancangan untuk menghasilkan suatu lingkungan binaan (green building) yang dibangun serta beroperasi secara lestari atau kelanjutan. Berkelanjutan merupakan suatu kondisi dimana unsur-unsur yang terlibat selama proses pemanfaatan atau operasi suatu sistem sebagian besar dapat berfungsi sendiri, sedikit mengalami penggantian atau tidak menyebabkan sumber lain berkurang jumlah serta kualitasnya. Green architecture bukan sekadar membangun permukiman dengan taman dan pepohonan di kiri-kanan jalan.Lebih dari itu, secara luas berarti berwawasan lingkungan dan proses berkelanjutan meliputi keseimbangan ekologis, desain rumah yang ramah lingkungan, pemberdayaan bagi penghuni, serta penegakan hukum sesuai tata ruang dan wilayah, juga memerhatikan etika dan kenyamanan warga.
Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya.
Dengan menerapkan konsep arsitektur hijau dilingkungan tempat tinggal kita maka setidaknya kita akan menghemat energi yang kita gunakan.Diharapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan alami ini dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Satu penyumbang terbesar bagi pemanasan global dan bentuk lain dari perusakan lingkungan adalah industri konstruksi bangunan. Itu berarti bahwa penerapan konsep desain yang berwawasan lingkungan di Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan. Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain).
Kampung Percontohan Green Architecture
Kampung Adat Naga di Tasikmalaya dapat dijadikan kampung percontohan Green Architecture. Green building itu tidak harus hi tech dan mahal. Buktinya, rumah-rumah adat di Kampung Naga beratap daun ijuk dengan struktur bangunan dari bambu. Desain arsitektur dan interiornya tertata apik sehingga udara dan cahaya tersirkulasi dengan baik.Dengan desain ini, masyarakat tidak lagi membutuhkan penerangan listrik.Yang mengagumkan,bangunan adat ini tahan gempa besar.Seperti saat terjadi gempa Tasikmalaya yang banyak menelan banyak korban jiwa ,tidak ada satu pun bangunan di tempat ini rusak.
Harapannya keselarasan hidup manusia dan alam harus tetap seimbang. Kita nantinya justru diuntungkan dengan Green Architecture, karena konsentrasi oksigen di kawasan hijau lebih tinggi, udara lebih segar, air lebih bersih, limbah lebih sedikit,mengurangi emisi,meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi,pengurangan penggunaan sumberdaya, energi dan pemakaian lahan,maupun pengelolaan sampah yang efektif. Dan tentunya dapat mengatasi pemanasan global dan menjaga kelestarian lingkungan. Untuk mewujudkan itu semuanya,mari kita memulainya dari diri sendiri.Dengan konsep Green Architecture,kita dapat memberikan sumbangsih untuk lebih menghijaukan bumi ini. Sudah saatnya kita menerapkan sistem ramah lingkungan ini dalam ruang lingkup kita sehari-hari.
sumber : http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/?ar_id=NzA4Mg==
Dewasa ini perkembangan situasi global telah mengerucut pada kekhawatiran terhadap ancaman krisis energi dan pemanasan global atau sering dikenal dengan istilah (global warming). Praktek ekslpoitasi sumber daya energi, polusi udara, tingginya emisi karbon dan tingginya efek rumah kaca menyebabkan kondisi alam semakin tak menentu. Disamping itu penegakan hukum maupun good will dari negara pemrakarsa Protokol Kyoto masih menunjukkan adanya kepedulian yang besifat setengah hati.
Kondisi pemanasan global (global warming) yang terjadi sebagai akibat peningkatan suhu udara akibat zat polutan (Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), CO2, CH4, N2O, HFC, PFC, SF yang ada diudara dan berkurangnya kemampuan penyerapan CO2 oleh tumbuhan, mengakibatkan adanya ketidakmampuan untuk menahan panas sinar matahari sehingga menimbulkan efek rumah kaca, yang berimplikasi pada terganggunya ekosistem bumi. Dalam skala global maupun nasional jelas efek pemanasan global akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Setidaknya terdapat lima implikasi yang luar biasa kon disi pemanasan global terhadap ketahanan manusia maupun ketahanan lingkungan. Adapun implikasi yang dimaksud antara lain:
Implikasi terhadap ketahanan pangan, menurunnya hasil panen di banyak daerah, khususnya di negera berkembang
Implikasi terhadap kualitas air, Pegunungan es kecil mulai menghilang, persediaan air menipis di beberapa daerah, penurunan ketersediaan air di banyak daerah, meningkatnya muka air laut yang akan mengancam kota-kota besar,
Implikasi terhadap ekosistem semisal kerusakan terumbu karang, Meningkatnya kepunahan jumlah spesies.
Implikasi terhadap cuaca, Meningkatnya intensitas badai, kebakaran hutan, kekeringan, banjir, dan gelombang panas.
Implikasi terhadap resiko dari perubahan besar yang bersifat mendadak, Meningkatnya resiko dampak balik yang berbahaya dan mendadak, perubahan skala besar pada sistem iklim. Perubahan Iklim diperkirakan mengakibatkan peningkatan 2-3% curah hujan pertahun Indonesia
Berbagai macam ikhtiar telah dilakukan dalam rangka mengatasi krisis lingkungan yang berimplikasi terjadinya pemanasan bumi secara global. Salah satu wujud pertemuan Internasional yang bertajuk tentang pembangunan berkelanjutan dan pelasetarian lingkungan telah diselenggarakan di Bali yang telah melahirkan konsepsi Bali Road Map yang isnya antara lain:
Perlunya pengurangan emisi global yang besar (deep cuts), Negara Annex 1 harus mengurangi 25-40% dibawah tahun 1990 pada tahun 2020.
Visi bersama untuk aksi kerjasama dengan prinsip (common but differentiated responsibilities and respective capabilities)
REDD (Reducief Emission from deforestation and forest degradation in developing countries) disepakati, sedangkan konservasi, sustainable managament of forestry, peningkatan carbon stocks dibicarakan lebih lanjut.
GEF diminta bantuan finasial untuk alih teknologi ramah lingkungan untuk mitigasi dan adaptasi.
Disepakati Carbon Capture and Storage (CCS) untuk dibahas pertemuan mendatang.
Berpangkal pada realitas tersebut saatnya kita untuk merubah prilaku tidak ramah lingkungan dengan:
Gunakan Barang yang Mudah Didaur ulang
Buang sampah pada tempatnya
Pisahkan Sampah yang akan dibuang
Sebisa mungkin mengolah sampah organik rumah tangga yang anda hasilkan
Tidak Membakar sampah dan Mengurangi emisi Co2 serta zat-zat perusak ozon
Tanam Pohon Disekitar rumah anda dan merawatnya
Tanam Pohon di daerah kritis dan daerah rawan bencana
Menggagas Konsep Green Architecture
Konsep Green architecture yaitu suatu konsep perancangan untuk menghasilkan suatu lingkungan binaan (green building) yang dibangun serta beroperasi secara lestari atau kelanjutan. Berkelanjutan merupakan suatu kondisi dimana unsur-unsur yang terlibat selama proses pemanfaatan atau operasi suatu sistem sebagian besar dapat berfungsi sendiri, sedikit mengalami penggantian atau tidak menyebabkan sumber lain berkurang jumlah serta kualitasnya. Green architecture bukan sekadar membangun permukiman dengan taman dan pepohonan di kiri-kanan jalan.Lebih dari itu, secara luas berarti berwawasan lingkungan dan proses berkelanjutan meliputi keseimbangan ekologis, desain rumah yang ramah lingkungan, pemberdayaan bagi penghuni, serta penegakan hukum sesuai tata ruang dan wilayah, juga memerhatikan etika dan kenyamanan warga.
Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya.
Dengan menerapkan konsep arsitektur hijau dilingkungan tempat tinggal kita maka setidaknya kita akan menghemat energi yang kita gunakan.Diharapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan alami ini dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Satu penyumbang terbesar bagi pemanasan global dan bentuk lain dari perusakan lingkungan adalah industri konstruksi bangunan. Itu berarti bahwa penerapan konsep desain yang berwawasan lingkungan di Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan. Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain).
Kampung Percontohan Green Architecture
Kampung Adat Naga di Tasikmalaya dapat dijadikan kampung percontohan Green Architecture. Green building itu tidak harus hi tech dan mahal. Buktinya, rumah-rumah adat di Kampung Naga beratap daun ijuk dengan struktur bangunan dari bambu. Desain arsitektur dan interiornya tertata apik sehingga udara dan cahaya tersirkulasi dengan baik.Dengan desain ini, masyarakat tidak lagi membutuhkan penerangan listrik.Yang mengagumkan,bangunan adat ini tahan gempa besar.Seperti saat terjadi gempa Tasikmalaya yang banyak menelan banyak korban jiwa ,tidak ada satu pun bangunan di tempat ini rusak.
Harapannya keselarasan hidup manusia dan alam harus tetap seimbang. Kita nantinya justru diuntungkan dengan Green Architecture, karena konsentrasi oksigen di kawasan hijau lebih tinggi, udara lebih segar, air lebih bersih, limbah lebih sedikit,mengurangi emisi,meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi,pengurangan penggunaan sumberdaya, energi dan pemakaian lahan,maupun pengelolaan sampah yang efektif. Dan tentunya dapat mengatasi pemanasan global dan menjaga kelestarian lingkungan. Untuk mewujudkan itu semuanya,mari kita memulainya dari diri sendiri.Dengan konsep Green Architecture,kita dapat memberikan sumbangsih untuk lebih menghijaukan bumi ini. Sudah saatnya kita menerapkan sistem ramah lingkungan ini dalam ruang lingkup kita sehari-hari.
sumber : http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/?ar_id=NzA4Mg==