VHIENSKI
12th August 2010, 03:37 PM
http://i.okezone.com/content/2008/06/06/29/116160/b1WffhtzIk.jpg
KAMPANYE anti global warming makin bergaung. Semangat go green pun mulai meresap. Inilah saatnya untuk memulai. Ajak buah hati Anda sedini mungkin untuk peduli terhadap lingkungannya.
Untuk anak usia pra sekolah, mereka mungkin belum mengerti apa itu global warming, penghematan energi, dan lain-lain. Orangtua sebagai model bagi anak berperan penting untuk melakukan tindakan konkrit. Bukan buma menyeramahi anak. "Untuk menjadi budaya dan bukan sekadar tren, perlu penanaman perilaku sejak dini," tandas Sonki Prasetya, ST. MSc, Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia.
Saatnya Beraksi
Bagi balita, rangsangan kognitif pertama adalah melihat apa yang dikerjakan orangtuanya. Apa yang dilihat anak akan terekam terus dalam memorinya, apalagi bila kontinyu. Misalnya, orangtuanya sering melakukan kebiasaan-kebiasaan di rumah, yang paling gampang membuang sampah pada tempatnya.
"Ajak anak turut menyiram tanaman, membersihkan rumah, menanam pohon. Ajak mereka mengikuti terus perkembangan dari pohon yang dia tanam tersebut," saran DR Reni Akbar Hawadi, Psi, Ketua Departemen Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia.
"Proses selanjutnya adalah proses mengingat dalam diri anak. Ini sangat efektif karena anak memiliki rasa ingin menyenangkan hati orangtuanya. Tinggal bagaimana orangtua memotivasi mereka," lanjut perempuan kelahiran 22 Maret 1975 ini.
Motivasi, artinya juga memberikan pengetahuan dasar mengenai lingkungan. "Tindakan tanpa komunikasi tapi tidak dilandasi pengertian bisa menyebabkan anak merasa terpaksa melakukan sesuatu dan gampang terpengaruh dengan fakta yang ada di sekitarnya," imbuh Sonki yang penyuka komik ini dengan serius.
"Syukurlah, di perkotaan, gaya hidup green mulai merebak. Sedangkan di daerah, kearifan lokalnya masih terpelihara," bangga lajang kelahiran Bondowoso, 22 Desember 1975 ini.
Sekolah Hijau
Pria lulusan Aachen Universitas of Applied Sciences, Jerman ini menekankan pentingnya peran sekolah dalam proses edukasi berwawasan lingkungan yang akan membawa dampak baik bagi perkembangan anak. Keluarga yang sudah memberikan contoh tentang kepedulian lingkungan diimbangi dengan usaha sekolah.
Di sekolah pun, teladan dari para guru dan lingkungan juga sangat penting. Mona Lisa, guru di Celik Pre School, bercerita. "Seminggu sekali sebelum masuk kelas kita ajak anak-anak untuk jalan-jalan keliling lingkungan sekolah dan melihat aktivitas yang biasa dilakukan warga. Ada yang sedang menyiram tanaman, menyapu halaman. Kita jelaskan kepada mereka manfaat yang didapat dari aktivitas tersebut. Yang simple things saja," jelas lulusan Sastra Inggris Universitas Gunadharma ini bersemangat.
http://www.ngobrolaja.com/image.php?u=29938&dateline=1279902920
sent CABE aja ndan, kirbal oN
http://i23.photobucket.com/albums/b382/soakzzz/gogreenlogo2.gifhttp://u.ceriwis.us/img/5647siggycc.gif (http://ceriwis.us/reputation.php?p=321149)
KAMPANYE anti global warming makin bergaung. Semangat go green pun mulai meresap. Inilah saatnya untuk memulai. Ajak buah hati Anda sedini mungkin untuk peduli terhadap lingkungannya.
Untuk anak usia pra sekolah, mereka mungkin belum mengerti apa itu global warming, penghematan energi, dan lain-lain. Orangtua sebagai model bagi anak berperan penting untuk melakukan tindakan konkrit. Bukan buma menyeramahi anak. "Untuk menjadi budaya dan bukan sekadar tren, perlu penanaman perilaku sejak dini," tandas Sonki Prasetya, ST. MSc, Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia.
Saatnya Beraksi
Bagi balita, rangsangan kognitif pertama adalah melihat apa yang dikerjakan orangtuanya. Apa yang dilihat anak akan terekam terus dalam memorinya, apalagi bila kontinyu. Misalnya, orangtuanya sering melakukan kebiasaan-kebiasaan di rumah, yang paling gampang membuang sampah pada tempatnya.
"Ajak anak turut menyiram tanaman, membersihkan rumah, menanam pohon. Ajak mereka mengikuti terus perkembangan dari pohon yang dia tanam tersebut," saran DR Reni Akbar Hawadi, Psi, Ketua Departemen Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia.
"Proses selanjutnya adalah proses mengingat dalam diri anak. Ini sangat efektif karena anak memiliki rasa ingin menyenangkan hati orangtuanya. Tinggal bagaimana orangtua memotivasi mereka," lanjut perempuan kelahiran 22 Maret 1975 ini.
Motivasi, artinya juga memberikan pengetahuan dasar mengenai lingkungan. "Tindakan tanpa komunikasi tapi tidak dilandasi pengertian bisa menyebabkan anak merasa terpaksa melakukan sesuatu dan gampang terpengaruh dengan fakta yang ada di sekitarnya," imbuh Sonki yang penyuka komik ini dengan serius.
"Syukurlah, di perkotaan, gaya hidup green mulai merebak. Sedangkan di daerah, kearifan lokalnya masih terpelihara," bangga lajang kelahiran Bondowoso, 22 Desember 1975 ini.
Sekolah Hijau
Pria lulusan Aachen Universitas of Applied Sciences, Jerman ini menekankan pentingnya peran sekolah dalam proses edukasi berwawasan lingkungan yang akan membawa dampak baik bagi perkembangan anak. Keluarga yang sudah memberikan contoh tentang kepedulian lingkungan diimbangi dengan usaha sekolah.
Di sekolah pun, teladan dari para guru dan lingkungan juga sangat penting. Mona Lisa, guru di Celik Pre School, bercerita. "Seminggu sekali sebelum masuk kelas kita ajak anak-anak untuk jalan-jalan keliling lingkungan sekolah dan melihat aktivitas yang biasa dilakukan warga. Ada yang sedang menyiram tanaman, menyapu halaman. Kita jelaskan kepada mereka manfaat yang didapat dari aktivitas tersebut. Yang simple things saja," jelas lulusan Sastra Inggris Universitas Gunadharma ini bersemangat.
http://www.ngobrolaja.com/image.php?u=29938&dateline=1279902920
sent CABE aja ndan, kirbal oN
http://i23.photobucket.com/albums/b382/soakzzz/gogreenlogo2.gifhttp://u.ceriwis.us/img/5647siggycc.gif (http://ceriwis.us/reputation.php?p=321149)