PDA

View Full Version : Fenomena Alam Gunung Api Bisa Tidur Ribuan Tahun


VHIENSKI
12th August 2010, 10:33 AM
file:///C:/DOCUME%7E1/user/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-17.pnghttp://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/04/21/0859408620X310.jpg

Gunung api dan gempa hingga kini masih menyimpan misteri. Fenomena gunung api terasa di luar jangkauan tangan manusia. Kekuatan dan daya rusaknya ada dalam skala "superhuman". Letusan sebuah gunung di Eslandia di gletser Eyjafjallaj�kull menggugah kembali mitos dan legenda soal gunung.

Kekuatan yang dikeluarkan gunung di Eyjafjallaj�kull adalah �simpanan� energi yang dihimpun selama lebih dari 1.100 tahun. Tak heran jika �simpanan�-nya berupa abu vulkanik sedemikian besar volumenya, mengakibatkan kegelapan di langit Eropa utara dan lebih dari 16.000 penerbangan dibatalkan. Tercatat hanya dua kali gunung itu meletus, terakhir terjadi antara tahun 1821 dan 1823.

Bentuk gunung berapi ini menurut vulkanologis Benjamin Edwards memang bisa menipu. Bentuknya yang landai membuat orang berpikir tak akan terjadi letusan yang eksplosif.

Menurut Edwards, gunung api yang letusannya bersifat eksplosif biasanya kandungan magmanya kaya akan oksigen dan silikat. Dan, bentuk gunungnya kerucut seperti gunung Fujiyama di Jepang atau Gunung St Helen�sebelum letusan hebat pada tahun 1980 yang menyebabkan pucuknya terpotong.

Jenis lain yaitu gunung-gunung di Hawaii, seperti Mauna Loa, yang saat meletus mengeluarkan magma yang kental dan sedikit kandungan gasnya, meleleh dari celah-celah di sepanjang tubuhnya atau dari kepundannya.

Namun, pada gunung api tipe stratovolcano seperti di Eslandia ini terdapat magma bentukan baru yang kemudian bercampur magma lama. Kondisi ini mampu memperkaya magma dengan oksigen dan silikat. Faktor X lainnya adalah lapisan es tebal. Air dari es yang mencair yang kontak dengan magma, menurut Edwards, dapat memicu letusan yang eksplosif.

Teori lain dikemukakan Edward Venzke dari Global Volcanism Network di Washington, AS. Jaringan ini juga melibatkan US Geological Survey (USGS) dan Museum of Natural History Smithsonian Institution.

Pada erupsi (letusan) pertama Maret lalu, magma memancur keluar dari retakan-retakan�mengindikasikan ada kandungan gas. Ketika erupsi berhenti, magma menyumbat retakan sehingga tekanan di bawah puncak yang dilapisi es meningkat. Naiknya suhu magma mencairkan es. Air yang terbentuk inilah yang memicu letusan eksplosif.

http://www.ngobrolaja.com/image.php?u=29938&dateline=1279902920
sent CABE aja ndan, kirbal oN
http://ceriwis.us/attachment.php?attachmentid=2981&stc=1&d=1281181099http://u.ceriwis.us/img/5647siggycc.gif (http://ceriwis.us/reputation.php?p=321149)