PDA

View Full Version : Menanam Organik untuk Kesehatan Petani, Konsumen dan Lingkungan


Arya
12th August 2010, 07:42 AM
Menanam Organik untuk Kesehatan Petani, Konsumen dan Lingkungan

Lutfiyah Hanim - 03 Aug 2010


Di suatu seminar mengenai benih, yang diadakan oleh Field (organisasi non pemerintah yang bekerja untuk isu-isu pertanian berkelanjutan) pada Juni lalu, saya (penulis) bertemu dengan dua orang petani dari Lampung, Marno dan Tarmo. Mereka telah mengaplikasikan pertanian organik sejak tahun 2003-2004.



Kedua petani tersebut merupakan anggota dari IPPHTI (Ikatan Petani Pengendali Hama dan Tanaman Indonesia) Lampung. Mereka tinggal di Desa Makarti, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung.



Kami menerapkan pertanian organik sejak tahun 2003-2004, demikian Tarmo mengawali ceritanya mengenai lahan organik di desanya. �Awalnya dari sekolah lapang (SL) yang diadakan oleh Field selama satu musim. SL ini khusus mengenai organik. Bedanya adalah kalau SL biasa, dilakukan berbagai pengenalan dunia pertanian yang �di atas tanah�. Sementara untuk SL organik, tidak hanya di atas tanah tapi bagaimana kita mengenal dan merawat kehidupan di �bawah tanah�. Karena tanah adalah penuh kehidupan,� demikian Tarmo sedikit berfilosofi.


Di dalam SL, para petani belajar berbagai hal, masalah, kemudian melakukan diskusi kelompok. SL juga mengajarkan mengenai cara membuat berbagai macam kompos sendiri, dan mengenal ekologi tanah, agar tidak merugikan bakteri dan kehidupan dalam tanah.



�Pembuatan kompos sendiri adalah penting. Karena sekarang banyak pertanian organik, tetapi pupuk organiknya harus beli, lalu pestisida organiknya juga beli. Tetapi dengan membuat kompos sendiri, ini akan memutus ketergantungan dari perusahaan,� cerita Tarmo bersemangat.



Menurut Tarmo yang memelihara 3 ekor sapi, kompos dan pestisida dibuat sendiri dari bahan-bahan di sekitar kita. Di blog http://organicfield.wordpress.com/ nama Tarmo adalah salah satu penulis untuk topik pembuatan kompos dan cairan mikroorganisme lokal.



Saat ini, di desa mereka terdapat dua kelompok yaitu Karya Bakti, beranggotakan 15 orang yang mengelola lahan sekitar 9 hektare, dan Karya Utama yang beanggotakan 13 orang, dengan lahan seluas 7 hektare. Dua kelompok tersebut, menurut Tarmo, bisa dikatakan menerapkan organik murni. Di desa lain juga sudah ada beberapa kelompok yang mulai menerapakan semi organik, dimana ada sedikit penambahan pupuk, walaupun sudah tidak lagi menggunakan pestisida. Tanaman yang ditanam adalah padi dan sayuran, seperti kacang panjang, terong, tomat, dan lainnya.



�Di awal penanaman padi secara organik, memang terjadi penurunan hasil dari biasanya 6 ton menjadi 5,5 ton, sekarang sekitar 5,7 ton per hektare. Tapi, ini juga diiringi dengan penurunan secara drastis pengeluaran untuk pupuk, dan juga pestisida,� kata Tarmo.



�Selain itu hal terpenting dari model organik ini adalah kesehatan kita dan keluarga karena produk diutamakan untuk konsumsi keluarga dan sisanya baru dijual, � lanjut Tarmo dengan serius.



Di kelompok yang dibentuknya, juga ada pembagian tugas untuk pemasaran. Para petugas pemasaran yang juga anggota kelompok tani juga mempromosikan produk organik ke konsumen. �Di awal-awal, kami mempromosikan dan menjualnya kepada kelompok konsumen yang relatif peduli kesehatan, seperti para dokter, dan para medis yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas di kita kecamatan. Bahkan pak camat adalah salah satu yang menjadi konsumen tetap kami,� demikian promosinya.



Saat ini, jaringan pemasaran sudah terbentuk. Para konsumen akan menelpon jika memerlukan produk beras dan berbagai sayur organik, dan produsen atau para petani pun akan memberitahu jika ada panen produk organik.



Hal ini, tentu kebalikan dengan model pertanian konvensional. Dimana petani biasanya menggunakan skema hutang (seringkali dengan bunga mencekik leher) untuk pengadaan bibit, pupuk kimia dan pestisida di awal penanaman. Lalu mengembalikannya selepas panen. Model ini memiliki risiko besar, jika panen gagal, harga jual turun sementara harga pupuk dan pestisida yang berayun ke atas.



�Dengan organik, tidak hanya kita para petani dan keluarga yang diuntungkan, tapi konsumen dan juga lingkungan,� demikian pesan Tarmo.




http://www.beritabumi.or.id/?g=beritadtl&newsID=B0306&ikey=1