Log in

View Full Version : Indonesia Dijajah Ratusan Tahun? Yakin? Cek,gan!


BotolPutih
15th April 2016, 09:24 AM
http://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ohtwaipmr.gif WELCOME TO MY FIRST HOT THREAD http://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ohtwaipmr.gif



Ane punya bukti no repost http://cdn.kaskus.com/images/smilies/melons.gif

No Repost (http://www.kaskus.co.id/search/forum?q=salah+kaprah+indonesia+dijajah+ratusan+tah un&forumchoice=)
<div class="spoiler">Spoiler for THX melonNYA GAN:
<div id="bbcode_spoiler_content" style="margin: 0px; padding: 6px; border: 1px solid #CCC;background: #EEE;color:#000;"><div class="content_spoiler_571050d945ad5" id="bbcode_inside_spoiler" style="display: none;background: #EEE;">http://s.kaskus.id/images/2015/05/23/2012684_20150523090349.png</span>

Quote:

Pendahuluan

http://s.kaskus.id/images/2015/03/08/2012684_20150308022702.png
Spoiler for Penjelasan #1:
Nah, mungkin kebanyakan dari lo selama ini meyakini bahwa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang dateng dan menjajah Indonesia. Nah, dalam konteks ini, pertama-tama gua mau menekankan pada istilah “dijajah”, dan juga “Indonesia” sebagai sebuah identitas politik. Pertama-tama,gue mau nekenin bahwa sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaannya 17 Agustus tahun 1945, yang namanya “Indonesia” itu belum ada men!


Pada saat bangsa Portugis lagi main-main ke wilayah Kepulauan Nusantara, dari tahun 1512 sampe 1575, yang ada tuh: Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak, Kerajaan Sunda (Pajajaran), Kesultanan Banten, Kesultanan Gowa, dsb. Belum ada pikiran sama sekali dari kerajaan-kerajaan tersebut untuk bersatu jadi sebuah entitas politik, apalagi bernama Indonesia. Jadi apakah bangsa Portugis pernah menjajah Indonesia? Ya dalam konteks ini jelas-jelas nggak dong, wong nama Indonesia aja belum ada. Yang lebih tepat adalah Bangsa Portugis mendatangi wilayah yang kelak bernama Indonesia ini, untuk ikut "main" dalam kancah perputaran ekonomi dan perdagangan.

Terus ngapain juga coba Bangsa Portugis main jauh-jauh sampai ke kawasan kepulauan Asia Timur dan Asia Tenggara?



Nah sekarang kalo kita mau telaah apakah betul Portugis itu "menjajah" wilayah Nusantara ini, kita perlu tau alesan sebetulnya kenapa bangsa Portugis ini kok bisa nyasar sampai ke Kepulauan Asia Tenggara? Emang niatnya buat ngejajah atau gimana?



Jadi gini cerita awal mulanya, jauh sebelum Bangsa Eropa melakukan penjelajahan ke wilayah Asia, mereka udah bisa menikmati kekayaan alam dari wilayah Asia, terutama rempah-rempah dari para pedagang Arab di wilayah Eropa Selatan. Dalam kebudayaan Eropa, rempah-rempah dari Timur yang selama ini dihadirkan oleh para pedagang Arab itu udah sangat melekat jadi kebutuhan bangsa Eropa sebagai perpaduan jenis obat, pengawet makanan, bumbu masakan, dan juga simbol status sosial. Rempah-rempah jadi simbol status sosial? Iya beneran! Makanan pesta yang kaya rasa akan rempah-rempah dari Timur (yang harganya selangit itu) jadi salah satu indikator gengsi dan status sosial kaum ningrat Eropa.



Walaupun Bangsa Eropa udah menikmati kekayaan alam dari wilayah Asia, mereka belum pernah tau secara persis sumber asalnya dari mana, mereka juga gak pernah ambil pusing untuk pergi jauh-jauh dateng ke kawasan tersebut karena jalur distribusi perdagangan jalan darat ke Eropa udah oke dengan "perpanjangan tangan" dari India sampai ke Arab. Jadi pengetahuan Bangsa Eropa tentang asal-usul rempah-rempah itu bisa dibilang cuma samar-samar. Mereka hanya tau rempah-rempah itu berasal dari kawasan kepulauan yang sangat jauh di wilayah Timur, tempat yang begitu asing bagi mereka, begitu misterius dan rahasia.



Nah, situasi ekonomi dan jalur perdagangan rempah-rempah ke Eropa yang aman dan nyaman selama ini berubah total gara-gara jalur dagang darat ditutup oleh Kekhalifahan Utsmani, yang pada 29 Mei 1453 berhasil ngerebut kota Konstantinopel (Istanbul-Turki) yang emang jadi pintu masuk para pedagang dari timur buat jual tuh macem-macem rempah. Rempong dooong jadinya! Karena kebutuhan rempah-rempah di Eropa tetap tinggi dan persediaanya makin menipis, akhirnya Portugis dan Spanyol memutuskan untuk cari jalan lain ke sumber rempah, yaitu melalui ekspedisi jalur laut.



Ekspedisi demi ekspedisi dilaksanain sama para penjelajah yang dibiayain dari kas Kerajaan Spanyol (Cristoforo Colombo dan Fernão de Magalhães), dan Portugis (Dom Vasco da Gama, dan Bartolomeu Dias). Singkat kata singkat cerita, Affonso de Albuquerque (dibaca: Affoonsow Jabukéérki) berhasil nguasain Malaka (Februari 1511) dan mulai mengetahui tempat “rahasia” penghasil rempah paling mahal, yaitu Pulau Ambon (cengkeh), dan Pulau Banda (pala).

Portadesantiago Sisa reruntuhan benteng Portugis A Famosa di Malaka (wilayah Malaysia)



Sejak saat itulah Portugis menjadi salah satu pemain baru dalam perekonomian dan perdagangan kawasan Timur Nusantara sampai akhirnya tahun 1575 Portugis mutusin buat ninggalin monopoli di Nusantara ke daerah Tiongkok dan Jepang karena wilayah Nusantara ini dinilai ga strategis, kegedean, dan terlalu banyak persaingan dari pedangang lokal maupun pedagang internasional.



Udah deh gitu doang pengaruh Portugis yang sempet mampir "sebentar" ke wilayah kepulauan Asia Tenggara. Secara geografis, Portugis hanya pernah menguasai jalur perdagangan Malaka dan Pulau Timor bagian timur (yang notabene secara politis terletak di luar wilayah Negara Indonesia). Hal paling signifikan yang dilakukan oleh Portugis hanyalah ikut bermain dalam tatanan perdagangan Nusantara yang sebelumnya bebas menjadi dimonopoli oleh pihak Eropa, serta penyebaran agama Katolik di bagian timur wilayah Nusantara. Jadi kalo gua balik lagi ke pertanyaan: apakah tepat kalo kita sebut Portugis pernah menjajah Indonesia? Coba lo simpulkan dan evaluasi lagi berdasarkan berbagai sumber yah





Salah Kaprah #2

Indonesia Dijajah Belanda Selama 350 Tahun

http://s.kaskus.id/images/2015/03/19/2012684_20150319081742.jpg
Spoiler for Penjelasan #3:
Buat lo yang gak tau divide et impera, itu bukan nama mantra sihir dalam Harry Potter yah. Divide et Impera itu sebuah taktik politis "adu domba" untuk memecah belah sebuah wilayah besar, hingga akhirnya terpecah jadi beberapa bagian kecil, untuk kemudian lebih mudah dikuasai. Nah, dalam konteks ini banyak orang yang masih berpikir bahwa para "penjajah dari Eropa" ini, dengan liciknya menggunakan taktik divide et impera untuk memecah belah rakyat Indonesia.


Nah, sekarang pertanyaan gua adalah : Rakyat Indonesia yang mana yang dimaksud? Tapi kenapa istilah “divide et impera” ini bener-bener santer banget yah didengungin sejak kita kecil? Dalam konteks ini, gua gak sepakat dengan pernyataan bahwa siasat ini sering digunakan untuk memecah belah rakyat Indonesia. Alesannya ya simpel, lagi-lagi ya karena pas jaman segitu emang belum ada rakyat Indonesia yang bersatu! Boro-boro kenal istilah Indonesia, ngerasa sebagai satu kesatuan aja ga ada. Kita yang lahir setelah kondisi politik di Indonesia dan dunia ini relatif stabil emang biasanya susah untuk mandang bahwa seratus tahun yang lalu itu, kondisi geopolitis di dunia ini ga kaya sekarang gini. Apalagi 300 tahun lalu dong, pas VOC mulai menancapkan pengaruh perdagangannya di Kepulauan Nusantara. Mana ada yang disebut “persatuan Indonesia”.



Pertanyaannya sekarang, apakah waktu Kesultanan Banten sedang perang dengan Kesultanan Palembang di akhir abad 16 dan awal abad 17, VOC melakukan divide et impera? Ya nggak, kedua kerajaan itu emang kepisah kok. Apanya yang pecah-belah? apanya yang diadu-domba? Pas Kaum Adat dan Kaum Paderi saling perang, apakah Belanda melakukan divide et impera? Ya nggak, kedua kaum itu emang kepecah sebelum Belanda ngelakuin intervensi demi mengamankan aset-asetnya di Sumatera Barat. Ketika Bone ingin melepaskan diri dari “penjajahan” Kesultanan Gowa, apakah Belanda melakukan siasat divide et impera? Lagi-lagi nggak, karena emang dua entitas kerajaan itu emang selalu berseteru. Alih-alih ngelakuin divide et impera, VOC dan Hindia Belanda lebih bersifat sebagai katalis dalam semua konflik yang ada di Kepulauan Nusantara waktu itu. Keberpihakan Belanda sangat menentukan pihak mana yang akhirnya menang perang.



Tapi apakah Belanda ga pernah sama sekali melakukan siasat divide et impera selama berkuasa di Nusantara? Nah, khusus hal ini, emang pernah kejadian beberapa kali. Tapi untuk jangka waktu kependudukan ratusan tahun, siasat ini bisa dibilang jarang banget dipakai, yaitu cuman tiga kali:




Sewaktu ngebelah Kesultanan Mataram jadi 4 bagian, Kesultanan Yogyakarta, Kesunanan Surakarta, Puri Mangkunegaran, dan Puri Pakualaman, pada perjanjian Giyanti, 13 Pebruari 1755. Walaupun ini juga ga bisa dibilang Belanda yang punya niat. Para pangeran-pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I) dan Sambernyawa (Sri Mangkunegara I) emang awalnya ngeberontak sama Sunan Pakubuwana III sebagai raja Mataram yang sah, dan Sambernyawa ga pernah dilibatin sama proses penyusunan Perjanjian Giyanti.



Sewaktu Snouck Hurgronje memetakan pola sosiologis masyarakat Aceh, yang sangat berguna buat memecah belah masyarakat Aceh dan ujung-ujungnya menangin perang Aceh yang mana Belanda ga menang-menang dan udah rugi banyak secara finansial.



Sewaktu pemerintahan Hindia Belanda mengeluarkan Undang-undang Indische Staatsregeling (ISR) pada tahun 1926. Pasal 163 dalam undang-undang tersebut nyebutin bahwa warga Hindia Belanda dibagi jadi tiga golongan, yaitu

1) golongan Eropa dan Jepang,

2) golongan Timur Asing, serta

3) golongan Bumiputera.




Oke, jadinya sekarang ngerti dong yah, bahwa ga setiap tindak-tanduk VOC dan Hindia Belanda selama di Nusantara ini bersifat divide et impera. Buat lebih jelasnya lagi, mungkin bisa lo telusurin artikel-artikel menarik tentang divide et impera (atau divide and rule) di berbagai sumber.



</span>



<span style="display:block; text-align:center;"><span style="color:red;"><span style="font-family:Book Antiqua;"><span style="font-size:16px;">Salah Kaprah #4 Lanjut di Bawah