SukurinLo
15th April 2016, 08:35 AM
http://s.kaskus.id/images/2016/02/16/7832701_20160216022913.jpg
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakara menggelar rapat koordinasi dengan Tim Dukungan Psikososial Kementerian Sosial RI, Selasa (16/2). Rapat tersebut membahas terkait Penanganan Permasalahan Penghuni Normalisasi Kampung Pulo di Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa), Jatinegara Barat, Jakarta Timur.
Ketua tim Dukungan Psikososial Kemensos, Ni Masjito Tri Siswandewi mengatakan, pihaknya telah melihat kondisi masyarakat di Rusunawa tersebut. Namun, ternyata masih banyak permasalahan yang perlu di atasi di sana.
"Karena kami melihat dampak yang terjadi pasca pemindahan warga ke rusunawa cukup kompleks. Mereka ini kaum urban yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Dari kunjungan itu, kami hasilkan beberapa hal," tandas Tri.
Ia melanjutkan, hasil itu dapat dijadikan bahan informasi ketika melakukan intervensi sosial, pendampingan, atau kerjasama dengan penghuni rusunawa. Kondisi masyarakat yang beda tentu membutuhkan model penanganan yang berbeda.
"Yang pindah itu kan bukan hanya orangnya saja, tapi problemnya pun ikut pindah. Sehingga butuh upaya khusus dalam menangangi penghuni rusanawa yang berasal dari korban normalisasi Kampung Pulo," ujar Tri.
http://s.kaskus.id/images/2016/02/16/7832701_20160216022950.jpg
Salah satu anggota tim, Wahyu Cahyono menuturkan, setidaknya ada tiga permasalahan yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat. Pertama, masalah ekonomi. Kedua, masalah adaptasi. Ketiga, masalah penghayatan psikologis.
"Permasalahan ekonomi sebagai contoh, mereka bilang gini, kami bukan pintu saja sudah ada uang. Sekarang mereka kesulitan mencari uang karena kondisi mereka yang berada di rusunawa. Menurut mereka, itu menyulitkan," kata Wahyu.
Sedangkan permasalahan kedua adalah adaptasi lingkungan yang sebelumnya hunian mereka bersifat horizontal sekarang ke vertikal. Ini menyulitkan mereka dalam berinteraksi antar warga. Sedangkan pranata sosial yang memfasilitasi interaksi tersebut sudah berubah dan belum terbentuk.
"Terakhir adalah penghayatan sosial psikologis. Mereka bilang, sejelek-jeleknya rumah, masih lebih baik rumah sendiri. Kalau rusunawa begini namanya mengontrak seumur hidup," ujar Wahyu.
http://s.kaskus.id/images/2016/02/16/7832701_20160216023034.jpg
Ia menambahkan, pihaknya hanya mendengar keluhan yang ada di rusunawa. Ini demi kesejahteraan sosial para penghuni rusunawa. Yang terpenting adalah bagaimana caranya kita membuat rangkaian agar mereka bisa menerima kondisi ini.
"Merubah pola pikir mereka bisa dimulai dengan menanam identitas positif terhadap penghuni rusunawa. Bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Tentu melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah terkait," kata Wahyu.
http://s.kaskus.id/images/2016/02/16/7832701_20160216023113.jpg</div></div></div>
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakara menggelar rapat koordinasi dengan Tim Dukungan Psikososial Kementerian Sosial RI, Selasa (16/2). Rapat tersebut membahas terkait Penanganan Permasalahan Penghuni Normalisasi Kampung Pulo di Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa), Jatinegara Barat, Jakarta Timur.
Ketua tim Dukungan Psikososial Kemensos, Ni Masjito Tri Siswandewi mengatakan, pihaknya telah melihat kondisi masyarakat di Rusunawa tersebut. Namun, ternyata masih banyak permasalahan yang perlu di atasi di sana.
"Karena kami melihat dampak yang terjadi pasca pemindahan warga ke rusunawa cukup kompleks. Mereka ini kaum urban yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Dari kunjungan itu, kami hasilkan beberapa hal," tandas Tri.
Ia melanjutkan, hasil itu dapat dijadikan bahan informasi ketika melakukan intervensi sosial, pendampingan, atau kerjasama dengan penghuni rusunawa. Kondisi masyarakat yang beda tentu membutuhkan model penanganan yang berbeda.
"Yang pindah itu kan bukan hanya orangnya saja, tapi problemnya pun ikut pindah. Sehingga butuh upaya khusus dalam menangangi penghuni rusanawa yang berasal dari korban normalisasi Kampung Pulo," ujar Tri.
http://s.kaskus.id/images/2016/02/16/7832701_20160216022950.jpg
Salah satu anggota tim, Wahyu Cahyono menuturkan, setidaknya ada tiga permasalahan yang ada di Rusunawa Jatinegara Barat. Pertama, masalah ekonomi. Kedua, masalah adaptasi. Ketiga, masalah penghayatan psikologis.
"Permasalahan ekonomi sebagai contoh, mereka bilang gini, kami bukan pintu saja sudah ada uang. Sekarang mereka kesulitan mencari uang karena kondisi mereka yang berada di rusunawa. Menurut mereka, itu menyulitkan," kata Wahyu.
Sedangkan permasalahan kedua adalah adaptasi lingkungan yang sebelumnya hunian mereka bersifat horizontal sekarang ke vertikal. Ini menyulitkan mereka dalam berinteraksi antar warga. Sedangkan pranata sosial yang memfasilitasi interaksi tersebut sudah berubah dan belum terbentuk.
"Terakhir adalah penghayatan sosial psikologis. Mereka bilang, sejelek-jeleknya rumah, masih lebih baik rumah sendiri. Kalau rusunawa begini namanya mengontrak seumur hidup," ujar Wahyu.
http://s.kaskus.id/images/2016/02/16/7832701_20160216023034.jpg
Ia menambahkan, pihaknya hanya mendengar keluhan yang ada di rusunawa. Ini demi kesejahteraan sosial para penghuni rusunawa. Yang terpenting adalah bagaimana caranya kita membuat rangkaian agar mereka bisa menerima kondisi ini.
"Merubah pola pikir mereka bisa dimulai dengan menanam identitas positif terhadap penghuni rusunawa. Bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Tentu melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah terkait," kata Wahyu.
http://s.kaskus.id/images/2016/02/16/7832701_20160216023113.jpg</div></div></div>